Monthly Archives: November 2013

Ikutan Nimbrung di International Coal Gasification Conference di Singapura (19 – 22 Nopember 2013)

Konferensi coal gasification kali ini menghadirkan various speakers dari beberapa perusahaan multinasional yang bergerak di bidang energi, oil & gas. Masing-masing pembicara adalah professional and networker mengupas perkembangan proyek-proyek coal gasification dan underground coal gasification (UCG) yang sementara bergulir. Tak ketinggalan pembicara dari Indonesia mewakili beberapa instansi dan institusi pemerintah seperti Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Coal gasification adalah suatu proses di mana raw carbonaceous fuels dioksidasi secara parsial untuk menghasilkan gaseous combustible products lainnya. Produk utama dari  gasifikasi adalah synthesis gas atau syngas, umumnya terdiri dari carbon monoxide (CO), hydrogen, methane, carbon dioxide, and nitrogen. sedangkan kategori teknologi gasifikasi batu-bara saat ini adalah fixed bed, fluidized bed, entrained flow – slurry feed dan entrained flow – dry feed.

21 Nov 2013

21 Nov 2013 (2)

 

 

 

 

 

 

 

 

In this today’s global energy mix, gasification has been processed to many downstream products such as:

  • Ammonia, urea for fertilizing
  • Methanol/DME/Gasoline/Olefins
  • Carbon dioxide together with methanol can produce acetic acid, phosgene to polyurethane
  • Hydrogen
  • Oxo alcohols to detergents, plasticizers.
  • Fischer tropsch to fuels (diesel, jet fuel, naphtha), lubricant base oils, drilling fluids, specialty waxes and others
  • Synthesis natural gas (SNG)
  • Town gas
  • Reduction gas for metals production
  • Gas turbines to electric power

 Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan di dalam memilih teknologi gasifikasi antara lain:

  • Karakteristik batubara seperti moisture content, flyash content, calorific value (CV), dan seterusnya
  • Produk yang akan dihasilkan (downstream products) dan aplikasinya. Syngas yang dihasilkan apakah akan dibuat methanol, fertilizer, SNG atau untuk pembangkit listrik. Setiap teknologi memiliki keunggulan pada aplikasi tertentu seperti MHI dryfeed entrained flow lebih banyak digunakan pada aplikasi IGCC dan SNG sebagai produk akhir.
  • Capital expenditure (CAPEX) yaitu biaya investasi keseluruhan proyek.
  • Operating expenditure (OPEX). Biaya operasional dan pemeliharaan dari suatu pabrik gasifikasi sebagai hasil dari pemilihan suatu teknologi.
  • Skala pabrik dan tingkat reliabilitasnya. Untuk skala besar (higher throughput) entrained-flow gasifier adalah opsi yang tepat.
  • Dan berbagai aspek lainnya.

Untuk tipikal low rank coal di Indonesia berdasarkan hasil beberapa studi, dryfeed entrained flow gasifier memiliki efisiensi yang lebih tinggi dan biaya investasi yang lebih murah.  The Shell Coal Gasification Process (SCGP) dengan high temperature heat recovery (HTHR) memiliki efisiensi tertinggi dan ideal untuk aplikasi IGCC. Teknologi bottom water quench kolaborasi antara Shell dan Wison juga fit untuk menghasilkan ammonia dan urea plant. Mitsubishi Heavy Industries (MHI) pun memiliki teknologi gasifikasi yang reliable untuk menghasilkan SNG dengan higher throughput.

Konferensi kali ini didominasi pembicara dari Australia antara lain wakil dari Latrobe Fertilizer Limited yang memberikan update tentang Latrobe Valley Coal Gasification to Urea Development, Liberty Resources tentang Denison Coal Gasification to Fertilizer Project & Development in Queensland, Australia. Salah seorang pembicara dari Mitsubishi Heavy Industries (MHI) juga memberikan paparan tentang Coal Gasification Technology and Business Approach: Power in Indonesia. Tak ketinggalan wakil dari Korea Western Power Corporation (KOWEPO) memberikan update tentang Korea’s First Integrated Gasification Combined-Cycle (IGCC) Plant.

