Ir. Habibie Razak memenuhi undangan sebagai narasumber dengan tema “Arah Kebijakan Hilirisasi dalam Meningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja” yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan hari ini, 19 Maret 2025.
Acara dibuka oleh Dr. Ir. Mohammad Mustafa Sarinanto – Kepala Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan menyampaikan tujuan dari workshop ini antara lain:
Mengidentifikasi sektor-sektor prioritas yang terkait dengan kebijakan hilirisasi;
Mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja untuk mendukung implementasi kebijakan hilirisasi.
Menyusun program pelatihan yang relevan guna meningkatkan kompetensi tenaga kerja sesuai tuntutan sektor hilirisasi.
Hadir sebagai narasumber antara lain: Firdah mewakili Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif – BAPPENAS, Ahmad Faisal Suralaga, Direktur Strategi dan Tata Kelola Hilirisasi – BKPM, Ir. Habibie Razak, FIEAust., EngExec., IntPE(Aus) – Surbana Jurong Group/PII and Ahmad Heri Firdaus – INDEF.
Ir. Habibie dalam paparannya menyampaikan bahwa program hilirisasi oleh Pemerintah Indonesia merupakan suatu keharusan namun dalam pelaksanaannya tetap tidak melupakan aspek sustainaibility di era transisi energi ini.
Perusahaan tambang yang bergelut di subsektor nikel dituntut untuk memberikan nilai tambah dan berkontribusi maksimal pada pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Nickel dalam bentuk mentah/nickel ore hanya dinilai sekitaran USD 40/ton namun apabila diproses lebih lanjut melalui RKEF plant menghasilkan nickel matte harganya berada di kisaran USD 14ribu/ton, bagaimana apabila nickel ore tadi diproses melalui HPAL process menjadi MHP/precursor cathode nilai tambah juga bisa hingga ratusan kali. Apabila didownstreaming lagi tentu nilai tambahnya jauh lebih besar lagi.
Begitupun dengan penyerapan tenaga kerja, dengan adanya pengembangan kawasan industri untuk mendukung hilirisasi akan menyerap lebih banyak tenaga kerja mulai dari level labour, semi-skills hingga skills.
Ir. Habibie Razak dalam paparannya “kembali ke program hilirisasi dan tidak melupakan NZE objective, perusahaan tambang di Indonesia dituntut untuk memiliki decarbonization roadmap yang programnya bisa berupa penggunaan renewable energy untuk sumber energi dalam mengoperasikan smelter, penggantian batubara sebagai reductor dan burner menjadi biochar (biomass based) dan shifting dari fuel based heavy equipment beralih ke electric based earth mover”.
Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia (BKS PII) kembali menyelenggarakan seminar series dengan tema “Peran Insinyur Sipil yang Multidisiplin di Era Transformasi Industri Menuju Indonesia Emas 2045 & NZE 2060” yang diselenggarakan hari Kamis lalu, 13 Maret 2025 di Kantor Surbana Jurong Group (Indonesia).
Kegiatan ini dihadiri setidaknya 20 peserta yang hadir secara luring dan sekitar 50 peserta yang hadir secara online via zoom. Seminar dibuka oleh Dewan Penasehat Badan Kejuruan Sipil PII Ir. Bambang Goeritno, M.Sc., MPA., IPU., ACPE., APEC Eng mewakili Ketua Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia (BKS PII), Ir. Bambang yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 dan Net Zero di tahun 2060, BKS PII sebagai salah satu organisasi kejuruan di bawah PII perlu melakukan penyiapan future ready engineer/professional engineer yang memiliki kompetensi antara lain:
Sustainable & digital infrastructure (low carbon construction solution and construction digitalization & automation),
Industrial transformation by adopting energy transition and decarbonization pillars (CCS/CCUS, Enhanced Energy Efficiency, Circular Economy, Electrification, Low Carbon Energy & Blue Economy/Natural Sinks).
