Ir. Habibie Razak Ketua Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia (BKS PII) menghadiri ASEAN Engineering Register (AER) Roadshow yang mendampingi Ir. Simon Yeong, Head of AER Commissioner, Ir. Habimono Koesobjono dan Ir. Prastiwo Anggoro (Country Registrar dan Alt Country Registrar, AER, Indonesia).

Road show kali ini diselenggarakan di Aceh Utara pada hari Jumat dan Sabtu, 19 – 20 September 2025 dituanrumahi oleh Ketua PII Cabang Aceh Utara, Ir. Mirza Gunawan, ASEAN Eng dan segenap unsur Pengurus dan Rektor Universitas Malikussaleh, Prof. Ir. Herman Fithra, ASEAN Eng. Kegiatan yang berlokasi di kampus UNIMAL pada hari Sabtu 20 September terdiri dari beberapa rangkaian acara antara lain: sambutan-sambutan dari Ketua PII Aceh Utara, Rektor UNIMAL hingga perwakilan PII Pusat dilanjutkan dengan sesi perkenalan tentang ASEAN Engineering Register, sejarahnya, AER membership category, jumlah AER saat ini, benefit yang diberikan dan program kerja AER terkait capacity building Insinyur ASEAN di Kawasan Asia Tenggara ini.

Sesi terakhir, Ir. Habibie Razak diminta untuk sharing pengalaman terkait keanggotaan Beliau sebagai bagian dari AER sejak tahun 2011. “Saya sudah menjadi bagian dari ASEAN Engineering community sejak tahun 2011 dengan nomor registrasi 1551 dan banyak menggunakan network atau jaringan Insinyur ASEAN untuk meningkatkan mobilitas keinsinyuran saya bekerja dan praktik keinsinyuran pada proyek-proyek sektor energi di Malaysia, Singapura dan Brunei di antaranya adalah proyek PLTGU dan PLTS Terapung di Asia Tenggara” ungkap Ir. Habibie Razak yang juga adalah Direktur Eksekutif PII Pusat Periode 2021 – 2024.

Ir. Habibie juga mengingatkan kawan-kawan PII Aceh Utara bahwa Insinyur di daerah ini harus mampu memberikan kontribusi terbaiknya pada pengembangan infrastruktur energi seperti minyak dan gas, PLTA, PLTP dan PLTB di mana Aceh Utara, Aceh Besar dan Lhokseumawe ini akan menjadi pusat pertumbuhan yang jauh lebih pesat lagi di masa depan. Sebutlah kehadiran Mubadala Energi yang melakukan aktivitas eksplorasi dan produksi blok South Andaman dan saat ini sudah melakukan pengeboran lepas pantai setidaknya untuk 2 sumur (Layaran-1 dan Tangkulo-1) yang lokasinya 166 Km Timur Laur Banda Aceh dan 67 Km Utara Lhokseumawe.

Sejarah membuktikan bagaimana Aceh Utara berkontribusi pada penyediaan gas alam untuk pabrik pupuk dan pembangkit listrik melalui kehadiran Arun LNG plant yang kemudian dikonversi Menjadi Arun LNG Receiving Terminal. Menurut Ir. Habibie Razak selain kaya akan hydrocarbon, Aceh secara umum juga kaya akan sumber energi Terbarukan seperti angin, panas bumi, dan hydro. Sebutlah satu proyek yang sudah selesai studi kelayakannya mampun menghasilkan setidaknya 90 MW dari PLTB dengan tingkat kecepatan angin rata-rata 5-6 m/s dengan ketinggian 50 meter. “Potensi seperti ini mesti dimaterialize jangan sampai hanya sekedar potensi saja”, lanjut, Ir. Habibie.

”Dalam konteks mobilitas internasional Insinyur Indonesia, kita juga tentunya mendorong Insinyur Indonesia untuk mengambil sertifikasi Internasional untuk bisa meningkatkan mobilitas keinsinyurannya dengan bekerja dan berpraktik di negara-negara ASEAN, Australia bahkan hingga ke kawasan Timur Tengah” lanjut Ir. Habibie menjelaskan ke setidaknya 150 peserta AER Head of Commissioner Roadshow ini.

