Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang menggelar sesi kuliah tamu pagi tadi dengan topik “Mengenal Seluk-Beluk Proyek EPC” menghadirkan dua pembicara dari dunia konstruksi M. Faizal Ali Ma’ruf, ST dan Ir. Habibie Razak. Kuliah tamu yang dibuka oleh Ketua Jurusan Teknik Sipil UM Ir. Sri Umniati dihadiri oleh setidaknya 300 peserta dari kalangan mahasiswa-mahasiswi dan juga dosen dari jurusan teknik Sipil UM ini.
Ir. Habibie Razak memberikan penjelasan mengenai perbedaan mendasar antara kontrak tradisional dan kontrak rancang bangun yang oleh industri lebih dikenal dengan istilah Engineering, Procurement & Construction contract. Ir. Habibie mengutip dari buku Design-Build Institute of America, “Design-Build Definitions,” Design-Build Manual of Practice, Document Number 103, October, 1996 bahwa: Design-Builders is The entity contractually responsible for delivering the project design and construction. The design-builder can assume several organizational structures: firm possessing both design and construction resources in-house, joint venture between designer and contractor, contractor-led team with the designer in a subcontract role, or a designer-led team with the constructor in a subcontractor role.
Habibie menambahkan bahwa The Project Life Cycle –5 Stages of Project Management in EPC Industry dibagi ke dalam 5 fase yaitu: Project Conception and Initiation, Project Definition and Planning, Project Execution, Project Monitoring and Controling dan Project Close-Out. Biasanya di fase project conception and initiation, Client atau pemilik proyek membuat kajian studi kelayakan menguji apakah investasi berupa infrasttuktur atau fasilitas ini layak secara teknis, ekonomi, dan bisa memenuhi kaidah-kaidah lingkungan yang disyaratkan secara nasional maupun internasional.
Proyek bisa lanjut ke fase perencanaan dan eksekusi apabila memenuhi ketiga syarat tadi dan bisa lanjut ke Final Investment Decision (FID). Pembiayaan proyek oleh Ir. Habibie bisa menggunakan skema pinjaman dan equity seperti yang biasanya dilakukan di dunia pembiayaan infrastruktur. Di fase monitoring and controling, project manager di sisi EPC Contractor akan memantau dan mengevaluasi kinerja proyek apakah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan oleh client terkait biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja.
Ir. Habibie Razak yang pernah bekerja di perusahaan EPC global terkemuka menyampaikan bahwa kontraktor EPC memiliki prosedur dan kebijakan sendiri di dalam mengelola proyek termasuk aplikasi yang digunakan di dalam mengontrol biaya dan schedule selama proyek berlangsung. Fase terakhir adalah project close out setelah semua project deliverables sudah diserahterimakan ke pemilik proyek sesuai dengan kontrak. “This last step is vitally important because it allows team members to evaluate, document and learn from the project. This stage is where the team perform lessons learnt of the project and used as useful information for the next project” lanjut Ir. Habibie dalam paparannya.
Pesan terakhir Ir. Habibie di sesi tanya jawab bahwa untuk bisa menjadi project manager pada proyek EPC, insinyur dibutuhkan untuk memiliki kompetensi teknis multi-disiplin keinsinyuran. “Sebutlah saya sebagai Insinyur Sipil, saya untuk bisa mengerjakan dan memimpin proyek sebagai project manager pembangkit listrik, LNG Plant, dan proyek industri lainnya mau tidak mau harus cukup menguasai disiplin teknik lainnya seperti process, mechanical, electrical, I&C”
Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 3 jam dan terselenggara dengan sangat sukses berkat panduan Ibu Vita Ayu Kusuma Dewi sebagai moderator yang juga merupakan salah satu dosen sipil Universitas Negeri Malang.