Di akhir sambutan Bapak Ir. Bambang Goeritno yang juga adalah Sekjen PII Periode 2021 – 2024, Beliau berpesan semoga dengan momentum Seminar Insinyur Sipil yang Multidisiplin ini di Era Transformasi Industri Menuju Indonesia Emas 2045 & NZE 2060 ini, Insinyur Indonesia terus didorong meningkatkan profesionalismenya, memegang teguh etika profesi Keinsinyuran dan konsisten menyelenggarakan continuing professional development (CPD) sehingga ke depannya mampu memberikan kontribusi terbaiknya di dalam mencapai cita-cita Indonesia Emas di 2045 dan Indonesia Net Zero di tahun 2060.
Masuk pada sesi seminar yang dimoderasi oleh Ir. Prastiwo Anggoro – Ketua Bapel Sertifikasi Internasional, pembicara pertama dalam seminar ini adalah Ir. Agung Jaka Raharja, ST., MT., CIPM., IPU., ASEAN Eng. (Mining & Metal Industry Professional – Head of Corporate Project Development Sebuku – Salim Group) dengan judul “Optimizing Industrial Downstreaming with ESG-Focused Sustainable Planning Toward Net Zero 2060”. Ir. Agung dalam paparannya menyebutkan 4 program hilirisasi yang diatur oleh Perpres No. 12/2025 tentang “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025 – 2029 antara lain:
(1) Hilirisasi singkong, jagung dan ubi jalar, (2) Hilirisasi garam, soda ash (3) Hilirisasi Kelapa Sawit, Kelapa, Rumput Laut, dan (4) Hilirisasi Timah, Nikel, Bauksit dan Tembaga.
Ir. Agung menjelaskah bahwa prinsip industri berkelanjutan dalam konteks Environmental, Social, and Governance (ESG) berfokus pada upaya menciptakan bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial, dan tata kelola yang baik.
Lingkungan (Environmental)
•Mengurangi jejak karbon dengan mengadopsi energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi dalam proses produksi.
•Memastikan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan melalui penerapan teknologi canggih seperti zero waste atau circular economy.
Sosial (Social)
•Menjamin kondisi kerja yang aman, layak, dan inklusif bagi semua karyawan, serta menghormati hak-hak pekerja.
•Melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengembangan proyek, termasuk memberikan manfaat ekonomi langsung melalui lapangan kerja.
Tata Kelola (Governance)
•Menerapkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan, serta mempublikasikan laporan keberlanjutan secara berkala.
•Memastikan etika bisnis yang tinggi, termasuk mencegah korupsi dan konflik kepentingan.
Pembicara kedua, Ir. Grace Liliana Kaelan – Project Director McDermott Asia Pacific dengan judul “The Multidisciplinary Role of Civil Engineers; Case Study for Australia project for Net Zero Emission Target”. Ir. Grace adalah Ketua PII Chapter Malaysia yang sudah berpengalaman di offshore fabrication work selama lebih dari 20 tahun memaparkan Scarborough Energy Project & Role in Energy Transition sebagai salah satu wujud dari Multidisciplinary role of civil engineer, an FPU EPCI Project.
Sedangkan pembicara ketiga adalah Ir. Habibie Razak, IPU., APEC Eng., FIEAust., CPEng., IntPE(Aus) (Regional Director for Energy – SJ Group) dengan tema ““The Role of Civil Engineers to Succeed 7 Decarbonization Pillars towards Net Zero 2050”. Ir. Habibie Razak yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di sektor energi memaparkan 7 strategi dekarbonisasi milik Surbana Jurong yang menjadi basis utama di dalam penyiapan masterplan kawasan industri di dunia.
7 strategi itu antara lain: Operational Efficiency & Circularity, Natural Gas Shift, Low-carbon Utilities, Low-carbon Fuels, Carbon capture and sequestration, Natural Sinks dan Behavioral Change. Ir. Habibie Razak menyampaikan “Mineral Downstreaming should be progressing alongside Energy Transition”.
Kegiatan yang berlangsung dari Pukul 3 sore hingga menjelang buka puasa ditutup oleh Master of Ceremony Ir. Fahrul Wibowo, pengurus FIM PII yang kemudian dilanjutkan dengan buka puasa bersama yang dituanrumahi Surbana Jurong Group, Indonesia.