Monthly Archives: August 2022

Ketum PII Pimpin Upacara Kemerdekaan RI Ke-77: Insinyur Bangun Negeri Menjadi Lebih Baik

Suasana upacara perayaan kemerdekaan RI ke-77 hari ini secara offline di kantor PII Pusat Gedung Graha Rekayasa Indonesia berlangsung hikmat dipimpin langsung oleh Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc., IPU.,, ACPE. Bertindak selaku inspektur upacara Sekretaris Jenderal PII Ir. Bambang Goeritno, M.Sc., MPA., IPU., APEC Eng.

Ketum dalam pidatonya menyampaikan, kita membutuhkan Insinyur untuk bangun negeri ini menjadi lebih baik. Berikut isi pidato lengkap keinsinyuran Ketum PII pada perayaan Kemederkaan RI hari ini.

“Bapak dan Ibu serta Saudaraku sekalian, Sahabat Insinyur se-Indonesia dan para Insinyur kita yang saat ini berkarya di Luar Negeri.
Pagi ini kita hadir bersama untuk merayakan 77 tahun Indonesia meraih kemerdekaannya. Sebagai insan Insinyur Indonesia, kontribusi kita baik secara individu maupun secara organisasi telah banyak melahirkan karya-karya dan Inovasi Keinsinyuran yang mewarnai perjalanan bangsa ini menuju bangsa besar, bangsa yang maju, mandiri dan berdaulat.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kelahiran PII di tanggal 23 Mei 1952, jelang 7 tahun usia Republik Indonesia juga menandai betapa pentingnya kehadiran PII untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita rebut dari kolonialisme. Negeri yang kala itu masih berusia belia membutuhkan infrastruktur dan industri untuk membuktikan eksistensi kita sebagai bangsa.
PII adalah gagasan besar Founding Father Indonesia Ir. Soekarno bersama pendiri Ir. Djuanda dan Ir. Rosseno.
Visi besar Founding Father kita adalah Insinyur Indonesia hadir untuk membangun bangsa dan mensejahterakan masyarakat melalui karya-karya dan inovasi keinsinyuran. Ir. Soekarno sangat memahami bahwa tanpa insinyur, Indonesia tidak akan menjadi negara maju dan tidak akan bisa setara dengan bangsa-bangsa lain. Indonesia butuh insinyur.
Bapak dan Ibu serta saudaraku para Insinyur yang berkarya di berbagai sektor,
Saat ini kita menghadapi perekonomian dunia yang begitu dinamis, penuh ketidakpastian. Kehidupan berbangsa dan bernegara pun yang melibatkan multi-sektor, multi-aktor sehingga permasalahan yang muncul pun semakin beragam dan begitu kompleks. Begitu pun tantangan keinsinyuran baik skala global maupun nasional yang sungguh dinamis.
Visi Menuju Indonesia Emas di Tahun 2045 yang salah satu pilarnya adalah Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang di dalamnya termasuk tantangan pemenuhan sumber daya Insinyur Indonesia baik secara Kuantitas maupun Kualitas. Secara Kuantitas, saat ini kita masih berada kisaran rasio 5300 Insinyur per juta penduduk yang perlu ditingkatan secara eksponensial untuk setidaknya berada pada rasio 25000 Insinyur per juta penduduk di tahun 2045.
Tentunya, ini menuntut kita, para aktifis Keinsinyuran (yang berada di sisi industri, akademisi, Pemerintah maupun melalui PII sendiri) untuk bersinergi dan berkolaborasi di dalam melakukan proses akselerasi tadi, yang tidak cukup lagi dengan business as usual untuk mencapai target itu. Saat ini, kita jauh tertinggal dari Amerika Serikat (20000 Insinyur per juta penduduk), Korea (25000 Insinyur per juta penduduk) dan bahkan Vietnam (9000 per juta penduduk).
Sebagai organisasi besar, kita patut berbangga, PII telah bertransformasi menjadi Otoritas Keinsinyuran melalui mandat UU 11/2014 telah mencapai milestones of achievement yang di antaranya pengakuan PII sebagai bagian dari International Engineering Alliances sejak awal 2000-an dan baru-baru ini kita mendapat kabar yang sangat menggembirakan beberapa minggu lalu bahwa PII melalui Indonesian Accreditation Board of Engineering Education (IABEE) telah menjadi full signatory member of Washington Accord, sungguh pencapaian yang luar biasa.
Tantangan global keinsinyuran (Digitalisasi dan Automasi, Transisi Energi, Penyediaan Infrastruktur Handal dan Revolusi Industri Kesehatan) menuntut para Insinyur Indonesia fokus pada upskilling dan peningkatan kompetensi secara terus-menerus.
Semoga dengan credentials yang kita miliki sebagai Organisasi bisa secara konsisten menjadi barometer penyelenggaraan Keinsinyuran di Indonesia maupun global yang lebih professional, lebih berkualitas, dan lebih bermartabat. Peran Insinyur Indonesia di dalam berbagai sektor pun harus terus didorong dan ditingkatkan untuk memberikan nilai tambah buat pembangunan nasional dan juga berdaya saing global.
Semoga dengan momentum perayaan kemerdekaan ke-77 ini “INSINYUR INDONESIA SEMAKIN KONSISTEN MENGEKSPRESIKAN NASIONALISME DAN KECINTAAN PADA TANAH AIR MELALUI KARYA DAN INOVASI KEINSINYURAN DI BERBAGAI SEKTOR”
Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-77 tahun.
Indonesia Maju, PII Jaya, Insinyur Indonesia Semakin Tangguh dan Bermartabat”

