Category Archives: Opini Energi Alternatif

Bincang-bincang Sabtu Pagi PLTSa BKM PII, Pomelotel, 21 April 2018

Hari Sabtu datang dan bincang-bincang update terakhir usaha pengembangan PLTSa di Hotel Pomelotel ternyata berlangsung sangat interaktif dan bahkan peserta yang menurut panitia dari BKM PII diperkirakan sekitar 20 orang ternyata dihadiri lebih dari 40 peserta dari berbagai institusi pemerintah, organisasi atau komunitas renewable energy dan perusahaan nasional maupun global. Beberapa peserta juga berasal dari Jepang yang memiliki minat untuk memahami lebih lanjut investasi PLTSa ditinjau dari regulasi pemerintah, manajemen proyek dan skema investasi bekerja sama dengan pengusaha lokal.

Event kali ini menghadirkan beberapa panelis antara lain perwakilan dari Kementerian Koordinator Kemaritiman Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Perusahaan Listrik Negara, Universitas Pancasila, Private Developer, Researcher dari Institusi Pembiyaan Internasional, dan Badan Kejuruan Elektro PII. Bincang pagi ini selain memberikan gambaran tentang teknologi pengolahan sampah menjadi tenaga listrik dalam paparannya Jacky Latuheru salah satu panelis menyampaikan setiap kota besar memiliki karakteristik sampah yang berbeda di Indonesia termasuk volume sampahnya dalam ton/hari di mana dibutuhkan evaluasi teknologi pengolahan sampah yang terbaik ditinjau dari sisi teknik dan juga finansial. Jacky mengistilahkan evaluasi teknologi ini harus sesuai dengan prinsip “Best Applicable Technology Meet Actual Needs (BATMAN)”.

Isu yang lagi hangat adalah dengan dikeluarkannya Perpres No.35/2018 yang mengatur percepatan instalasi pembangunan pengolahan sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan. Perpres No. 35 Tahun 2018 mengatur percepatan pembangunan instalasi Pengelolah Sampah menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, yang disebut dengan PLTSa, melalui Pengelolaan Sampah yang menjadi urusan pemerintah daerah antara lain: Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Solo / Surakarta, Kota Surabaya, Kota Makassar, Kota Denpasar, Kota Palembang dan Kota Manado. Capture dari Perpres 35/2018 di bawah ini diharapkan bisa memberikan efek positif kepada iklim usaha untuk investasi PLTSa ini.

Djoko Winarno, praktisi PLTSa juga mewakili Badan Kejuruan Elektro Persatuan Insinyur Indonesia (BKE PII) memberikan fakta kunci bahwa penduduk Indonesia lebih dari 260 Milyar menghasilkan limbah 0.7 Kg/hari/limbah orang, atau 175Ribu Ton/Hari atau sekitar 64 Juta Ton/Tahun dan menempatkan Indonesia sebagai kontributor kedua sekitar 10% sampah plastik di dunia. “Dengan asumsi bahwa penduduk kita akan tumbuh sebesar 1,38%, limbah kami akan mencapai 67.100.000 ton pada 2019, didominasi oleh sampah organik.“ Kata Siti Nurbaya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016. Diharapkan dengan proyek-proyek PLTSa ini bisa memberikan kontribusi pada peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan untuk 23%  dari konsumsi energi nasional pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050 (saat ini ‐ 12%) sebagaiman komitmen dari Presiden Joko Widodo yang disampaikan di COP21 Paris tahun lalu.

 

 

Eastern Indonesia Renewable Energy Seminar in Makassar, 26 March 2018

The Australian Consulate-General  in collaboration with The Australia-Indonesia Centre have successfully organized and hosted the Eastern Indonesia Renewable Energy Seminar in Makassar which took place in Four Points Hotel on 26th of March 2018. The objective of the event is to support the Government to reach renewable target of 23% by 2025 including to promote the Government program to push more in providing more electricity to eastern part of Indonesia.

The event consist of one day seminar followed by 2 days technical visit. On 27 and 28 March, field studies will survey two renewable energy projects in Jeneponto Regency and Salemo Island (in the Makassar Straits), considering both Indonesia’s large scale and remote, small scale renewable energy needs respectively.  These field studies will offer practical, hands-on insights into the delivery of energy projects in Eastern Indonesia. Delegates will have opportunities to ask questions of local project managers and community leaders and undertake a tour of each facility.

