Kebanggaan tersendiri selalu mendapatkan undangan sebagai pembicara atau narasumber pada workshop, seminar atau konferensi yang diadakan oleh kementerian terkait keteknikan dan professional organizations/institutions. Saya pun masih terus mendapatkan undangan itu dan kali ini adalah undangan dari Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum.
Workshop Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) atau dalam Bahasa Inggris disebut juga Continuing Professional Development (CPD) diadakan selama dua hari Tanggal 19 dan 20 September 2016 di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan. Workshop ini dibagi dalam dua kelas besar yakni kelas Bangunan Gedung/Struktur dan Manajemen Konstruksi. Pada kesempatan ini saya diberi kesempatan membawakan dua materi di kelas Bangunan Gedung/Struktur yaitu tentang “Pengenalan Sertifikasi Insinyur Profesional Internasional; ASEAN Engineer, ACPE dan APEC Engineer” kemudian dilanjutkan dengan materi “Standard and Code in Civil Engineering Projects” yang durasinya masing-masing berlangsung selama 45 menit. Sesi presentase selama 30 menit dan Tanya Jawab selama 15 menit.
Sertifikasi keinsinyuran tingkat Internasional ini terdiri dari tiga tingkatan yakni Sertifikasi ASEAN Engineer, ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) dan APEC Engineer. Saya telah mendapatkan dua sertifikasi tingkat ASEAN ini dan sementara apply untuk sertifikasi tingkat Asia Pasifik yaitu APEC Engineer. Syarat utama untuk mendapatkan ketiga sertifikasi ini adalah seorang Insinyur harus teregistrasi sebagai Insinyur Profesional di negaranya. Di Indonesia, hanya sertifikasi Insinyur Profesional Persatuan Insinyur Indonesia yang mendapatkan pengakuan internasional dan mulai Tahun 2014, PII sesuai amanah UU No.11/2014 sebagai penyelenggara profesi keinsinyuran di Indonesia.
Materi standard and code juga tidak kalah mendapatkan respon yang menarik dari para peserta yang dihadiri oleh 30 professional dari berbagai asosiasi profesi. Mereka mempertanyakan keberadaan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada proyek-proyek ketekniksipilan. Saya memaparkan bahwa kebanyakan SNI yang digunakan adalah hasil adopsi dari standar internasional seperti AISC untuk Baja, ACI untuk beton, dan beberapa standard lainnya seperti JIS (Jepang) dan EN Standard (Eropa). Salah satu proyek mercusuar yang dikerjakan di Indonesia saat ini adalah tunneling construction untuk proyek MRT Jakarta. Sampai saat ini, Indonesia belum mengeluarkan standar apapun hubungannya dengan proyek konstruksi ini. Para ahli ketekniksipilan dituntut untuk memberikan kontribusi di dalam melahirkan standar-standar mutakhir untuk bidang ketekniksipilan.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Andi Taufan Marimba, Ketua Komite Manajemen Proyek dari BK Sipil PII salah satu penanggung jawab dari workshop ini yang telah meminta saya mewakili PII sebagai narasumber/pembicara pada event ini.
Bravo Insinyur Indonesia.