Workshop time

 

Seperti biasa, pada setiap konferensi yang diadakan IBC Singapore, mereka juga mengadakan pre-conference sehari sebelumnya dan post-conference sehari setelahnya. Black & Veatch mengambil peranan signifikan di event ini dengan menghadirkan George Gruber, PE – Gasification Technology Manager membawakan workshop tentang Coal Gasification to LNG setelah sehari sebelumnya di konferensi Beliau memaparkan tentang Asia’s Coal Gasification to Methanol & Ethanol Market: Key Projects & Progress. Pada workshop ini Beliau dibantu oleh Habibie Razak, P.Eng (Assistant to Instructor) juga sekaligus mewakili Black & Veatch Jakarta office selama 2 hari konferensi dan 1 hari workshop.

 

 

 

Pada diskusi panel hari kedua konferensi mengangkat topik tentang Coal Gasification Financing, Partnerships & Joint Ventures. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul seperti: 

  • What makes a coal gasification project bankable?
  • An investor perspective on coal gasification projects
  • What are the risks involved with coal gasification projects?
  • What’s an effective risk mitigation strategy for coal gasification projects?
  • What are the expectations from the financers?
  • What finances options and structures are available?

Khusus untuk Indonesia project development, coal gasification diprediksi akan menjadi opsi di dalam pemenuhan kebutuhan energi domestik Indonesia dengan beberapa kondisi antara lain:   

  • The incentive from the government shall be available to support the attractiveness on this kind of investment.
  • The gradual removal on subsidy for oil and electricity in the near future will gradually increase the need on developing the alternative fuels in Indonesia. Coal to synthesis fuels will be the best option to go with.
  • The decrease of oil and gas lifting production in Indonesia is also a big concern since the production capacity is less than 850,000 barrel a day and if there’s no additional proven reserves the oil reserves will be out of supply less than 18 years from now.    
  • Harga natural gas akan menjadi lebih mahal di atas USD 10/MMBTU dari sumur eksplorasi gas, ini bisa diakibatkan karena menurunnya production lifting dan kurangnya penemuan-penemuan baru (new discovery).

Hasil diskusi di konferensi ini memberikan sedikit rough figure bahwa harga USD 9-10/MMBTU bisa dijadikan sebagai harga jual synthetic natural gas (SNG) yang dihasilkan dari coal gasification plant. Ini bisa menandakan bahwa biaya investasi dan OPEX bisa lebih rendah dari harga jual tadi, ini menarik untuk diinvestigasi lebih lanjut, however siapa pun yang memiliki deposit batubara low rank coal yang besar di Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis ini. Perusahaan Engineering dan EPC seperti Black & Veatch dan Wison bisa memberikan informasi lebih banyak tentang coal gasification ini mulai dari sisi teknikal sampai pada aspek bisnisnya. Salam sejahtera buat kita semua.

 

 

Kembali Menjadi Pembicara di Konferensi Insinyur se-Asia Tenggara tentang Teknologi Gasifikasi Batubara dan Peluang Bisnis di Indonesia

Pelaksanaan konferensi Insinyur se-Asia Tenggara dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada Tanggal 11-13 Nopember 2013 meninggalkan kesan impresif buat Habibie Razak sebagai salah seorang Insinyur Indonesia. Pada event kali ini saya membawakan kuliah dengan judul “The Application of Coal Gasification Technology & Its Business Opportunity for Indonesian Low Rank Coal Utilization” dengan durasi 20 menit diikuti sesi tanya jawab selama 10 menit yang diadakan pada Hari Selasa, 12 Nopember 2013, sesi technical paper, CAFEO-31, Jakarta.

Pada sesi tanya jawab,  saya mendapatkan banyak respon dan pertanyaan dari beberapa delegasi yang dihadiri oleh 50 peserta/delegasi dan kebanyakan dari mereka mempertanyakan sisi teknis dan juga aspek bisnis dari gasifikasi batubara di Indonesia seperti payback period & ROI, efek lingkungan selama pabrik dibangun dan selama beroperasi, sampai pada efek sosialnya (masyarakat sekitarnya). Pada akhir sesi ini saya menyimpulkan beberapa bullet points dari isi kuliah saya antara lain:

  • The coal reserves in Indonesia are abundant and more than 50 percent of those are categorized as low rank coals. The best solution to utilize these low rank coals is to go with gasification process.
  • There are three major types of gasification technology in the world, fixed bed, fluidized bed and entrained-flow technology.
  • Black & Veatch has over 30 years of experience  in coal gasification and other oil & gas technologies Black & Veatch performs feasibility studies (FS), front-end and engineering design (FEED), and engineering, procurement and construction (EPC) services to clients throughout the world.
  • Black & Veatch has performed studies on Indonesian coal gasification. B&V expertise and know-how is available to serve Indonesian clients and their future coal gasification and coal to chemical projects.
  • Building coal gasification and coal to chemicals plants in Indonesia are promising considering the coal will be the alternative future energy to substitute for oil and natural gas for vehicle fuels, chemical products and electricity generation. 

