Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Komite Pendidikan dan Pelatihan Profesi Insinyur (Diklat Profesi) kembali menggelar workshop LNG fundamentals dan Supply Chain yang diikuti oleh 25 profesional / praktisi LNG & Gas Indonesia selama 3 hari (25 – 27 September 2019) di Jakarta. Workshop sejenis adalah kali kedua diadakan menghadirkan peserta dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang juga merupakan sesi penyegaran yang diprogramkan sekali dalam setahun. “Workshop sejenis pernah kita lakukan 3 tahun lalu di Cirebon menghadirkan peserta dari PGASOL salah satu perusahaan anak dari PGN” ungkap Habibie Razak.
Ir. Habibie Razak, Instruktur LNG & Gas Persatuan Insinyur Indonesia mempresentasikan beberapa modul di hari pertama antara lain: Introduction to LNG Fundamentals and Technologies terdiri dari LNG Pretest hari pertama, Basic LNG antara lain rantai pasok, Evolusi, dan pasar LNG , concept map, Properti LNG vs. bahan bakar lain. LNG Standar rules, antara lain safety concerns and environment. Liquefaction Process terdiri dari Typical Process, gas treating, refrigeration and liquefaction, Pergerakan LNG ke storage dan ke tanker. LNG Shipping terdiri dari shipping technology, boil off aspect. Pertanyaan & Jawaban (Diskusi) selama hari pertama berjalan interaktif antara instruktur dan peserta.
Modul hari kedua tentang LNGTechnology and Application antara lain Regasification Terminal terdiri dari Loading and unloading, Storage of LNG, Vaporization, Cold utilization. LNG onshore storage terdiri dari Insulation and boil off, Peak-shaving and Liquefiers. Floating LNG plant, development aspects. Economic cost of LNG value chain terdiri dari Gas production cost, Liquefaction cost breakdown, Shipping cost breakdown, & Regasification cost components dan Questions & Answers (Discussion). Hari kedua juga dilakukan ujian tertulis sebagai hasil workshop di hari kedua.
Modul-modul di hari ketiga berbicara tentang LNG Market and Its Commercial yang terdiri dari beberapa topik antara lain Pasar LNG; Struktur pasar dan struktur pasar tradisional LNG. kontrak & harga LNG; Struktur, ketentuan utama, klausul kontrak utama, formula penetapan harga LNG. Pengembangan dan pembiayaan proyek LNG terdiri dari feasibility study, project financing, Kemitraan Pemerintah Swasta (PPP). Prospek LNG terdiri dari aspek Geopolitik, integrasi rantai LNG, pembeli dan penjual baru, Tanya Jawab (Diskusi) dan Ujian Hari ketiga.
Lokakarya ini terselenggara berkat kerjasama antara Komite Diklat Profesi dan Bapel PKB PII dan Perusahaan Gas Negara Divisi Project Management Office (PMO). Apa yang dibahas di workshop ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan tambahan buat para peserta untuk bisa lebih memahami bisnis LNG dimulai dari aspek teknis, keekonomian, pemasaran dan perdagangan, rantai pasok hingga pada penguasaan jenis-jenis perdagangan jual beli LNG (LNG contract sales and purchase).
Indonesia adalah eksportir batubara
terbesar di dunia bersaing dengan Australia. Batubara melimpah tersebar di
pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Cadangan
batubara Indonesia adalah 37 milyar ton (2018; Kementerian ESDM). Sedangkan total
sumber daya batubara Indonesia sekitar 166 milyar ton dan sekitar 50% dari
total adalah batubara berkalori rendah.