Ketum PII – Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc., IPU., ACPE

Hadir juga secara offline Bendahara Umum PII Dr. Ir. Arlan Septia, IPU., Wasekjen PII Ir. Dandung Sri Harninto, IPU., Sekretaris Komite Penjaminan Mutu PII Pusat Ir. Taufik Nur, MT., IPM., ASEAN Eng, Direktur Eksekutif PII Ir. Habibie Razak, IPU., ACPE., APEC Eng dan Wakil Direktur Eksekutif PII Ir. Mucharom, ST yang diberi amanah membacakan doa di perayaan dirgahayu RI ke-77 ini.

Mewakili Ketum PII pada FGD Program Profesi Insinyur UNSRI, 15Agt2022

Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang menggelar Seminar dan Focus Group Discussion yang berlangsung hari Senin pagi, 15 Agustus 2022 dengan topik “Kebijakan, Tantangan dan Peran Mutu Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI)”.

Acara yang dihadiri langsung oleh Rektor UNSRI Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE., IPU., ASEAN Eng. sekaligus memberikan keynote speech tentang peran dan tantangan PSPPI Universitas Sriwijaya dalam menelurkan lulusan Insinyur melalui Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) yang sudah bergulir setidaknya 5 tahun terakhir.

Ir. Habibie Razak Direktur Eksekutif PII Pusat mewakili Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia dalam paparannya bahwa saat ini sekitar 40 Perguruan Tinggi diberi Ijin membuka Program Studi Program Profesi Insinyur sejak 11 April 2016, per 1 Januari 2017, Batch Pertama Penerima Mandat – UMI – Andalas Padang – UMS Surakarta – Binus Jakarta. Dari 40 yang diberi ijin dan mandat tadi sekitar 37 Perguruan Tinggi berhasil menelurkan Insinyur dari PSPPI per 10 Maret 2022. Saat ini, TOP THREE penghasil lulusan PSPPI hingga Maret 2022, UNHAS (2385 alumni), UGM (1989 alumni) dan UMI (1676 alumni). Total keseluruhan Alumni PSPPI se-Indonesia per Maret 2022 baru +/- 12.974 Insinyur.

Oleh Ir. Habibie “ketika membaca dan mempelajari statistik, rasio Insinyur Indonesia per 1 Juta penduduk masih jauh dibandingkan negara seperti Korea, Amerika Serikat bahkan Vietnam. Saat ini rasio kita masih 5300 per Juta penduduk dibandingkan dengan negara lain seperti Vietnam saja sudah 9000, US 20000 dan Korea 25000. Namun Selain kuantitas, kualitas program pendidikan tinggi teknik kita masih perlu didorong menjadi lebih baik lagi melibatkan industri dan praktisioner untuk mendapatkan real engineering experience. Program studi keinsinyuran diharapkan mengikuti program international accreditation (ABET) untuk kesetaraan internasional” lanjut Habibie.

Ir. Habibie yang dalam kapasitasnya mewakil Ketum PII Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga juga menyampakan kembali 4 tantangan keinsinyuran yang ada di dunia saat ini antara lain digitalisasi dan automasi, transisi energi, infrastruktur tangguh di era perubahan iklim dan revolusi industri kesehatan. Para lulusan Insinyur kita hendaknya diberikan insight bahkan kesiapaan skill terkait 4 tantangan tadi.