 4-During presentation3-During Presentation(3)Sehari sebelumnya, rekan saya dari Black & Veatch, mempresentasekan seputar floating LNG technology dengan judul “LNG Barge: Solution for Gas Supply to Indonesian Archipelago” pada sesi technical paper dan mendapatkan respon hangat dari beberapa delegasi negara-negara ASEAN di antaranya adalah dari Direktur Engineering salah satu perusahaan BUMN di Myanmar. Presentation showcase ini berlangsung selama 20 menit dan diikuti sesi tanya jawab. 

 

 

 

 

Beberapa kesimpulan presentasi floating LNG technology ini antara lain:

  • Black & Veatch has over 50 years of experiences in LNG liquefaction and regasification terminal. Black & Veatch performs feasibility studies (FS), front-end and engineering design (FEED), and engineering, procurement and construction (EPC) services to clients throughout the world.
  • Barge LNG is proving to be a good solution for small to mid-scale LNG solution. Black & Veatch has now developed many configurations through several feasibility and Pre-FEED studies and completed FEED in liquefaction capacities ranging from 0.5 MMTPA to 2.0+ MMTPA, using gas turbine and motor drivers with aerial or water cooling for refrigeration interstage cooling. Exmar-Pacific Rubiales FLRSU barge is already in advanced stages of construction, slated for 1Q2015 commercial operation at Colombia becoming world’s first floating LNG project. This offers a wide range of choices for customers for an expedited project development. 
  • Barge LNG can efficiently be used for continuous gas supply through LNG distribution. Black & Veatch has achieved significant progress in the development and implementation of Barge LNG solution. This work by Black & Veatch can form an excellent   basis to develop an expedited and economical solution for gas supply from one island to other islands for Indonesian archipelago.

Eddy starts the presentation

 

Konferensi Insinyur se-ASEAN kali ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta terdiri dari delegasi 9 negara ASEAN, dosen dan peneliti dari perguruan tinggi, professional, dan tak ketinggalan tamu undangan dari Jepang, Taiwan, dan Australia dari berbagai lembaga unsur pemerintah maupun swasta. Pembukaan CAFEO-31 oleh Bapak Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Djoko Kirmanto pada Tanggal 11 Nopember 2013 dan acara perpisahan dihadiri oleh Bapak Menteri ESDM, Ir. Jero Wacik.

 

 

 

Selain technical paper sessions yang dibagi ke dalam beberapa ruangan CAFEO ada meeting khusus untuk ASEAN Energy Business Networking, Woman Engineers Session, Young Engineer of ASEAN session, dan sesi seminar yang salah satu pembicaranya adalah Bapak Dr. Ir. Hermanto Dardak, Wakil Menteri PU juga sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PII.

5-Habibie receives certificate 

WP_001456

Hari ketiga pelaksanaan CAFEO-31, 13 Nopember 2013 penyelenggara mengadakan technical tour ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Gunung Salak. Peserta tour ini dihadiri oleh beberapa delegasi dan peserta dari Myanmar, Vietnam dan Malaysia. Mereka berangkat mulai Pukul 08.00 pagi dan tiba di Gunung Salak tepat tengah hari. Di sana mereka mengunjungi lokasi PLTP dan ditemani oleh beberapa karyawan(i) dari Indonesia Power. Setelah berkeliling selama 5-6 Jam mereka memutuskan kembali ke Jakarta karena keesokan harinya delegasi dan peserta dari negara lain harus kembali ke negara masing-masing. Secara keseluruhan acara berjalan sesuai rencana dan menikmati keramahtamahan tuan rumah.

Sampai ketemu lagi di CAFEO-32 yang akan diselenggarakan di Myanmar akhir tahun 2014. Salam Insinyur ASEAN.

