Pengambilan Sumpah Insinyur FTUI, 01 Maret 2024

Jumat pagi, 1 Maret 2024 penyelenggara program profesi insinyur Fakultas Teknik Universitas Indonesia di bawah kepemimpinan Kaprodi PSPPI FT UI, Prof. Dr. Ir. Fitri Yuli Zulkifli, ST., MSc., IPU kembali menggelar pengambilan sumpah lulusan Insinyur baru sejumlah 52 peserta sehingga total lulusan PSPPI UI menjadi 284 orang sejak prodi ini dibuka beberapa tahun lalu.

Hadir mewakili Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Direktur Eksekutif PII Ir. Habibie Razak, IPU., EngExec., CPEng., IntPE(Aus) memberikan sambutan berisikan pesan Ketum PII yang isinya antara lain: mendorong lebih banyak lagi alumni PSPPI yang lulus melalui mekanisme reguler bukan hanya RPL saja dan ini bisa terealisasi apabila perguruan tinggi penyelenggara PSPPI menguatkan kerjasama dengan industri terkait penyiapan tempat bekerja bagi mahasiswa(i) PSPPI. Pihak industri atau perusahaan akan menunjuk Insinyur professional (karyawan senior) yang akan melakukan pendampingan dan supervisi kepada para peserta PSPPI reguler tadi memastikan knowledge, skills, and attitudes yang merupakan attribute Insinyur Profesional bisa dicapai oleh peserta regular PSPPI ini. Kita bisa melihat mekanisme PSPPI reguler ini sama dengan Engineer-in-Training (E-i-T) program yang diselenggarakan di luar negeri seperti di Amerika dan Kanada.

Lanjut Ir. Habibie Razak menambahkan “bahwa setelah adanya UU No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran, saat ini PII telah bertransformasi dari yang semula hanyalah sebuah perkumpulan insinyur-insinyur yang merasa terpanggil untuk mengabdikan dirinya kepada bangsa melalui penyiapan SDM-SDM unggul di bidangnya untuk bersaing di kancah nasional dan global dengan menerapkan suatu standar keprofesian tertentu dan standar etika sebagai Insinyur Profesional (sekarang lebih dikenal sebagai IPP, IPM, dan IPU). Dengan mandatnya sebagai Penyelenggara Keinsinyuran di Indonesia (menurut UU No. 11/2014), kini PII mengemban tugas yang semakin luas dan semakin berat, yaitu: a. Accreditation of Engineering Education; b. Engineer’s Profession Program; c. PE Certification System; d. Accreditation of Engineering Associations; e. Issuance of License to Practice; f. Continuing Professional Development; dan g. International Recognition/International Certification”.

“Mengakhiri sambutan ini, saya ingin berpesan bahwa Kita sebagai organisasi besar masih perlu belajar dari organisasi profesi yang jauh lebih mature, knowledge sharing dan berbagai international events pun masih perlu terus diselenggarakan oleh PII untuk terus memperkuat pengembangan dan peningkatan kompetensi keinsinyuran di Indonesia. Dalam konteks UU keinsinyuran, kita belajar bahwa UUK di Malaysia sudah ada sejak tahun 1960-an, UUK di Singapore sudah ada sejak awal 1970-an jadi tidak mengherankan mereka secara legal menamai diri mereka sebagai Insinyur yang memang betul-betul adalah gelar profesi. Sedangkan kita sendiri, UU 11/2014, melihat sejarahnya bisa terbit lebih karena dorongan eksternal untuk menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang di dalamnya terdapat komitmen pengakuan 8 profesi di tingkat Asia Tenggara” pungkas Ir. Habibie yang sudah mengabdikan diri di organisasi PII sejak tahun 2002 atau sekitar 20 tahun terakhir.

Di sesi terpisah Ir. Habibie juga mengingatkan para Insinyur Indonesia updated dengan Isu kontemporer keinsinyuran seperti Carbon Capture Storage & Trading yang memang juga tidak lepas dari keterlibatan para Insinyur Indonesia mendorong pengembangan teknologi dan strategi investasinya supaya proyek-proyek CCS/CCUS di Indonesia sehinga bisa terealisasi ke depannya. Di Singapura misalnya, proyeksi Pajak Karbon Singapura pada tahun 2030 adalah antara $50 hingga $80 per ton, dan total biaya penangkapan (CO2 capture), pengangkutan (CO2 transportation), dan penyimpanan karbon (CO2 storaging) akan berada dalam kisaran tersebut agar layak secara ekonomi. Di Indonesia sendiri, kita punya potensi penyimpanan CO2 dalam kapasitas Giga Ton seperti Sunda Asri Basin dan Kutai Basin. CO2 ke depannya akan menjadi komoditas masa depan yang ditradingkan untuk kebutuhan industri petrokimia dan juga untuk peningkatan lifting capacity di sektor migas (enhanced oil recovery/enhanced gas recovery).

Belum lagi isu keinsinyuran terkait green hydrogen development, hidrogen hijau adalah masa depan energi dunia, para ahli terus mengembangkan electrolyzer technology, hydrogen transportation and storage menjadi lebih technically and economically viable. Hidrogen akan menjadi sumber energi untuk Ketenagalistrikan, industry dan bahan bakar hijau untuk transportasi di dunia.  

Hadir pada pengambilan sumpah ini antara lain: Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU  Dekan Fakultas Teknik UI, Dr. Ir. Yuliarman Saragih, S.T., M.T., IPM, Ketua Bidang Pengembangan Program Profesi Insinyur Jawa Barat serta jajarannya, Prof. Dr. Ir. Yanuar, M.Eng., M.Sc., Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Dr.-Ing. Ir. Dalhar Susanto, Manajer Kerjasama, Ventura, dan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Tikka Anggraeni, S.Sos., M.Si., CPR., Manajer Komunikasi Publik dan Administrasi Umum Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA., Kepala Unit Pendidikan dan Penelitian Interdisiplin Keteknikan; Kaprodi PSPPI, Ibu Prof. Dr. Ir. Fitri Yuli Zulkifli, ST., MSc., IPU, Hasbi Priadi, S.T., M.Sc., Koordinator Bidang Pendidikan Interdisiplin Keteknikan, dan para Insinyur baru, lulusan Insinyur PSPPI UI beserta keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.