Seminar dan Muswil PII Wilayah Sulsel, Prof JJ Ketua Terpilih

Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Sulawesi Selatan menggelar Musyawarah Wilayah dan Seminar Nasional dengan tema “Sinergitas Akademisi, Pemerintah dan Industri Untuk Mendorong Profesionalisme Insinyur Sulawesi Selatan”. Ketua Panitia penyelenggara Dr. Ir. Rusman Muhammad dalam laporannya menyampaikan bahwa musyawarah dilaksanakan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan wilayah Sulsel yang akan memilih pengurus yang baru sedangkan seminar yang merupakan rangkaian dari Muswil ini diharapkan mampu mengajak kembali para Insinyur yang berdomisili dan bekerja di Sulawesi Selatan untuk menjadi bagian dari kepengurusan dan berkontribusi pada Pembangunan Regional Sulsel.

Ir. Sapri Pamulu, Ph.D Wakil Sekretaris Jenderal mewakili Ketua Umum PII dalam sambutannya menyampaikan bahwa PII pada kepengurusan periode ini mengalami lonjakan jumlah anggota yang sangat signifikan dari 35 ribu profesional akhir tahun lalu menjadi sekitar 58 ribu anggota per Juli ini. Ini memang didorong oleh continuous massive socialization yang dilakukan oleh pengurus sekarang. “Selain itu, kita juga sebagai anggota dan pengurus PII patut berbangga bahwa Ketua Umum PII saat ini memegang tugas penting dari Pemerintah sebagai Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara yang tentunya buat kita ini adalah momentum yang sangat penting buat Insinyur Indonesia untuk memberikan kontribusi terbaiknya” lanjut Dr. Sapri yang juga merupakan Direktur Utama di salah satu perusahaan BUMN.

Sesi seminar menghadirkan beberapa pembicara antara lain: Prof. Dr. Jamaluddin Jompa Rektor Universitas Hasanuddin didampingi oleh WR IV bidang kerjasama Prof. Ir. Ady Maulana, Ir. Budiawansyah Direktur Permit and Corporate Strategy, Ir. Mustakim Toba perwakilan Pemerintah di sisi Dinas PUTR Sulsel dan Ir. Habibie Razak Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia.

Prof Jamaluddin Jompa yang akrab dipanggil Prof JJ membuka sesi seminar dengan memberikan data tentang Global Competitiveness Index Indonesia masih jauh di bawah negara-negara maju begitupun tingkat total productivity index masih perlu ditingkatkan sehingga peran Insinyur di dalam mendongkrak indikator-indikator ini sangatlah dibutuhkan. Sementara, Budiawansyah memberikan contoh sinergi perguruan tinggi dan industri yang diwujudkan dalam bentuk program magang/Cooperative Program Student yang pernah dilakukan oleh PT Vale dan Unhas.

Ir. Mustakim Toba dalam diskusi panel ini menyampaikan bahwa Insinyur di Indonesia membutuhkan payung hukum yang lebih kuat lagi untuk bisa menjalankan kerja dan praktik keinsinyurannya sehingga bisa memberikan andil lebih besar lagi pada pembangunan infrastruktur di Sulawesi Selatan dan Indonesia. Sedangkan Ir. Habibie Razak dalam paparannya menyampaikan bahwa kita masih membutuhkan lebih banyak Insinyur lagi untuk bisa berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas di 2045.

Saat ini kita hanya menghasilkan 27 ribu Sarjana Teknik per tahun dengan total sekitar 1,45 Juta Sarjana Teknik, apabila ditambahkan dengan Sarjana Hayati mungkin kita baru sekitar 40 ribu. Rasio Insinyur kita baru di kisaran 5.300 per satu juta penduduk masih jauh dibandingkan Vietnam (9000 Sarjana Teknik per 1 Juta Penduduk), Korea Selatan (25000 per 1 Juta Penduduk) dan Amerika Serikat (20000 per 1 Juta penduduk). Kebutuhan untuk membuka pendidikan tinggi teknik/hayati di Indonesia untuk mencapai target 500 ribu Insinyur per tahun sangat membutuhkan kerjasama dari pihak Pemerintah, Akademisi dan Industri tentunya.

Selain itu Habibie juga memberikan beberapa contoh perwujudan sinergi akademisi, pemerintah dan industri ini antara lain:

  1. Perlu ada kerjasama yang apik antara Pemerintah + Perguruan Tinggi + PII + Industri untuk menelurkan calon-calon Insinyur Profesional melalui program Engineer in Training (benchmarking ke US & Canada). Di Indonesia, program ini setara dengan Program Profesi Insinyur di Perguruan Tinggi.
  2. Penyiapan internship/magang/Kerja praktik oleh industri selama PSPPI-reguler dilakukan. 
  3. Perlu adanya mata kuliah khusus terkait “Pedoman Berpraktik Keinsinyuran bagi Insinyur Profesional”, dengan menghadirkan pembicara dari PII.
  4. Perlu tambahan penekanan mata kuliah “Etika” dan “Profesionalisme”, dengan mengundang praktisi Keinsinyuran dari industri.
  5. Penambahan wawasan para Insinyur tentang “Teknologi Digitalisasi, Transisi Energi, Ekonomi Sirkular, Revolusi Industri Kesehatan dan Isu-isu terkait Climate Change seperti Resilient Infrastructures”, melalui sub-mata kuliah tersebut di PSPPI.
  6. PII mendorong terjadinya knowledge transfer yang wajib dilakukan Insinyur Asing yang bekerja di Indonesia kepada Insinyur Indonesia.
  7. Pemerintah menyiapkan regulasi terkait pemberdayaan Insinyur Indonesia dan melakukan pengawasan melibatkan PII.

Acara seminar dilanjutkan dengan Musyawarah Wilayah Sulawesi Selatan yang agendanya mendengarkan laporan pertanggungjawaban pengurus lama yang dibacakan oleh Prof. Dr. Rudy Djamaluddin, IPU dan memilih Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa sebagai Ketua yang baru untuk periode 2022 – 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.