Monthly Archives: March 2018

Eastern Indonesia Renewable Energy Seminar in Makassar, 26 March 2018

The Australian Consulate-General  in collaboration with The Australia-Indonesia Centre have successfully organized and hosted the Eastern Indonesia Renewable Energy Seminar in Makassar which took place in Four Points Hotel on 26th of March 2018. The objective of the event is to support the Government to reach renewable target of 23% by 2025 including to promote the Government program to push more in providing more electricity to eastern part of Indonesia.

The event consist of one day seminar followed by 2 days technical visit. On 27 and 28 March, field studies will survey two renewable energy projects in Jeneponto Regency and Salemo Island (in the Makassar Straits), considering both Indonesia’s large scale and remote, small scale renewable energy needs respectively.  These field studies will offer practical, hands-on insights into the delivery of energy projects in Eastern Indonesia. Delegates will have opportunities to ask questions of local project managers and community leaders and undertake a tour of each facility.

The seminar presented the first panel session presentations by panelists coming from several institutions. Richard Mathews representing Australian Consul-General in Makassar, Bob Saril, General Manager of PLN Disjatim, Harris Yahya, Director of Renewable Energy the Ministry of ESDM, Halim Kalla representing KADIN Indonesia and Bill Johnston, the Keynote Speaker, West Australian Minister for Mines and Petroleum, Commerce and Industrial Relations, Electoral Matters and Asian Engagement.

In his speech, Bob was focusing on the renewable energy program under RUPTL 2018 – 2027 which was launched by PLN recently. The possibility of direct appointment for this RE project, Biaya Pokok Penjualan (BPP) aspects, including the BOT scheme and the approval of PPA should be done by the Minister of ESDM. He continued, there are some strategies implemented by PLN according to new RUPTL consist of: the consideration of supply and demand, electrical system readiness to accept the additional power to the grid, big promising source of renewable energy such as hydro and geothermal, the electrification ratio in the eastern part need to be increased, smart grid development to accommodate intermittent power plant and the need to replace diesel power plants.

Harris Yahya in his speech mentioned that Indonesia has around 60,491 installed power generations to date and only 9,000 MW of them (15%) categorized as renewable energy. Government is pushing hard to build more RE power plants throughout Indonesia to fulfill the commitment of President Jokowi by having 23% energy consumption from RE by 2025. Indeed, required government policies and program to support the objectives. Halim Kalla of KADIN Indonesia, presented his data that at least there are still more than 1000 island in electricity crisis, 8.5 million families short of electricity, 42,000 villagers and 17,000 schools haven’t yet enjoyed the electricity. Therefore the participation of private sectors should be encouraged more to fill the gap and indeed the Government Regulations have to be supportive for investment climate.

Bob Johnston in his speech was giving some renewable projects overview developed in Australia, solar, wind and hybrid mostly in western part of Australia. if these kind of concepts implemented in Indonesia especially for the eastern part of Indonesia where the people still live in remote mountainous or island communities. In many cases it may be less costly to use renewable off-grid technologies, than extend the national grid to isolated districts. As there is not yet an over-arching policy framework for off-grid supply, there is recognition among national and provincial governments of the advantages of renewable and micro-grid in servicing remote communities, particularly in eastern Indonesia.

The second panel session presenting some speakers such as Dr. Ariel Liebman, Monash Energy Materials and System Institute, Mrs. Tri Mumpuni representing People Centered Business and Economic Insititute (IBEKA), Dr. Bachtiar Nappu, Research Centre of Electricity and Energy in Hasanuddin University, and several others. The third session was the interactive game where the participants were encouraged to discuss among them regarding the energy policy landscape, community benefits, business models and partnership scheme in Indonesia.

Company and institutions who supported and joined the event such as Equis, Gold Wind, Griffith University, Infunde Development, Monash University, Murdoch University and SMEC, a Member of Surbana Jurong and several others. Thanks to Australian Consulate-General in Makassar for organizing and hosting the event.

 

 

 

Sukses Seminar Pertamina Lubricant 2018, Manado

PERTAMINA Lubricant sukses mengadakan seminar nasional terkait teknologi lubrikasi pada Hari Rabu, 21 Maret 2018 yang diselenggarakan di Hotel Four Points, Manado Sulawesi Utara. Acara ini dihadiri setidaknya 80 peserta dari Sabang sampai Merauke merupakan hasil kerja keras dari Divisi Sales Regional VII di bawah koordinasi Manager Sales Didik Setiyo Nugroho.