Oleh karena itu ada beberapa saran-saran oleh PII kepada pihak penyelenggara PSPPI antara lain: Perlu ada kerjasama yang apik antara Perguruan Tinggi + PII + Industri untuk menelurkan calon-calon Insinyur Profesional melalui program Engineer in Training (benchmarking ke US & Canada), Perlu adanya mata kuliah khusus terkait “Pedoman Berpraktik Keinsinyuran bagi Insinyur Profesional”, dengan menghadirkan pembicara dari PII, Perlu tambahan penekanan mata kuliah “Etika” dan “Profesionalisme”, dengan mengundang praktisi Keinsinyuran dari industri, Penambahan wawasan para Insinyur tentang “Teknologi Digitalisasi dan Transisi Energi”, melalui sub-mata kuliah tersebut di PSPPI, perlu adanya diskusi sesama penyelenggara PSPPI terkait biaya penyelenggaraan untuk kelas RPL dan reguler, Saran untuk Forum Penyelenggara PSPPI untuk program reguler PSPPI hendaknya bisa langsung dimulai sejak lulus Sarjana Teknik/Hayati tanpa harus menunggu 2 tahun umur ijazah dan yang terakhir adalah dibutuhkan extra-ordinary effort mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara maju terkait peningkatan rasio Insinyur per Juta penduduk yang hanya bisa dilakukan apabila ada program akselerasi (not business as usual).

Acara ini dibuat secara hybrid, sesi offline bertempat di Ruang Prof Djoaeni Mukti UPT Bahasa Kampus Universitas Sriwijaya Bukit Besar.

Mewakili Ketum PII pada CITES2022, 09 Agustus 2022

Universitas Andalas Padang menggelar The Conference on Innovation in Technology and Engineering Sciences (CITES) 2022 yang sukses diselenggarakan pagi hingga sore ini secara hybrid. Acara ini menghadirkan keynote speaker nasional maupun internasional antara lain: I Nyoman Radiarta, Ph.D mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof. Jafril Tanjung, Prof. Toong Khuan Chan dan Ir. Habibie Razak.

Keynote speaker di sesi pagi membawakan topik terkait kebijakan pemerintah terkait inovasi sains keketnikan dan teknologi di sektor kelautan dan perikanan, structural engineering, construction management dan profesionalisme dalam dunia keinsinyuran. Selain keynote speaker, di sesi siang membawakan topik yang berbeda terkait disiplin, civil, mechanical and electrical engineering, computational electronics and physics. Pembicara yang bukan hanya berasal dari Indonesia tapi juga menghadirkan pembicara dari Australia dan Malaysia.

Ir. Habibie Razak mewakili Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia memaparkan 4 outlines antara lain: The Spirit of Law No. 11 Year 2014 regarding Engineering Profession, Engineering Profession Transformation after the issuance of Law No. 11/2014, Professional Engineer (PE) Practice in Indonesia and Global Challenges of Professional Engineer (PE).

Dalam paparannya Ir. Habibie menuturkan “we are glad to announce that PII has been recognized by the IEA to be part of the APEC Engineer Membership since early 2000s and IABEE – Indonesian Accreditation Board for Engineering Education under PII has succeeded in becoming a full signatory member of the Washington Accord in 2022. These 2 major milestones would enable us to get recognized internationally and enhance the mobility of PEs to work abroad”

Selain itu, Ir. Habibie juga menyampaikan bahwa harusnya dengan UU 11/2014 memberikan peluang buat para Insinyur Indonesia yang juga merupakan bagian dari Industri (melalui PII) untuk memberikan kontribusi pemikiran dan pengetahuan kepada perguruan tinggi teknik di dalam mensetting the Discipline Criteria in Accreditation, dan Curriculum Development. Harapannya lebih banyak PEs/Industry Representatives involved in Accreditation Processes”

Ir. Habibie dalam kesimpulannya menyampaikan points to take away antata lain: “•After the enactment of Law no. 11/2014, PII has an important task in the professional development and coaching of Indonesian Engineers, and the preparation of superior and highly competitive Engineers to bring progress, prosperity and glory to the Indonesian nation and state. •Engineering Transformation must be able to create a conducive climate for the growth of professionalism, innovation, creativity, and excellence of Engineers, as well as being able to improve the quality of services and deliverables to Engineering users/usefuls. •The global challenges of Engineering (Digitalization, Energy Transition, Provision of Reliable Infrastructure and the Health Industry Revolution) require Indonesian Engineers to focus on upskilling and continuous improvement of competence.The global competitiveness of Indonesian Engineers really needs to be supported by International Certification facilitated by PII through Cooperation with Foreign Parties (G to G MRA or through International Engineering Alliances)”.

Acara konferensi ini dibuka dengan tari Piring merupakan tarian khas Sumatera Barat.