Indonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia setelah Australia. Batu bara dengan jumlah berlimpah tersebar di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Deposit batubara Indonesia lebih dari 21 Miliar Ton (2011; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Total sumber daya batubara di Indonesia sebesar 105 Milyar Ton (2011; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Diperkirakan lebih dari 50% dari deposit batubaradi Indonesia adalah batubara berkalori rendah.
Sebagian besar batubara yang diekspor, berkalori menengah dan tinggi, digunakan untuk memproduksi baja dan sebagai bahan pembangkit listrik. Nilai kalor (CV) lebih dari 4.500 kkal / kg dengan kadar air lebih dari 30%. Seperti disebutkan di atas, jenis batubara lainnya adalah batubara berkalori rendah yang disebut lignit. Karena batubara kalori rendah ini tidak ekonomis untuk diekspor, sekarang ini, dimanfaatkanuntuk kepentingan dalam negeri. Solusi untuk memanfaatkan batubara berkalori rendah ini adalah dengan melakukan gasifikasi batubara.
Salah satu program pemerintah melalui Pupuk Indonesia, salah satu BUMN, adalah upaya memanfaatkan batubara sebagai bahan baku untuk memproduksi Amonia dan Urea. Saat ini, di Indonesia, harga gas alam lebih dari 10 Dolar / MMBTU dan pasokannya cenderung berkurang dalam jangka pendek karena penurunan kapasitas lifting minyak dan gas di Indonesia. Sekarang, BUMN ini mulai melakukan beberapa Studi Kelayakan Gasifikasi Batubara untuk Amoniak & Urea.
Ada beberapa faktor penting yang harus diperhitungkan sebagai bagian dari laporan Kelayakan Study terutama untuk proyek gasifikasi batubara untuk amonia dan urea, seperti basis desain proyek, pemilihan teknologi gasifier, konversi syngas dan pengelolaan gas, amonia & urea. Penelitian ini juga termasuk studi pasar amonia & urea, lokasi pabrik, evaluasi pendanaan proyek, perencanaan awal pelaksanaan proyek EPC, evaluasi produk transportasi dan beberapa faktor lain:
1. Basis Desain Proyek
Basis desain proyek untuk Studi Kelayakan mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
- Kapasitas Pabrik (jumlah batubara atau produk ammonia dan urea)
- Mendesain analisis feedstock batubara, ukuran yang dikirim dari lokasi tambang, dan lokasi transfer.
- Peta survey batas lokasi termasuk jalan dan rute akses rel
- Mendesain analisis supply air dan hambatan-hambatan supply lainnya
- Spesifikasi produk ammonia dan urea
- Diagram alir blok.
2. Evaluasi Lisensor-Lisensor Teknologi Proses dan Supplier-supplier Boiler Batubara
Studi juga akan membuat perbandingan antara teknologi gasifikasi batubara dengan membandingkan antara keunggulan entrained flow dibandingkan dengan tipe fluidized bed dan fixed bed.
Evaluasi teknologi proses gasifikasi berdasarkan performa, biaya (capital, operasi, dan lisensi), pengalaman, dan karakteristik kontraknya (seperti kontraktor-kontraktor EPC yang qualified, supply peralatan).
- Shell
- Siemens
- Uhde
Evaluasi teknologi juga akan meliputi:
- Kehandalan pengoperasian dan pemeliharaan
- Pengalaman komersial dalam kurun waktu 15 tahun ini
- Kelayakan ekonomi terhadap produksi ammonia/urea.
Hal yang sama juga akan dilakukan pada evaluasi teknologi ammonia yang terdiri dari beberapa lisensor antara lain KBR, Topsoe dan Uhde. Evaluasi teknologi urea juga setidaknya mempertimbangkan beberapa lisensor seperti Toyo, Snamprogetti dan Stamicarbon.