 

Pembicara di Ajang Bergengsi Konferensi LNG Internasional dengan Judul “LNG Barge: Solution for Gas Supply to Indonesian Archipelago”

Menjadi peserta pada suatu konferensi atau seminar adalah suatu hal yang biasa-biasa saja buat saya tapi ketika diberi amanah menjadi pembicara pada suatu event bergengsi seperti International LNG Conference yang diadakan oleh IBC Singapore adalah suatu hal yang luar biasa. Sejujurnya ini bukan pengalaman pertama saya menjadi pembicara (speaker) pada acara konferensi, seminar atau workshop yang bertaraf nasional, regional maupun internasional saya juga hampir setiap tahunnya menjadi technical paper presenter di acara Konferensi Insinyur se-Asia Tenggara, pernah diundang menjadi pembicara pada workshop Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKK – PII), menjadi Instruktur pada workshop pada Kursus Pembinaan Profesi Persatuan Insinyur Indonesia (KPP-PII) sampai dengan memenuhi undangan dari mahasiswa menjadi penBV3yaji kuliah tamu.

BV3BV3BV3Tanggal 22 Oktober 2013 kemarin saya membawakan kuliah tentang teknologi Floating LNG Production Plant mewakili perusahaan saya. “LNG Barge: Solution for Gas Supply to Indonesian Archipelago” adalah judul presentation slides saya dan dengan melihat trend sekarang, small to medium scale LNG plant akan menjadi primadona bisnis di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Berikut sedikit penggalan abstrak tentang topik Floating LNG Plant ini begitu relevan dan suitable untuk diaplikasikan di Indonesia sebagai Negara yang terkenal dengan julukan archipelagonya.

Indonesia is the archipelago country consists of many islands starting from 7 big islands to smaller islands throughout Indonesia. In order to meet the energy demand especially gas supply from one island that has a lot of gas reserves to other islands that haven’t got any reserves then the LNG is the best option to go instead of building the gas pipeline. LNG will benefit in term of economic viability to meet the gas supply and demand for energy need such as power generations and transportation fuel.

LNG Presentation-1The world-wide market for LNG continues to grow rapidly, many countries that are rich of gas reserves have built many LNG plants starting from base-load type to mid and small scale liquefaction facilities. Traditionally, base load LNG plants have provided the majority of this LNG supply. As the industry has grown, base load plants have grown increasing larger and more difficult to site. Owners are turning to developing mid-scale projects with Floating LNG production systems. A variety of configurations have been put forth and a few are progressing.

One of the floating LNG production unit application is a barge-based LNG production facility requires the application of liquefaction technology that is simple, foot-print efficient and energy efficient. The technology of choice for these applications is the single Mixed Refrigerant (SMR) process. The simplicity, flexibility, and scalability of the SMR process can provide a wide range of liquefactions capacities in a unique single or multiple-trains configuration on the barge. There are several system options from which any configuration can be built around depending up on the location, power availability, permitting constraints for use of water cooling and the LNG offloading/export strategy. The barge could be self sufficient or be integrated with onshore support systems at dockside. The barge and its topsides production facility can be built in Indonesia or China or anywhere in the world competitively and towed to project location.

BV4

 BV5 - Copy

Pada acara konferensi ini hadir juga pembicara dari beberapa instansi dan perusahaan baik dalam maupun luar negeri seperti Pertamina, PLN, SKK Migas, Donggi Senoro, Hoegh LNG Asia, Humpuss Intermoda Transportasi, Dart Energy, Lloyd’s Register, dan Rekayasa Industri. Materi konferensi yang disajikan sangatlah menarik seperti: Balancing LNG exports with domestic needs, global LNG and LNG’s market in Indonesia, LNG as transportation fuel, floating LNG production unit, LNG shipping trends, current challenges and future prospects, small LNG ships market challenge and opportunity dan beberapa materi menarik lainnya.

Konferensi ini diadakan di Hotel Grand Hyatt selama 2 hari dari Tanggal 22-23 Oktober 2013. Pra-konferensi diadakan Tanggal 21 Oktober 2013 di tempat yang sama dan Pasca-konferensi pada Tanggal 24 Oktober 2013. Konferensi dihadiri lebih dari 100 peserta dari perusahaan-perusahaan yang bergelut di dunia minyak dan gas, investor asing dari USA, China dan Jepang. Tak ketinggalan juga beberapa perusahaan minyak dan gas yang mensponsori event ini dan tentunya Black & Veatch adalah salah satu diantaranya.

Event berikutnya yang saya mesti hadiri adalah Konferensi Insinyur se-Asia Tenggara (CAFEO31) yang diadakan di Jakarta Convention Center, Tanggal 10-14 Nopember 2013 di mana saya mewakili Persatuan Insinyur Indonesia untuk membawakan materi tentang coal gasification technology dan its business opportunity in Indonesia.

Sampai ketemu di acara CAFEO31. Keep on Fighting till The End, terus menulis dan terus berkarya demi kemajuan bangsa dan Negara.