The seminar presented the first panel session presentations by panelists coming from several institutions. Richard Mathews representing Australian Consul-General in Makassar, Bob Saril, General Manager of PLN Disjatim, Harris Yahya, Director of Renewable Energy the Ministry of ESDM, Halim Kalla representing KADIN Indonesia and Bill Johnston, the Keynote Speaker, West Australian Minister for Mines and Petroleum, Commerce and Industrial Relations, Electoral Matters and Asian Engagement.

In his speech, Bob was focusing on the renewable energy program under RUPTL 2018 – 2027 which was launched by PLN recently. The possibility of direct appointment for this RE project, Biaya Pokok Penjualan (BPP) aspects, including the BOT scheme and the approval of PPA should be done by the Minister of ESDM. He continued, there are some strategies implemented by PLN according to new RUPTL consist of: the consideration of supply and demand, electrical system readiness to accept the additional power to the grid, big promising source of renewable energy such as hydro and geothermal, the electrification ratio in the eastern part need to be increased, smart grid development to accommodate intermittent power plant and the need to replace diesel power plants.

Harris Yahya in his speech mentioned that Indonesia has around 60,491 installed power generations to date and only 9,000 MW of them (15%) categorized as renewable energy. Government is pushing hard to build more RE power plants throughout Indonesia to fulfill the commitment of President Jokowi by having 23% energy consumption from RE by 2025. Indeed, required government policies and program to support the objectives. Halim Kalla of KADIN Indonesia, presented his data that at least there are still more than 1000 island in electricity crisis, 8.5 million families short of electricity, 42,000 villagers and 17,000 schools haven’t yet enjoyed the electricity. Therefore the participation of private sectors should be encouraged more to fill the gap and indeed the Government Regulations have to be supportive for investment climate.

Bob Johnston in his speech was giving some renewable projects overview developed in Australia, solar, wind and hybrid mostly in western part of Australia. if these kind of concepts implemented in Indonesia especially for the eastern part of Indonesia where the people still live in remote mountainous or island communities. In many cases it may be less costly to use renewable off-grid technologies, than extend the national grid to isolated districts. As there is not yet an over-arching policy framework for off-grid supply, there is recognition among national and provincial governments of the advantages of renewable and micro-grid in servicing remote communities, particularly in eastern Indonesia.

The second panel session presenting some speakers such as Dr. Ariel Liebman, Monash Energy Materials and System Institute, Mrs. Tri Mumpuni representing People Centered Business and Economic Insititute (IBEKA), Dr. Bachtiar Nappu, Research Centre of Electricity and Energy in Hasanuddin University, and several others. The third session was the interactive game where the participants were encouraged to discuss among them regarding the energy policy landscape, community benefits, business models and partnership scheme in Indonesia.

Company and institutions who supported and joined the event such as Equis, Gold Wind, Griffith University, Infunde Development, Monash University, Murdoch University and SMEC, a Member of Surbana Jurong and several others. Thanks to Australian Consulate-General in Makassar for organizing and hosting the event.

 

 

 

Sukses Seminar Pertamina Lubricant 2018, Manado

PERTAMINA Lubricant sukses mengadakan seminar nasional terkait teknologi lubrikasi pada Hari Rabu, 21 Maret 2018 yang diselenggarakan di Hotel Four Points, Manado Sulawesi Utara. Acara ini dihadiri setidaknya 80 peserta dari Sabang sampai Merauke merupakan hasil kerja keras dari Divisi Sales Regional VII di bawah koordinasi Manager Sales Didik Setiyo Nugroho.

Sesi pembukaan dibuka dengan salah satu tarian khas manado dilanjutkan dengan sambutan manajemen PERTAMINA Lubricant (PL) sekaligus perkenalan personil PL Region VII di bawah Didik antara lain Ir. Andi Awaluddin Kadir sales executive yang bertanggung jawab terhadap area Sulawesi dan Maluku. Berkat undangan dari Andi Awal saya bisa berkesempatan kembali mengunjungi kota Manado setelah kunjungan terakhir di akhir tahun 2017 lalu. Seminar sehari ini dirangkaikan dengan local trip ke kawasan wisata Bunaken di hari kedua. Seminar ini bertemakan: “Efficiency for Our Better Future”.