Selain itu studi kelayakan juga diharapkan akan mengevaluasi supplier paket boiler batubara secara komersil berdasarkan performa, biaya (capital dan operasi), pengalaman, lingkup pekerjaan, dan akan memasukkan pengalaman Pemilik Proyek, Evaluasi Teknologi Penyiapan Batubara dan Suppliernya, Evaluasi Teknologi Unit Pemisahan Udara dan Suppliernya (Linde, Air Liquide, Air Products), Evaluasi Teknologi Pembersihan dan Pengkondisian Gas dan Suppliernya (Linde, Lurgi) , Evaluasi Treatment yang Optimum dan Penggunaan produk samping dan Limbah/Buangan, Evaluasi Supplier-supplier Utilitas,
3. Evaluasi Lokasi Pabrik
Evaluasi lokasi pabrik yang ditawarkan dan menyarankan kepada Pemilik Proyek lokasi alternatif yang akan mengurangi biaya proyek termasuk pengetesan tanah dan membuat penentuan dasar pada tipe pondasi dan pengaturan lokasi, Pihak konsultan FS akan menggunakan peta topografi yang disediakan oleh Pemilik Proyek untuk mengembangkan denah pabrik. Data lokasi yang ada seperti arah angin dan kecepatannya, temperature ambient wet bulb dan dry bulb juga akan disediakan oleh Pemilik Proyek.
4. Studi Transportasi Pengiriman Peralatan dan Material
Studi kelayakan juga menentukan bagaimana equipment dan material dapat ditransportasi ke lokasi proyek dan batas ukuran dan beratnya. Jalan raya dan jalan rel ke lokasi proyek akan dievaluasi berdasarkan pada pelabuhan yang paling ekonomis untuk pengiriman dari luar negeri.
5. Studi Transportasi Produk
Opsi transportasi produk seperti truk dan rel produk ammonia dan urea berdasarkan pengiriman pada terminal pupuk yang ada yang dimiliki oleh pemilik proyek.
6. Rencana Awal Eksekusi Proyek dan Jadwalnya
Rencana eksekusi proyek akan memasukkan strategi kontrak EPC. Jadwal proyek akan memasukkan aktifitas mulai dari studi kelayakan sampai pada operasi awal pabrik termasuk proses negosiasi lisensi teknologi, kontrak paket desain proses lisensor, seleksi kontraktor EPC, FEED, negosiasi kontraktor EPC, sampai pada penutupan keuangan.
7. Estimasi Biaya EPC
Basis estimasi biaya proyek EPC yang akan digunakan antara lain:
- Pengaturan lokasi
- Daftar equipment yang sudah memiliki ukuran
- Jadwal dan rencana eksekusi proyek
Estimasi biaya EPC pabrik akan menggunakan data yang diterima dari penawaran-penawaran dan sumber-sumber internal konsultan FS termasuk proyek-proyek saat ini. Estimasi akan dipecah menjadi area pabrik besar dan paket peralatan, material, konstruksi, sipil, engineering dan harga lisensi/pihak ketiga. Biaya total peralatan dan jam kerja konstruksi juga akan didaftarkan untuk setiap area pabrik besar. Harga-harga supplier untuk peralatan/paket akan disediakan selain harga peralatan yang sifatnya bebas.
Akurasi estimasi biaya EPC untuk FS adalah di kisaran +/-25% dan berada pada batas +/-30%.
8. Estimasi biaya Proyek Pemilik
Biaya estimasi proyekPemilik terdiri dari biaya pengembangan proyek termasuk lisensi proses, engineering awal sebelum kontrak EPC, perijinan, dan cadangan Pemilik.
9. Biaya Material Massal Pemilik
Jumlah dan biaya isian pertama dan inventori katalis-katalis, bahan Kimia, dan konsumebel akan diestimasi. Spare part utama akan didaftar dan ada cadangan biaya yang diestimasi berdasarkan pengalaman industri. Laboratorium dan peralatan pemeliharaan pabril akan didaftar dan cadangan biaya diestimasi berdasarkan pengalaman industri. Isian awal dan biaya-biaya inventori akan dimasukkan pada estimasi biaya proyek Pemilik.