Batubara yang diekspor digunakan
untuk memproduksi baja dan sebagai bahan bakar Pembangkit listrik yang
merupakan batubara kalori tinggi dan menengah. Nilai kalori (CV) lebih dari
4500 kcal/kg dan kadar air kurang dari 30%. Tipe batubara lainnya disebut
batubara kalori rendah yang dikenal dengan nama lignite. Sejak batubara kalori rendah ini tidak ekonomis untuk diekspor
dikarenakan kalorinya rendah dan kadar air yang tinggi, hal ini bisa menjadi masukan
buat Pemerintah bagaimana memanfaatkan lignite
ini untuk kebutuhan energi dan petrokimia di dalam negeri. Solusi terhadap
batubara kalori rendah ini adalah dengan gasifikasi batubara.
Gasifikasi adalah proses di mana
bahan bakar karbon mentah dioksidasi untuk menghasilkan produk bahan bakar gas
lainnya (other gaseous combustible
products). Produk Utama gasifikasi adalah gas sintesis atau syngas, yang komponen utamanya terdiri
dari gas karbon monoksida (CO), hidrogen, karbon dioksida (CO2) dan nitrogen.
Teknologi gasifikasi batubara dibagi ke dalam tiga besar, fixed bed, fluidized bed, dan entrained
flow. Tipe Entrained flow terdiri
dua, slurry feed and dry feed.
Teknologi gasifikasi batubara
yang menghasilkan syngas tadi
kemudian bisa dikonversi selanjutnya menjadi produk hilir (downstream products) seperti methanol,
DME, Pupuk, Polypropylene dan
berbagai produk bernilai tinggi lainnya.
Gasifikasi Batubara di Tiongkok
Batubara digunakan dalam tiga cara di Tiongkok, pembakaran langsung (melalui pembangkit listrik tenaga batu bara dan boiler industri), kokas, dan gasifikasi. Di antara ketiga metode ini, gasifikasi batubara adalah pilihan terbersih, dan paling kompleks. Gasifikasi batubara menyumbang 5% dari total konsumsi batubara Tiongkok; merupakan teknologi utama dalam konversi batubara yang efisien dan bersih, dan penting dalam pengembangan bahan kimia massal berbasis batubara (pupuk kimia, metanol, olefin, aromatik, etilena glikol, dll.), bahan bakar sintesis (synfuels) bersih berbasis batubara (minyak, gas alam), pembangkit listrik canggih integrated gasification combined cycle (IGCC), sistem poligenerasi, produksi hydrogen, fuel cells, direct reduction iron making, dan industri proses lainnya.
Gasifikasi batubara menjadi pondasi
utama bagi industri kimia batubara modern, dan digunakan untuk oil refinery, pembangkit listrik dan
industri metalurgi.
Penelitian dan pengembangan
teknologi gasifikasi batubara Tiongkok dimulai pada akhir 1950-an. Dukungan
pemerintah telah menghasilkan banyak perkembangan baru selama 30 tahun
terakhir, termasuk:
Teknologi gasifikasiCoal Water Slurrydan pembangunan pilot plant di Northwest Research Institute of Chemical Industry;
Proyek teknologi kunciIGCC
– Integrated Gasification CombinedCycle
(termasuk pemurnian suhu tinggi);
Proyek Pirolisis, Gasifikasi, dan Pemurnian Suhu Tinggi dari
Batu Bara diselesaikan pada tahun 1999;
Proyek Teknologi Gasifikasi Batubara Skala Besar dan
Efisiensi Tinggi yang diselesaikan pada tahun 2009;
Proyek Gasifikasi Batubara Berskala Besar dan Efisiensi
Tinggi dengan Bahan Baku Padat Lainnya (Other
Carbonaceous Solid Raw Materials) yang diselesaikan pada tahun 2014.
Selama Rencana Lima Tahun ke-9 hingga ke-12, The East China University of Science and Technology melakukan beberapa proyek gasifikasi batubara. Universitas Tsinghua juga telah membentuk unit eksperimental untuk multi-stage oxygen fed entrained bed gasification. Universitas Tsinghua dan Industri Pupuk Shanxi Fengxi (Group) Ltd. bersama-sama mengembangkan Tsinghua Gasifier. Gasifier generasi pertama mengadopsi struktur batu bata tahan api (refractory brick structure) dan oxygen state-fed entrained bed gasification, dengan tujuh gasifier yang sedang atau akan memasuki operasi; gasifier generasi kedua mengadopsi struktur dinding membran yang mengurangi biaya operasi dan memperluas kemampuan beradaptasi batubara.