Presentase pertama pada seminar ini dibawakan oleh Agung Prabowo dengan topik “Maintenance Strategy dan Fundamental Lubrication”. Agung dalam paparannya menjelaskan bahwa lubricant itu memiliki tiga fungsi yaitu sebagai fungsi lubrikasi, pembersih dan pendingin. Sesi presentase kedua dilanjutkan dengan topik kedua “Storage and Handling dibawakan oleh Abdul Hamid. Hamid dalam paparannya menyampaikan Integrated Lubrication Management terdiri dari 10 aspek antara lain: human resources competencies, lubricant technical selection, standard procurement, storage and handling, lubrication application, oil sampling, oil condition monitoring, contamination control, HSSE and continuous improvement.

Presentase ketiga dengan topik Industrial Fuel oleh Iwan Yudo Wibowo menyebutkan bahwa setidaknya ada 113 terminal storage BBM yang saat ini tersebar di seluruh Indonesia. Pertamina saat ini sudah mampu mendeliver BBM ke end customer (FRANCO) atau bisa dikirim sampai di titik terminal atau depot Pertamina (LOCO). Presentase keempat “LPG Industry and Gas Product” dan sesi kelima “Petrochemical Product” menutup keseluruhan sesi pagi sebelum makan siang bersama dengan para peserta, panitia dan profesional Pertamina.

Sesi siang dibagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas Engine dan non-Engine. Saya kebagian kelas non-Engine memaparkan aplikasi lubrikasi pada rotating equipment seperti turbine, compressor dan pump. Abdul Hamid membuka babakan tanya jawab disambut positif oleh peserta sehingga diskusi berjalan sangat alot dan interaktif. Hamid menyampaikan bahwa produk Pertamina untuk segmen ini sudah mendapatkan approval dari hampir semua Original Equipment Manufacturer (OEM) membuktikan bahwa produk Pertamina sudah diakui secara internasional dan mampu bersaing dengan produk internasional lainnya. Sesi siang ini berlangsung sampai dengan Pukul 16.00 sore.

Sesi galadinner terdiri dari makan malam dan ramah tamah antara para peserta dan tim PL. Pada galadinner juga menunjuk dua peserta terbaik yang dinilai berdasarkan partisipasi keaktifannya selama seminar berlangsung yakni perwakilan dari British Petroleum dan ASDP Ferry Indonesia.

Sukses PERTAMINA Bravo Pertamina Lubricant

 

Seminar dan Munas I Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), 25 Januari 2018

Asosiasi Energi Surya Indonesia menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I yang diselenggarakan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (KESDM) Jl. Medan Merdeka Selatan Jakarta Pusat hari Kamis, 25 Januari 2018. Hadir dalam acara ini, Bapak Ignasius Jonan Menteri ESDM memberikan pengarahan tentang arah kebijakan energi nasional untuk lebih menitikberatkan pada penggunaan sumber energi terbarukan dan solar energy termasuk salah satunya.

Sesi pagi menghadirkan beberapa pembicara antara lain Harris Yahya – Direktur Aneka EBTKE Ditjen EBTKE, Dewanto dari PLN mewakili Tohari Ahadiat dari Divisi EBT PLN, perwakilan dari Kementerian Perindustrian dan Sampoerna Group. Menurut Harris Yahya, saat ini, dari potensi 207 GW energi surya di Indonesia baru sekitar 0.02% yang terpasang tentunya ini mengajak seluruh stakeholders untuk memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada terkait investasi proyek terkait energi surya di Indonesia. Tema seminar dan munas I kali ini “Konsolidasi Asosiasi Energi Surya Indonesia untuk mendukung pencapaian target energi nasional dalam rangka mewujudkan energi berkeadilan hingga pelosok negeri” tema yang sangat supportive mendukung program pemerintah sebagaimana yang disampaikan oleh penggagas AESI Luluk Sumiarso.

Sesi siang dilanjutkan dengan Munas I yang dibuka oleh Ir. Andhika Prastawa dilanjutkan dengan sidang pleno yang membahas tentang ADART, pemilihan ketua umum/ketua dewan pakar dan ketua dewan pembina dan pembahasan rancangan garis besar program kerja 2018-2020. Acara ini dihadiri para penggiat energi surya di Indonesia termasuk peneliti, konsultan, EPC contractor dan developer. Sukses terus kawan-kawan AESI, terus berjuang mengkampanyekan energi surya di tanah air tercinta.