10. Fee Royalti dan Lisensi Pemilik
Fee royalty dan lisensi akan dikumpulkan dari proposal lisensor proses untuk teknologi proses terpilih dan dimasukkan ke dalam estimasi biaya proyek Pemilik.
11. Biaya Pemeliharaan dan Pengoperasian Pabrik oleh Pemilik
Staff pabrik dan biaya tetap tahunan dan biaya pengoperasian tidak tetap akan diestimasi awal berdasarkan pada pengalaman industry dan jadwal rencana pemeliharaan dasar yang akan menggambarkan frekuensi shutdown, durasi, dan kerja pabrik yang dilakukan. Estimasi-estimasi ini akan dikaji dengan Pemilik dan kemudian direvisi untuk merefleksikan filosofi dan pengalaman Pemilik.
12. Kajian Pasar
Kajian pasar akan memperkirakan harga ammonia dan urea untuk periode operasi pabrik selama 25 Tahun berdasarkan proyeksi harga gas alam.
13. Evaluasi Pendanaan
Evaluasi ini mencakup mengevaluasi sumber konvensional dan alternatif untuk investasi proyek di dalam dan luar negeri. Sumber ini dikategorikan oleh ketertarikan mereka pada investasi perpupukan dan energi, ukuran investasi yang biasanya mereka lakukan, dan harapan mereka terhadap term dan kondisi termasuk lama utang dan biaya-biaya terkait. Sebuah laporan akan disiapkan mempresentasekan hasil-hasil evaluasi dan suatu rencana untuk mendapatkan pendanaan proyek.
14. Model Keekonomian
Konsultan FS juga diharapkan akan membuat model keekonomian dalam kertas Excel untuk proyek berdasarkan pada:
- Harga batubara lebih dari periode 25 Tahun yang disiapkan oleh Pemilik
- Harga Amonia dan Urea selama lebih dari periode 25 Tahun
- Estimasi biaya capital dan biaya-biaya pendanaan proyek dibuat oleh Konsultan FS berdasarkan kemampuan dan pengalaman Konsultan FS dan input dari Pemilik
- Estimasi biaya pemeliharaan dan pengoperasian yang dibuat oleh Konsultan FS berdasarkan pada kemampuan dan pengalaman mereka dan input dari Pemilik
- Tingkat eskalasi dari Konsultan FS berdasarkan input dari Pemilik Proyek.
- Tingkat pajak dan biaya administratif dan umum yang secara bersama-sama dibuat oleh Konsultan dan Pemilik.
Model akan menghitung NPV, Periode Pengembalian dan IRR melewati periode 25 Tahun mulai dengan award kontrak EPC.
15. Faktor-faktor Resiko Proyek
Konsultan FS akan membuat dan meranking sebuah daftar resiko proyek antara lain:
- Resiko-resiko bisnis
- Resiko pengoperasian
- Resiko regulasi
- Resiko lingkungan
Penulis kajian ini adalah salah seorang profesional kontraktor teknik dan EPC yang telah melakukan penilaian kelayakan untuk gasifikasi, pengolahan dan produksi syngas dan bahan bakar sintetis. Penulis juga membantu memilih teknologi terbaik untuk kebutuhan khusus, termasuk produk amonia dan urea. Selain itu juga melakukan analisis ekonomi dan evaluasi pendanaan proyek sebagai bagian dari studi kelayakan. Setelah pemilihan teknologi, perusahaan tempat Penulis menyediakan rekayasa yang tepat. Perusahan Penulis telah melakukan penelitian, penilaian dan proyek EPC untuk gasifikasi lebih dari 30 klien. Pengalaman ini meliputi teknologi gasifikasi di permukaan dan bawah tanah. Dalam semua kasus, Penulis mendengarkan dulu kemudian menyelaraskan solusi teknologi terbaik yang cocok dengan kebutuhan bisnis.