Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin (IKATEK-UH) dan Ikatan Sarjana Perkapalan Unhas (ISP-UH) untuk yang kesekian kalinya bekerjasama dengan Persatuan Insinyur Indonesia menggelar Program Pembinaan Profesi Insinyur (PPPI) yang diadakan pada Hari Sabtu, 16 April 2016 di Gedung BPPT, Jl. MH Thamrin. Peserta seperti biasa didominasi oleh Alumni Unhas sebagaimana target program kerja Ikatan Alumni untuk menginsinyurkan lebih dari 1000 alumni Teknik Unhas yang saat ini kebanyakan bekerja di sektor keinsinyuran yan mencakup konstruksi infrastruktur publik, minyak dan gas, galangan kapal dan industri manufaktur.
Acara dibuka oleh Ir. Ngadiyanto, IPM sekaligus memberikan sambutan kepada peserta PPPI ini. Beliau menyampaikan bahwa Alumni Universitas Hasanuddin dan PII Cabang Makassar adalah termasuk yang paling proaktif di dalam mengikuti program PPPI dan workshop sertifikasi ini. Kesadaran mereka akan sertifikasi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN patut diapresiasi dan dijadikan contoh supaya alumni lain juga mengikuti jejak alumni Unhas ini. Sosialisasi UU Keinsinyuran adalah materi pertama seperti biasa yang juga dibawakan oleh Ir. Ngadiyanto.
Ir. Habibie Razak, IPM., ACPE pada kesempatan kali ini diminta membawakan dua materi yaitu Organisasi PII dan Pengenalan Sertifikasi Insinyur Profesional. Habibie sedikit bercerita tentang benefit yang dimiliki oleh Insinyur yang bersertifikasi. Beberapa bulan yang lalu, suatu perusahaan EPC India membutuhkan seorang Professional Engineer untuk melakukan verifikasi invoice yang disubmit oleh beberapa subkontraktor yang bekerja di bawah kontraktor EPC ini. Main EPC contractor ini ternyata mendapatkan pembiayaan proyek dari Bank India termasuk membayarkan segala tagihan atau invoice dari subkon mereka. Teman yang bekerja di sana menghubunginya dan meminta melakukan peer-review terhadap payment milestone termasuk scope of works dan Bill of Quantities yang diklaim telah dilakukan oleh subkon mereka. Setelah mereview dokumen invoice itu Habibie diminta bertanda tangan di atas kertas invoice menyatakan bahwa subkon memenuhi syarat untuk dibayarkan oleh pihak Kontraktor EPC. Habibie dibayar oleh Kontraktor India ini sebagai independent verificator sebagai syarat untuk mendapatkan pembiayaan dari Bank India.
Ir. Sapri Pamulu, PhD sebagai perwakilan dari IKATEK Unhas menutup acara PPPI ini setelah membawakan materi Etika Profesi dan Advokasi Insinyur. Beliau dalam pemaparannya menyampaikan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Komite Advokasi di dalam mengupayakan Insinyur Profesional mendapatkan Professional Indemnity Insurance sebagai upaya perlindungan terhadap Insinyur terhadap resiko malpraktek keinsinyuran.
Hadir sebagai peserta dalam acara ini adalah Ir. Trigunawan Wardana alumni Perkapalan Unhas yang bekerja di Industri Perkapalan di area Jakarta Utara. Ali Mahmudi, peserta yang bekerja di British Petroleum penugasan LNG Tangguh Papua juga tampak aktif bertanya dan mengemukakan pendapat selama program ini berlangsung. Ir. Ali Mahmudi mendapatkan mandat dari PII Pusat untuk segera membentuk PII Cabang Batang di mana Beliau berdomisili. Sebagaimana diketahui bersama, tidak lama lagi Kabupaten Batang akan menjadi daerah strategis untuk pengembangan industri termasuk dibangunnya Pembangkit Listrik berkapasitas 2×1000 MW yang akan menjadi pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara yang akan rencana beroperasi Tahun 2019 nanti.
Di luar ruangan berlangsungnya PPPI ini, di depan meja registrasi bertugas staff PII Pusat dan IKATEK Unhas terdiri dari Ibu Ita Sulistiawaty, Bapak Zul, Bapak Jafar dan Ibu Titi Tri Kuntarti.
Kegiatan ini ditutup dengan sesi foto bersama peserta, panitia dan Pengurus Pusat PII.
Salam Insinyur, Bravo Persatuan Insinyur Indonesia.
Reportase oleh: Ir. Habibie Razak – Sekretaris Bidang Distribusi Gas