Tidak lama setelah Japan Trip, saya pun harus berangkat lagi ke Malaysia mengikuti 2106 AFEO Energy Tour yang diorganize oleh the Institution of Engineers, Malaysia. Event seperti ini adalah kali pertama diadakan di tingkat ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO) dan Malaysia menjadi tuan rumah pertama tampil sangat mengesankan memberikan program touring selama tiga hari efektif mulai dari AFEO business forum meeting sampai pada kunjungan ke beberapa proyek renewable energy di berbagai daerah di state of Selangor, Malaysia.
Ir. Yau Chau Fong adalah ketua pelaksana yang diberi amanah oleh the Electrical Engineering Technical Division (EETD – IEM) dibantu oleh rekan-rekan panitia lainnya dari EETD antara lain: Low Pek Jun (PJ), Leong Yuan Zhi (Leong), Dr. Wong Jianhui (JW) dan Siow Chun Lim (Chun Lim). Energy Tour pertama yang diselenggarakan dari Tanggal 21 – 23 September 2016 dihadiri oleh 9 Negara perwakilan, 8 dari ASEAN dan tamu kehormatan dari Timor Leste. Adalah kawan kita Carlos dan Marcos diberi mandat oleh Asosiasi Insinyur negara tetangga ini untuk mengikuti ASEAN Energy Tour ini.
Saya sendiri tiba Tanggal 20 sore dengan Maskapai Air Asia dijemput oleh sobat saya Ir. Yau Chau Fong dari bandara langsung menuju Hotel Best Western di Petaling Jaya area. Dinner time di hari pertama saya mendapatkan kehormatan disuguhi makanan asli Penang di restoran dekat hotel oleh Ms. Ooi and Roger, staff IEM Divisi International Affair. Walhasil, saya menikmati hidangan Rojak sebagai makanan penutup. Kalo di Indonesia disebut Rujak kalo di Malaysia mereka menyebutnya sebagai Rojak, rasanya sich tidak jauh beda.
Tanggal 21 September hari pertama dimulai dengan kunjungan ke kantor IEM yang juga berada di area Petaling Jaya. Di sana kami disuguhi dengan hidangan sarapan asli Malaysia, Nasi Lemak dan kemudian dilanjutkan dengan AFEO Business Forum Meeting, sekaligus introduction to the tour program to all delegates. Pada kesempatan ini saya memaparkan presentase tentang Program 35Ribu GW dan Integrated Gas/LNG Infrastructures throughout Archipelago. Saya menyampaikan silahkan datang dan invest ke Indonesia kita lagi banyak proyek, bawa duit sebanyak-banyaknya he he he….
Sesi siang hari pertama kami berkunjung ke Diamond Building di Putra Jaya yang juga adalah Gedung di mana Suruhanjaya Tenaga atau Energy Commission berada. Diamond building ini meraih penghargaan green building karena desainnya yang mengakomodir konsep energy efficiency mulai dari penggunaan listrik yang efisien, water supply, dan parameter lainnya. Profil dari Malaysian Energy Commission dipresentasekan oleh Ir. Abdul Rahim bin Ibrahim, Direktur Energy Management Development & Services Quality Management.
Ncik Rahim dan saya menyempatkan berdiskusi panjang tentang strategi pengelolaan energi nasional Malaysia dimulai dari sektor hulu sampai pada hilir. Di Malaysia sana sektor hulu sepenuhnya dikelola oleh PETRONAS di bawah pengawasan langsung Pemerintah mereka tidak mengenal regulatory body seperti SKK Migas atau sejenisnya sedangkan Suruhanjaya Tenaga di bawah kementerian Energi ini bertanggung jawab pada sisi hilir saja semisal pengaturan gas pipeline baik transmisi dan distribusi ke konsumen. Pastinya, saya tidak lupa menyempatkan berpose di depan kantor Perdana Menteri Malaysia Tun Najib bin Abdul Razak yang merupakan kawan baik dari Pak JK. Hari pertama ditutup dengan dinner di Danau Putra Jaya dengan berkeliling menggunakan raft. Rafting ini dilengkapi dengan space yang cukup besar untuk mengakomodir makan malam bersama sekitar 20 orang.