Sesi pembukaan dibuka dengan salah satu tarian khas manado dilanjutkan dengan sambutan manajemen PERTAMINA Lubricant (PL) sekaligus perkenalan personil PL Region VII di bawah Didik antara lain Ir. Andi Awaluddin Kadir sales executive yang bertanggung jawab terhadap area Sulawesi dan Maluku. Berkat undangan dari Andi Awal saya bisa berkesempatan kembali mengunjungi kota Manado setelah kunjungan terakhir di akhir tahun 2017 lalu. Seminar sehari ini dirangkaikan dengan local trip ke kawasan wisata Bunaken di hari kedua. Seminar ini bertemakan: “Efficiency for Our Better Future”.

Presentase pertama pada seminar ini dibawakan oleh Agung Prabowo dengan topik “Maintenance Strategy dan Fundamental Lubrication”. Agung dalam paparannya menjelaskan bahwa lubricant itu memiliki tiga fungsi yaitu sebagai fungsi lubrikasi, pembersih dan pendingin. Sesi presentase kedua dilanjutkan dengan topik kedua “Storage and Handling dibawakan oleh Abdul Hamid. Hamid dalam paparannya menyampaikan Integrated Lubrication Management terdiri dari 10 aspek antara lain: human resources competencies, lubricant technical selection, standard procurement, storage and handling, lubrication application, oil sampling, oil condition monitoring, contamination control, HSSE and continuous improvement.

Presentase ketiga dengan topik Industrial Fuel oleh Iwan Yudo Wibowo menyebutkan bahwa setidaknya ada 113 terminal storage BBM yang saat ini tersebar di seluruh Indonesia. Pertamina saat ini sudah mampu mendeliver BBM ke end customer (FRANCO) atau bisa dikirim sampai di titik terminal atau depot Pertamina (LOCO). Presentase keempat “LPG Industry and Gas Product” dan sesi kelima “Petrochemical Product” menutup keseluruhan sesi pagi sebelum makan siang bersama dengan para peserta, panitia dan profesional Pertamina.

Sesi siang dibagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas Engine dan non-Engine. Saya kebagian kelas non-Engine memaparkan aplikasi lubrikasi pada rotating equipment seperti turbine, compressor dan pump. Abdul Hamid membuka babakan tanya jawab disambut positif oleh peserta sehingga diskusi berjalan sangat alot dan interaktif. Hamid menyampaikan bahwa produk Pertamina untuk segmen ini sudah mendapatkan approval dari hampir semua Original Equipment Manufacturer (OEM) membuktikan bahwa produk Pertamina sudah diakui secara internasional dan mampu bersaing dengan produk internasional lainnya. Sesi siang ini berlangsung sampai dengan Pukul 16.00 sore.

Sesi galadinner terdiri dari makan malam dan ramah tamah antara para peserta dan tim PL. Pada galadinner juga menunjuk dua peserta terbaik yang dinilai berdasarkan partisipasi keaktifannya selama seminar berlangsung yakni perwakilan dari British Petroleum dan ASDP Ferry Indonesia.

Sukses PERTAMINA Bravo Pertamina Lubricant

 

Sesi EPC Training bersama Patra Drilling, 12 Maret 2018

Patra Drilling Contractor (PDC) adalah salah satu subsidiary dari PERTAMINA juga merupakan anak perusahaan dari Pertamina Drilling Services (PDS) merupakan kontraktor EPC yang beroperasi 10 tahun terakhir. Sesi EPC training kali ini bersama para professional PDC memenuhi undangan Ade Surya Febsandry salah satu manager di PDC berlangsung lancar dan cukup interaktif.

Undangan sejenis sebagai instruktur pelatihan EPC ini adalah kali kedua setelah sebelumnya mengajar di salah satu perusahaan konsultan yang aktif di proyek pembangkit dan migas. Sesi sehari ini dihadiri oleh setidaknya 20 professional PDC yang kesehariannya ada yang bekerja sebagai project manager, proposal admin, process engineer, mechanical engineer, cost estimator hingga project control. Senang rasanya bisa berada di tengah-tengah para professional dan sekaligus diberikan kesempatan untuk one day knowledge sharing.

Sesi EPC ini dibagi ke dalam beberapa paparan modul antara lain: peran dan tanggung jawab project management, karakteristik kontrak EPC dan aplikasinya di sektor power dan oil & gas, tahapan penyiapan proposal EPC yang efektif, pengadaan barang dan jasa proyek EPC dan manajemen konstruksi proyek EPC. Ada dua modul tambahan yang belum sempat dipaparkan sesi sehari ini karena waktu yang terbatas yaitu modul pajak dan asuransi proyek EPC dan sistem manajemen mutu proyek EPC.