Focus Group Discussion PLTSa Kerjasama BPPT & IKATEK; Road to HBH IKATEK UH 2018

Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (IKA Teknik Unhas) bekerjasama dengan BPPT menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait dengan peluang hingga strategi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Kegiatan diskusi yang dihadiri beberapa pakar dan juga pemangku kepentingan tersebut berlangsung di Aula Gedung Menara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (20/1/2018).  Acara diskusi dibuka oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unhas Dr Ir Abdul Rasyid Jalil MSi yang mewakili petinggi Unhas di kegiatan yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Teknik Unhas ini.

Sambutan dilanjutkan Pengurus Ika Teknik Unhas yang diamanahkan kepada Ir AM. Sapri Pamulu MEng PhD dan laporan Ketua Panitia Pelaksana FGD Aie Asri AN ST. Sapri Pamulu menjelaskan, diskusi ingin mendapatkan rumusan berupa usulan, terkait sosialisasi implementasi kebijakan PLTSa, seperti dimensi proyek, investasi, pendanaan, teknologi, dan storage, model pengembangan PLTSa di Indonesia Timur. “Kegiatan FGD ini dalam rangkaian acara Halalbihalal (HBH) Ikatek 2018. Namun selain itu kita ingin mendapatkan rumusan yang bisa dijadikan usulan strategi implementasi mengenai kebijakan Ketenagalistrikan Energi Terbarukan terkhusus PLTSa di Indonesia,” ujarnya. Peserta yang hadir dalam diskusi grup sebanyak 120 orang dari berbagai komponen, termasuk pelaku investasi, PLN, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi/BPPT, alumni teknik Unhas, praktisi, dan akademisi dari ITB serta Universitas Indonesia.

Sejumlah pembicara nasional hadir dalam FGD Tinjauan Regulasi Proyek Ketenagalistrikan Energi Terbarukan berbasis PLTSa. Selain dari pihak Kementrian ESDM, PT PLN, Kementerian Lingkungan Hidup, Wali Kota Makassar Muh Ramdhan Pomanto juga hadir. Wali Kota Makassar yang berlatar belakang arsitek tersebut mengemukakan tantangan dan hambatan terkait regulasi mengenai Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) terkhusus PLTSa di Kota Makassar masih banyak.

Danny Pomanto menganggap ‘tipping fee’ sebagai ‘bottle-neck’ dari pengelolaan sampah untuk pengelolaan ‘waste to energy’ atau sampah menjadi energi. Selain faktor regulasi, mahalnya teknologi yang digunakan dan investasi yang dikeluarkan juga menjadi kendala besar. “Namun, masalah fee ini jelas bisa menimbulkan masalah hukum. Itu sebabnya Pemda (Pemkot Makassar) enggan untuk mengeksekusi PLTSa ini,” ujarnya. Tipping fee adalah biaya yang dikeluarkan anggaran pemerintah kepada pengelola sampah, berdasarkan jumlah yang dikelola per ton atau satuan volume (m3).

Menurut Dani, permasalahan sampah di kota-kota besar penyelesaiannya harus terintegrasi dan terstruktur dimulai dari sisi hulu sampai hilir. Dari sisi hulu, bagaimana mengedukasi masyarakat untuk melakukan pemisahan sampah mulai dari rumah tangga, kemudian manajemen sampah oleh Pemkot melalui istilah bank sampah sampai pada pengelolaan di TPA. “Saat ini sudah ada sekitar 1000 bank sampah yang bertanggung jawab mengelola sampah di kota Makassar ini” ujar Dani.

Dani juga memaparkan 14 tahapan pengolahan sampah mulai dari rumah tangga sampai dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Satu lagi yang menurut Dani mesti diperhatikan adalah model penenderan proyek PLTSa ini sebaiknya menggunakan model tender investasi di mana setiap technology provider menyampaikan proposalnya termasuk keunggulan teknologi dan total biaya investasi berdasarkan teknologi dan model eksekusi proyeknya. Fase DED akan dilakukan juga oleh technology provider karena mereka yang akan menggaransi performance dari PLTSa yang dibangun dan akan dioperasikan.