Saat ini setidaknya hingga 2018,
28 gasifier sedang dalam konstruksi dan 7 gasifier sudah beroperasi di Tiongkok
(Sumber: worldcoal.org).
Penelitian dan pengembangan Tiongkok
atas teknologi gasifikasientrained-bed, serta demonstrasi
teknik, operasi jangka panjang dan efisien, dan proyek-proyek berskala besar
lebih lanjut, sangat mendukung pengembangan industri kimia batubara modern. Tiongkok memilikislurry gasifierbatubara
terbesar di dunia, dan teknologi gasifikasi batubara diakui secara
internasional. Pembangunan pabrik large-coalwater slurry gasifier dengan
kapasitas harian 3000 ton batubara merupakan awal dari demonstrasi
besar-besaran teknologi gasifikasi batubara. Penelitian masa lalu, sekarang,
dan masa depan telah meningkatkan, dan terus meningkatkan, aplikasi industri
teknologi gasifikasi batubara di Tiongkok.
Peluang Investasi Gasifikasi Batubara
di Indonesia
Untuk bisa mewujudkan investasi gasiifikasi batubara menjadi
feasible dikembangkan di Indonesia
setidaknya ada tiga aspek utama yang mesti dievaluasi antara lain:
Aspek engineering dan teknologi. Teknologi gasifikasi sudah banyak dikembangkan di dunia dan banyak negara maju yang membangun pabrik-pabrik gasifikasi batubara untuk menghasilkan berbagai ragam produk untuk kebutuhan energi dan petrokimia di dalam negerinya dan menumbuhkan industri-industri hilir dengan memanfaatkan batubara kalori rendah ini. Teknologi gasifikasi sudah terbukti secara komersial di dunia.
Aspek sosial dan Lingkungan. Pabrik gasifikasi batubara dan teknologinya dapat didesain untuk memenuhi hukum dan regulasi lingkungan di setiap negara seperti ambang batas emisi, batas buangan hidrokarbon (hydrocarbon effluent limits), dan sebagainya. Dengan membangun fasilitas gasifikasi batubara di Indonesia kita bisa men-drive pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar kesejahteraan masyarakat di daerah atau wilayah dimana industri ini dibangun. Kita bisa memberikan nilai tambah pada pembangunan nasional dengan mempekerjakan masyarakat sekitarnya termasuk para professional dan para Insinyur Indonesia untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas ini. Kita bisa mendapatkan lebih banyak royalti maupun pajak dibandingkan dengan hanya mengekspor komoditas batubara ke luar negeri.
Aspek keekonomian. Investasi kapital (CAPEX), Biaya pengoperasian (OPEX) dan return on investment (ROI) seperti perhitungan NPV dan IRR seharusnya bisa menjustifikasi bahwa investasi ini layak secara ekonomi dan dapat direalisasikan. Saat ini, batubara kalori rendah di kisaran USD 40 – 50/Metric Ton atau harga kurang dari USD 2.0/MMBTU. Harga batubara dianggap lebih stabil dari waktu ke waktu dibandingkan harga minyak dan gas alam. Harga minyak mentah bisa naik hingga di kisaran hingga USD 80 per barrel atau lebih dan harga gas alam di kisaran USD 8 – 12/MMBTU. Kenyataannya, harga synthetic gas (syngas) and synthetic natural gas (SNG) di kisaran USD 5-6/MMBTU dengan asumsi fasilitas gasifikasi batubara untuk menghasilkan SNG dekat dengan lokasi tambang atau mulut tambang (mine-mouth). Perhitungan keekonomian telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa ini sangat menjanjikan untuk direalisasikan.
