Kamar Dagang dan Industri (KADIN) menyelenggarakan Biogas Asia Pacific Forum 2019 selama dua hari, 26 & 27 November 2019 di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta. Acara ini terdiri dari konferensi dan pameran terkait investasi dan teknologi biogas yang ada di dunia. Peserta konferensi menghadirkan para pengusaha dan profesional yang aktif di dunia energi baru terbarukan pada umumnya dan industri biogas pada khususnya.
Konferensi dibuka secara formal oleh Sugeng Suparwoto Ketua Komisi VII DPR RII membidangi energi, sumber daya mineral, penelitian, teknologi dan lingkungan hidup setelah memberikan keynote speech di depan sekitar 50 peserta konferensi. Sugeng dalam sambutannya menyebutkan bahwa Indonesia saat ini memiliki 140 TCF cadangan gas alam atau sekitar hanya 3% cadangan gas alam dunia, 3,6 Milyar cadangan minyak bumi atau hanya sekitar 0.2% dari cadangan minyak dunia. Di sisi lain bauran energi baru terbarukan hanya sekitar 8-9% hingga tahun 2019 ini masih jauh di bawah target bauran Renewable Energy yang dijanjikan oleh Pemerintah Indonesia yakni 23% di Tahun 2025.
Sugeng melanjutkan bahwa produksi minyak Indonesia saat ini di bawah kebutuhan konsumsi minyak domestik sehingga saat ini Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan karena harus mengimpor minyak bumi sekitar 480 ribu barrel per hari. Saat ini, DPR sementara membahas RUU Minerba, RUU Minyak dan Gas dan RUU Energi Baru Terbarukan dengan harapan RUU dan regulasi turunannya bisa lebih memberikan iklim yang lebih sehat terhadap investasi asing di sektor-sektor ini.
Konferensi ini juga menghadirkan keynote speaker, Datuk Khairuddin Bin Tan Sri Mohd Hussin sebagai Chairman Asia Pacific Biogas Alliance, Halim Kalla sebagai Wakil Ketua KADIN untuk Renewable Energy dan Lingkungan Hidup. Mayjen TNI Dr. Hipdizah, MSi Wakil Rektor Universitas Pertahanan mewakili Rektor juga memberikan pesan-pesan terkait ketahanan energi nasional dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menggiatkan investasi EBT di Indonesia.
Di siang hari sebelum lunch break, Panel session yang dimoderasi pleh Ir. Ricky Hikmawan yang juga adalah pengurus KADIN dan Ketua Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKK PII) mengundang pembicara dari PT Sarana Multiinfrastruktur (PT SMI) yang diwakili oeh Darwin Trisna Djajawinata dan beberapa pembicara lainnya dengan topik yaitu investment and financing of biogas development in Indonesia. Perwakilan dari pihak kontraktor dan developer biogas menghadirkan Amran Yosuf dari Concord Group, Malaysia, perusahaan yang 20 tahun terakhir aktif di dalam pembangunan biogas di Malaysia dan Indonesia.
Menurut Amran Yosuf, tariff listrik dari biogas plant di Malaysia bisa dijual dengan harga USD 10-11 cent/kwh dan payback periodnya hanya 4 tahun saja dengan kondisi bahwa transmission grid tidak lebih jauh dari 10 km. Saat ini pun, teknologi dual fuel yang ditawarkan oleh Jenbacher dan equipment provider lainnya memberikan fleksibilitas bagi client untuk menghasilkan listrik dengan bahan bakar minyak atau pun gas. Opsi menjual listrik ke PLN/ongrid atau pun pemakaian sendiri/offgrid bisa menjadi feasible untuk proyek-proyek biogas. Namun, di Indonesia, diharapkan tariff dan regulasi terkait renewable energy bisa menjadi lebih baik lagi untuk bisa menciptakan lebih banyak lagi proyek-proyek biogas di Indonesia.
Hadir pada konferensi dan pameran biogas ini dari Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia mendampingi Ir. Ricky Hikmawan Wargakusumah, Ir. Habibie Razak – Sekretaris PII Learning Center dan Ir. Andy Rahmadi Herlambang dari Badan Kejuruan Sipil PII.