Pembicara lain yang hadir Elis Heviati Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementrian ESDM. Topik yang akan dibawakan Pemaparan regulasi EBTKE pada PLTSa dan dampaknya terhadap iklim investasi di Indonesia. Tampil pula memaparkan materi Agus Saefuddin MSi (kepala Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Direktorat Pengelolaan Sampah, Kementrian LH dan Kehutanan). Sesi pertama pagi hari menghadirkan walikota Makassar, perwakilan ESDM dan KLKH ini dimoderasi oleh Ir. Habibie Razak yang juga Coordinator Steering Committee pada FGD ini.

Diskusi sesi pertama berlangsung sangat alot, Halim Kalla hadir hingga acara selesai menyampaikan concernnya sebagai pengusaha terkait investasi PLTSa di Indonesia termasuk di Kota Makassar. Menurut Beliau, Pemerintah harus memperhatikan dua hal penting apabila investasi ini menjadi attraktif sehingga bisa diimplementasikan, pertama adalah biaya pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga sampai TPA di kisaran 200 – 400 Ribu/Ton untuk pihak pengembang dan tarif listrik yang dijual ke PLN untuk investasi bisa economically viable apabila  dijual di kisaran 19cent USD/Kwh. Dua point penting ini menjadi parameter utama untuk investasi PLTSa menjadi attraktif.

Sesi siang hari menghadirkan beberapa narasumber antara lain:  Paul Butarbutar (Direktur Green Finance Asia South Pole), Dr Sri Wahyono (Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT), Jacky Latuheru (Senior Researcher, SMW & Energy Consultant), Ir Suhermin (Direktur PT Dimensi Barumas Perdana). Sesi kedua ini dimoderasi oleh Ir. Ma’rifat Pawellangi.  Paul Butarbutar menjelaskan, terkait pembiayaan atau financing, PLTSa itu sangat memungkinkan jika kepastian investasi didapatkan dari pemerintah. Adapun syarat terkait investasi PLTSa ini bersifat umum dan khusus terkait dengan pengelolaan sampah. Hal tersebut meliputi beberapa hal, seperti resiko, manajemen, kebijakan pemerintah dan lainnya. “Pemerintah daerah perlu melihat dengan jelas kemampuan dari pengusul project. Dan harus melalui proses tender yang baik,” kata Direktur Green Finance Asia South Pole Paul Butarbutar. Saran Paul Butarbutar, sebaiknya memikirkan hal lebih jauh dalam hal manfaat dari proyek pengedaan PLTSa, daripada memikirkan hal-hal teknis seperti tipping fee atau yang lainnya.

Sementara itu, Ir. Jacky Latuheru dari Energy Consultant mengemukakan potensi sampah di Indonesia ini cukup besar. Indonesia memiliki 500 kota/kabupaten yang semuanya memiliki potensi penghasil sampah. Adapun tekait dengan proyek, lulusan Teknik Unhas itu menggarisbawahi, pemilihan teknologi proyek yang dapat mengurangi efek rumah kaca terkait penanganan atau pemanfaatan gas metana (CH4) dari sampah.

Sementara itu di sesi ketiga dimoderasi oleh Ir. Oesman Reza menghadirkan Ikhsan Asaad (GM PLN Distribusi Jakarta Raya) yang menjadi pembicara ketujuh mengetengahkan program PLN terkait dengan EBTKE. PLN sudah menyiapkan rencana pengembangan pembangkit dan transmisi. Hal itu meliputi; 1. Rencana pengembangan pembangkit dan transmisi, 2. Proyeksi bauran energi, 3. Pengembangan energi baru dan terbarukan, dan 4. Implementasi Peraturan Menteri (PM) no 50/2017.