Pemerintah Indonesia diharapkan mengkaji beberapa hal
terkait program hilirisasi gasifikasi batubara ini melalui pengumpulan data dan
Informasi yang sangat faktual antara lain:
Batubara kompetitif di dalam menghasilkan ethanol sampai pada produk E10 gasoline untuk mensubsidi bahan bakar premium dan sejenisnya. Sebagai informasi bahwa subsidi bahan bakar kendaraan untuk Tahun 2019 setidaknya di kisaran 18 Trilyun (sumber: Kementerian ESDM).
Batubara kompetitif menghasilkan methanol, polypropylene dan olefin.
Batubara telah menjadi feasible untuk menghasilkan synthesis natural gas (SNG) sebagai upaya menggantikan gas alam.
Bahan baku batubara juga menjadi sangat kompetitif di dalam memproduksi ammonia-urea dengan kondisi harga gas alam yang relatif tinggi dan juga kelangkaan gas alam sebagai dampak aktifitas eksplorasi migas di hulu yang kian menurun.
Bahan baku batubara menghasilkan Dimethyl Ether (DME) untuk mensubtitusi LPG. Subsidi LPG untuk Tahun 2019 setidaknya 70 Trilyun untuk kebutuhan rumah tangga dan industri (sumber: Kementerian ESDM).
Gambar 1 Produk Hilirisasi dengan Proses
Gasifikasi Batubara
Gambar 2- Produk Hilirisasi dengan
Produk yang Lebih Bernilai Tinggi melalui Proses Gasifikasi Batubara
Sebagai tambahan, ada beberapa
sumbang saran atau pun usulan dalam rangka mengembangkan gasifikasi batubara di
Indonesia antara lain:
Investasi teknologi dan pembangunan pabrik gasifikasi batubara menjadi produk bernilai tinggi hanya akan bisa dan layak dilakukan secara ekonomi apabila dibangun untuk pabrik skala menengah dan besar. Mengundang investor luar negeri (foreign direct investment – FDI) menjadi suatu keniscayaan untuk membangun industri gasifikasi batubara ini. Nilai investasi setidaknya di atas Rp. 10 Trilyun untuk bisa memenuhi keekonomiannya.
Insentif dari Pemerintah harus tersedia untuk mendukung investasi ini antara lain: tax exemption, tax holiday, dan insentif lainnya.
Membangun infrastruktur pendukung seperti Infrastruktur pipeline, jalan, rel kereta dan pelabuhan yang memadai untuk mendistribusikan produk-produk yang dihasilkan dari proses gasifikasi batubara.
Mengembangkan Kawasan Ekonomi khusus (KEK) untuk wilayah atau daerah yang memiliki cadangan batubara kalori rendah di Indonesia sehingga bisa mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah.
Pengembangan industri gasifikasi batubara harus bisa mensinergikan peran strategis antara Akademisi, Swasta, Pemerintah dan Komunitas Profesional Keinsinyuran, Sains dan Teknologi.
*Riwayat Profesional Penulis:
Project Manager Studi Kelayakan Gasifikasi Batubara menjadi Ammonia & Urea, 2014 – 2015
Project Manager Studi Kelayakan Gasifikasi Batubara menjadi Urea, Methanol, DME dan Polypropylene (OSBL & Infrastruktur), 2017 – 2019
Business Development Manager Pengembangan Proyek Gasifikasi Batubara di salah satu perusahaan Engineering & EPC terkemuka di dunia, 2012 – 2016
Technical Paper Contributor terkait pengembangan bisnis gasifikasi batubara di Indonesia, 2012 – Sekarang
Bagian dari Tim Pengembangan Usaha salah satu perusahaan penghasil batubara terkemuka di Indonesia untuk melakukan kunjungan teknis ke beberapa Pabrik Gasifikasi Batubara di Tiongkok, 2014 – 2015
Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia (PII), 2016 – Sekarang.