Hari kedua dimulai dengan kunjungan ke Sunway city, tepatnya di Bus Rapid Transit (BRT) Dispatch office. Di kantor ini kami bertemu dengan Ncik Shamsul Rizal Mohd Yusuf yang mempresentasekan konsep BRT di Sunway City ini. Bus yang digunakan bertenaga listrik terdiri dari beberapa unit dan dibuatkan dedicated elevated track line sepanjang 5 Km atau lebih yang terdiri dari beberapa stasiun persinggahan. Hal yang menarik di sini jalur busway dibuatkan jalan khusus di atas jalan publik sehingga mereka memiliki ruang sendiri untuk melayani penumpang yang akan berpindah ke stasiun selanjutnya seperti MRT station. Kuala Lumpur dan kota-kota penopang di sekitarnya sudah terkoneksi dan terintegrasi oleh public transportation yang nyaman dan juga cukup murah.
Sesi siang hari kedua kami mengunjungi kantor dan pabrik Malaysia Transformer Manufacturing (MTM) tidak jauh dari Dowtown Kuala Lumpur. Di sini kami mendengarkan profil MTM dan produk-produk yang mereka kembangkan dan jual ke pasar dalam negeri maupun Asia. MTM memproduksi dua jenis trafo yaitu Power Transformer dan Distribution Transformer. Mr. Ashar bin Alias dari Business Development Division dan Mr. Mohd Zaim Technical Division memberikan pemaparan tentang kapabilitas mereka yang kemudian dilanjutkan dengan factory visit yang tidak jauh dari kantor pusat mereka. MTM dulunya dimiliki ABB yang kemudian kurang satu dekade ini fully acquired oleh Tenaga Nasional Berhad Malaysia.
Apa yang menarik di hari kedua setelah full day visit? Karena malam harinya kami menyempatkan menikmati malam santai bersama teman-teman EETD dan IEM staff di Restoran Songket, salah satu restoran di downtown of KL. Suasana dinner menyuguhkan pementasan seni budaya Malaysia di resto ini, sungguh luar biasa. Saya juga bertemu dengan gadis cantik dari Indonesia, temannya teman dari staff IEM, namanya Mbak Rizky Amalia dipanggil Amay yang bekerja sebagai Marketing Communication Executive di salah satu Kontraktor Electrical yang berkantor di Puchong.
Tidak hanya itu sehabis makan malam kami melanjutkan petualangan ke Movida pub and resto, salah satu pub yang berada tepat di samping hotel kami berada. Malam itu, kawan dari Brunei, Philippines dan Thailand memeriahkan suasana malam menikmati lantunan musik Pop dan Rock dan seteguk dua teguk minuman pengobat stress he he he….Sungguh malam yang berkesan.
Hari ketiga adalah last day visit kali ini kami menuju ke salah satu Pembangkit Listrik bertenaga Biomass di State of Selangor. Mereka sudah mengoperasikan fasilitas ini selama 8 bulan di mana feedstocknya berasal dari palm oil empty fruit bunch. Pabriknya beroperasi sesuai yang diharapkan. Pada sesi presentase dan kunjungan pabrik saya bertanya kepada Direktur perusahaan, Mr. Yap tentang local content di proyek ini. Beliau mengatakan bahwa nilai investasi proyek ini adalah di kisaran 3-4 Juta Dollar per MW sehingga perusahaan membutuhkan incentives berupa income tax facilities selama 10 tahun di proyek sejenis ini. Boiler dan BOP disupply oleh Perusahaan local Malaysia sedangkan Steam Turbine diimpor dari US.
Last visit adalah mengunjungi Floating Solar PV pilot project di Salak Tinggi, Selangor. Hal yang menarik di proyek ini mereka melokasikan solar PV panel mengapung di atas storage besar seperti danau yang merupakan fasilitas milik perusahaan air bersih yang mendistribusikan air ke bandara KLIA Malaysia. Mereka menjelaskan bahwa investasi Floating Solar PV jauh lebih besar dari Onshore Solar PV karena adanya biaya mooring system, floating device and submersible cable yang cukup mahal. Proyek ini didesain untuk kapasitas 108 KWp namun so far belum memenuhi target kapasitas yang direncanakan.
Pilot project ini dibiayai oleh Akaun Amanah Industri Bekalan Elektrik (AAIBE) merupakan Badan Usaha milik Pemerintah Malaysia di bawah Kementerian Energi. Badan usaha ini berperan di dalam memberikan financing untuk proyek-proyek yang berhubungan dengan rural electrification program, research and development for renewable projects, dan energy efficiency program.
Setelah visit ke Solar PV project ini saya pun segera balik ke KLIA2 Airport karena schedule penerbangan menuju Jakarta adalah Pukul 09.30 malam. Chau Fong, PJ dan Alex masih menyempatkan menemani kami makan malam di Airport bersama kawan dari Philippines dan Timor Leste.
Sukses AFEO Energy Tour 2016, Bravo IEM dan PII.
Salam Insinyur.