Ikhsan Asaad dalam paparannya bercerita tentang pengalaman mengelola pembangkit listrik dan distribusinya ke masyarakat. PLN selain diberi mandat oleh pemerintah untuk melistriki seluruh masyarakat Indonesia juga dituntuk menekan biaya produksi pembangkitan listrik agar bisa lebih efektif dan efisien. Skema pembangkitan PLTS yang dihybrid dengan genset di malam hari menjadi solusi efektif untuk masyarakat di Morotai, Maluku dan juga beberapa skema pembangkitan lainnya semisal PLTB, Tidal Wave atau renewable energy lainnya bisa menjadi solusi yang efektif dan ramah lingkungan untuk pulau-pulau besar maupun kecil yang ada di Indonesia. “Tahun 2019, semua desa yang ada di Indonesia 100% harus dilistriki oleh PLN sebagaimana ditugaskan oleh Presiden Jokowi” imbuh Ikhsan Asaad, GM Disjaya ini. Ikhsan juga pada kesempatan ini memaparkan beberapa program kerja andalan Beliau di dalam memimpin PLN Disjaya ini diantaranya kampanye penggunaan kendaraan berbasis energi listrik, PLN power bank pengganti genset pada aktifitas konstruksi di DKI yang bisa memberikan penghematan signifikan kepada kontraktor, smart grid dan lainnya.

Sesi terakhir, Ir. Mulyawan Samad memaparkan beberapa kesimpulan dari FGD yang akan dibuat dalam satu rekomendasi tertulis dan diserahkan kepada pemerintah. Seperti melihat peran yang lebih terstruktur dari Pemerintah untuk mengintegrasikan penanganan sampah baik itu terkait dengan penanggulangan sampah maupun keterkaitannya dengan energi.

 

Hal ini sangat mendesak untuk menyelesaikan banyak aspek yang meresahkan baik itu pelaku bisnis maupun Pemda. Diharapkan hal-hal tersebut antara lain seperti tipping fee dan harga satuan energi listrik yang ditawarkan dapat diselesaikan dengan menyeluruh, masih tingginya tingkat kekurangsadaran, baik pihak pemerintah maupun rakyatnya dalam pemanfaatan sampah kota, Skema percepatan dalam siklus project Pembangunan PLT Sampah perlu ditinjau kembali.

Disarankan untuk meninjau kembali skema ini dengan lebih mengedepankan aspek investasi secara lebih luas, Penanganan pemerintah terhadap proyek dan investasi oil dan gas yang dikelola secara menyeluruh oleh Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas mungkin dapat dijadikan model, bagaimana menyelaraskan potensi sampah menjadi energi maupun penanganannya dengan program Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) termasuk bagaimana menciptakan atau meningkatkan environmental enterpreneurship pada masyarakat maupun pemerintah. Serta mengubah filosofi berfikir dari sekedar mengatasi lingkungan lebih ke penghasilan energi.

Pada FGD juga disimpulkan bahwa ada sekitar 10 daerah kabupaten/kota yang saat krisis penanganan sampah saat ini. Dan BPPT mendapat tugas untuk menghasilkan pilot project yang harus berhasil di 2018. Saat ini proyek percontohan di TPA Bantar Gebang. Sorotan juga diarahkan terkait efektifitas kerjasama BPPT dengan insitusi lain. Lalu perluanya kajian menyeluruh dapat dilaksanakan dengan semua stakeholder termasuk pemilik teknologi dan investor dalam memecahkan masalah terkait proyek penanganan sampah. Terbitnya Perpres 97 / 2017 yang merangkum secara komprehensif pengelolaan sampah dan diharapkan menjadi hawa segar bagi pemerintah daerah.

Diskusi juga mencatat beberapa poin penting terkait tantangan yang ada dan usaha yang bisa dilakukan terkait potensi PLTSa di Indonesia. Seperti adalanya ketidakjelasan mengenai Tipping Fee (biaya pengelolaan sampah). Kemudian strategi Pemda mencari solusi pengelolaan sampah tanpa/minimum Tipping Fee. Lalu masih minimnya alokasi negara untuk kebersihan dan pengelolaan sampah. Sebab sejauh ini soal sampah masih belum menjadi prioritas. Masih kurang matangnya skema pembelian tenaga listrik. Kemampuan Pemda dalam sistem, dokumentasi dan pelaksanaan pengadaan. Karakteristik sampah di Indonesia yang tidak homogen serta memiliki kadar air tinggi. Bagaimana implementasi RUEN dan RUED. Dan poin terakhir pemilihan teknologi yang tepat dalam pengelolaan sampah.

Ketua Halal biHalal 2018 IKATEK-UH Ir. Jusman Sikki dan Ketua Panitia Pelaksana Focus Group Discussion (FGD)  Ikatan Alumni Teknik Unhas kali ini Asri An Nur, ST juga menyiapkan sertifikat kepesertaan yang bisa memberikan point tambahan bagi para Insinyur yang akan melaporkan PKB/CPDnya yang diwajibkan setiap tahunnya.