Instruktur berharap isi dari paparan sehari ini apabila diimplementasikan setengahnya saja itu sudah sangat bagus buat PDC sebagai perusahaan EPC. Diketahui bersama tidak banyak perusahaan kontraktor di Indonesia yang betul betul sukses di bisnis EPC kebanyakan dari mereka mencoba masuk dan tidak sedikit juga mengalami kerugian di akhir proyek. Ade Febsandry menyampaikan “target sales kami tahun ini adalah setidaknya di nilai IDR 1 Trilyun dan dengan sumber daya yang mumpuni ditopang oleh sistem manajemen proyek yang handal kita diharapkan bisa menjadi lebih sukses tahun ini dan di masa depan”.

Sesi berikutnya, instruktur menawarkan pembahasan lebih detail tentang setiap fase EPC, semisal sesi sehari khusus untuk proposal, kemudian dilanjutkan dengan sesi khusus untuk engineering phase of EPC, dan sesi khusus sehari untuk membahas procurement saja. Sukses terus buat PDC, sukses BUMN Indonesia.

 

Lokakarya Sertifikasi Insinyur Profesional Kerjasama PII dan IKATEKUH Kelas Raha, 3 Maret 2018

Persatuan Insinyur Indonesia kembali menggelar lokakarya sertifikasi Insinyur Profesional (LSIP) di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara bekerjasama dengan Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin (IKATEKUH). PII mengirimkan 2 instruktur Ir. Habibie Razak dan Dr. Ir. Rusman Muhammad pada lokakarya kali ini dibantu oleh Erni Wahyuni staff PII Pusat. Lokakarya yang dihadiri sedikitnya 25 sarjana teknik ini bertempat di rumah jabatan Bupati Muna yang sekarang dijabat oleh LM Rusman Emba yang juga adalah Ketua Ikatan Alumni Teknik Unhas Sulawesi Tenggara.

Acara berlangsung meriah dibuka oleh Asisten II Bupati Kabupaten Muna Bapak Edi Ugga dan sebelum Beliau sebelumnya laporan ketua panitia oleh Safar ST yang merupakan alumnus terbaik Fakultas Teknik Unhas di jamannya. Dalam sambutannya, Edi menyampaikan bahwa amanah UU keinsinyuran terkait sertifikasi Insinyur ini wajib dilaksanakan termasuk oleh para Insinyur yang bekerja di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara ini. “Saya berharap acara seperti ini bisa terus dilakukan dan mensertifikasi semua sarjana teknik/pertanian di daerah ini. Kenapa hanya 25 peserta saja yang hadir? Seharusnya bisa lebih banyak lagi” ujar Beliau di sela-sela pembukaan acara.

Ir. Habibie Razak membawakan materi sosialisasi UU keinsinyuran, profil organisasi PII, etika profesi dan pengenalan sistem sertifikasi Insinyur Profesional dilanjutkan oleh Dr. Ir. Rusman Muhammad dengan materi bakuan kompetensi Insinyur Profesional dan tata-cara pengisian FAIP sampai akhirnya acara ditutup dengan pembacaan kode etik Insinyur Indonesia – Sapta Dharma Catur Karsa. Setelah acara ditutup oleh master of ceremony, dilanjutkan dengan rapat pembentukan kepengurusan PII Cabang Muna yang secara aklamasi menunjuk Safar ST oleh peserta LSIP untuk direkomendasikan menerima mandat dari PII Pusat. Berita acara rekomendasi ini ditandatangani oleh 25 peserta LSIP yang akan menjadi Anggota PII setelah mengisi Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP).

“Harapan kami, untuk kunjungan berikutnya ke kota Raha ini kepengurusan PII Cabang Muna sudah harus terbentuk dan tugas kami sebagai pengurus PII akan meminta pengurus pusat segera mengSKkan pengurus baru setelah semua persyaratan dipenuhi” ucap Dr. Rusman penuh semangat di sela-sela diskusi lepas dengan para panitia LSIP sebelum kami akhirnya berangkat kembali menuju Jakarta via Makassar.

Rute perjalanan ke Kota Raha saat ini selain menggunakan kapal laut cepat juga sekarang bisa akses dengan pesawat jet explorer dengan kapasitas 60 penumpang.

Dua peserta LSIP Andi Akhmad Tahir dan Agus dari Makassar menyempatkan diri menghadiri LSIP Kota Raha ini karena mereka sadar bahwa sertifikasi itu wajib sesuai amanah UU No.11/2014 dan sekaligus memberikan contoh kepada para sarjana teknik lainnya yang belum mengikuti program sertifikasi ini.

Reportase: Ir. Habibie Razak – Sekretaris Distribusi Gas PII Pusat.