Reportase: Habibie Razak – Ketua Badan Otonomi Pengembangan Profesi Keinsinyuran IKATEK Unhas.

 

Laporan Badan Otonom Pengembangan Profesi di Rakornas IKATEK UH Bantimurung, 2 Desember 2017

Hari Sabtu, 2 Desember 2017 Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS 212 – 2017) di Taman Rekreasi Bantimurung Kabupaten Maros. Rakornas 212 ini diselenggarakan berkat inisiatif dari Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) IKATEK Sulawesi Ir. Muhammad Irfan AB yang sekaligus dirangkaikan dengan Rapat kerja (RAKER) DPW IKATEK Sulawesi. Sesi RAKER yang dilaksanakan di pagi hari dan setelah makan siang dilanjutkan dengan RAKORNAS 212.

RAKORNAS 212 secara resmi dibuka oleh Ketua Dewan Penasehat IKATEK UH Ir. Andi Herry Iskandar setelah sebelumnya kata sambutan dari Ketua Panitia, Ketua DPW Sulawesi dan Ketua Umum DPP Ir. Haedar A. Karim. Setelah resmi dibuka, RAKORNAS dipimpin oleh Marwan Hussein memberikan kesempatan kepada tiap DPW IKATEK Unhas memberikan laporan tentang kegiatan IKATEK yang dilaksanakan di Tahun 2017 ini. Perwakilan tiap DPW dimulai dari DPW Sulawesi, Papua, Maluku, Sumatera, Kalimantan, dan Bali-Nusa Tenggara kemudian dilanjutkan dengan laporan IKA Jurusan untuk 6 jurusan.

Presentase tambahan menghadirkan Ir. Ansar Rahman memaparkan PT Inovasi Benua Maritim, perusahaan yang dibentuk oleh Universitas Hasanuddin setahun terakhir ini. Beliau memaparkan model bisnis PT IBM, program yang akan dilaksanakan dan update kondisi perusahaan sampai bulan Desember ini. Setelahnya, Update tentang progress Program Profesi Insinyur (PPI) Fakultas Teknik Unhas disampaikan oleh Sekretaris Rektor Unhas Dr. Ir. Suharman Hamzah.

Kesempatan buat Badan Otonom IKATEK Unhas juga untuk memaparkan laporan kegiatannya selama 2017 ini. Habibie Razak sebagai Ketua Badan Otonom Pengembangan Profesi Keinsinyuran memberikan laporan kegiatan Tahun 2017 antara lain:

 

 

  1. Program Pembinaan Profesi Insinyur (PPPI) atau Lokakarya Sertifikasi Insinyur Profesional (LSIP) kerjasama Ikatan Alumni Teknik Unhas dan Persatuan Insinyur Indonesia
    MOU ditandatangani pada bulan 21 Desember 2014 di Makassar. Kegiatan PPPI/LSIP dilaksanakan setidaknya 25 kali di beberapa daerah/kota seperti Jakarta, Makassar, Balikpapan, Gorontalo, Sumbawa dan Manado. Kegiatan PPPI/LSIP melibatkan DPW IKATEK Jaban – Jabar, DPW Kalimantan, DPW Sulawesi, DPW Bali Nusa Tenggara dan ISP Pusat. Total Jumlah Alumni dalam daftar Keanggotaan PII sampai saat ini: 1300 Insinyur, setidaknya 20 persen sudah berpredikat Insinyur Profesional. Program ini relevan dengan semangat IKATEK UH untuk mensertifikasi para alumninya sesuai dengan amanah UU No. 11 Tahun 2014 tentang Profesi Keinsinyuran.
  2. Focus Group Discussion (FGD) on Waste to Energy and Roadmap of Petroleum Engineering
    FGD dilaksanakan di Benteng Fort Rotterdam Makassar dihadiri lebih dari 20 Peserta dari Alumni Unhas, 29 Juni 2017. Pembicara dari Alumni bergerak di Sektor Energi dan Eksplorasi (Ir. Jacky Latuheru dan Ir. Asri Jaya).
    Kolaborasi apik antara pengurus IKATEK kerjasama IKA UH Jabodetabek
  3. Knowledge Sharing Kerjasama PII Cab Makassar dan IKATEK Unhas
    Knowledge dilaksanakan di Kantor PII Cabang Makassar untuk Materi LNG & EPC
    Peserta dari Profesional dan Mahasiswa.

 

Rencana kegiatan tahun 2018 antara lain:

Program Sertifikasi Keinsinyuran melalui berbagai kegiatan seperti Lokakarya, Sertifikasi Insinyur (LSIP), Bimbingan FAIP untuk Alumni Teknik, dst. Focus Group Discussion (FGD) Knowledge Sharing untuk berbagai topik terkait Engineering & Technology kerjasama PII akan terus ditingkatkan frekuesnsinya.

 

 

 

 

RAKORNAS 212 ini juga mendiskusikan rencana kegiatan Halal biHalal Nasional IKATEK Unhas Tahun 2018 yang akan dilaksanakan Bulan Juni 2018.


Ketua Panitia HBH Nasional, Ir. Jusman Sikki memberikan update persiapan pelaksanaan HBH Nasional 2018 di depan peserta RAKORNAS. Sebagaimana tema HBH 2018 adalah Sinergi untuk Memperkuat Solidaritas di antara sesama Alumni Teknik Universitas Hasanuddin.

Sukses Insinyur Indonesia, Bravo IKATEK Unhas.

 

 

 

 

Ujian Wawancara Insinyur Profesional Madya (IPM) Kerjasama PII Cabang Palembang

Animo para Sarjana Teknik (ST) di dalam mengikuti program sertifikasi Insinyur Profesional sangat tinggi beberapa tahun terakhir ini setelah dikeluarkannya UU No.11 Tahun 2014 tentang Profesi Keinsinyuran. Meskipun Peraturan Pemerintah (PP) yang merupakan turunan dari UU ini baru akan disahkan akhir tahun ini tidaklah menurunkan minat para ST dan Insinyur untuk segera menjadi Insinyur tersertifikasi. Adalah PII Cabang Palembang menyelenggarakan uji kompetensi Insinyur Profesional di Palembang pada Hari Senin, 30 Oktober 2017 lalu mengundang tiga (3) majelis penilai dari BK Sipil dan seorang staff sertifikasi PII Pusat.

Ketua Tim Majelis Penilai (MP), Ir. Wahyu Hendrastomo bersama dua rekan MP lainnya, Ir. Andi Taufan Marimba, IPM dan Ir. Habibie Razak, IPM menguji setidaknya 10 calon IPM di ruang meeting Hotel Swarna Dwipa, Kota Palembang. Ruli salah seorang staff PII Pusat menyampaikan ke pengurus PII Cabang Palembang, Ir. Mukhlis untuk lebih intens lagi berkomunikasi dengan PII Pusat terkait penyelenggaraan program sertifikasi Insinyur Profesional ini. “Setidaknya kegiatan sejenis dilakukan sekali dalam sebulan itu sudah sangat luar biasa” imbuh Ir. Wahyu kepada pengurus cabang.


Sesi ujian wawancara ini pun ditutup di sore hari oleh Ketua Tim MP dan dilanjutkan dengan sesi santai yang salah satunya adalah diskusi tentang investasi Pembangkit Listrik Batubara di Propinsi Sumatera Selatan. Menurut penuturan Ir. H. Syarifuddin, salah seorang pengurus, cadangan batubara di Sumsel ini masih sangat besar dan kebutuhan listrik untuk masyarakat Sumatera dan Sumsel khususnya sangat tinggi termasuk inisiatif membangun infrastruktur publik seperti LRT, MRT dan seterusnya yang tentunya membutuhkan lebih banyak pasokan listrik lebih banyak lagi. Habibie Razak memaparkan tentang strategi investasi pengembangan pembangkit listrik dimulai dari pembentukan special purpose vehicle (SPV) company dari bentukan beberapa perusahaan, kajian studi kelayakan untuk coal fired power plant sampai pada penandatanganan PPA dan pengoperasian pembangkit listrik. “Proyek pembangkit listrik sangat seksi dan attractive saat ini karena IRR, NPV dan payback periodnya sangat menarik” kata Habibie Razak di sela-sela diskusi.


Sukses PII Cabang Palembang, Bravo Persatuan Insinyur Indonesia.

Reportase oleh Ir. Habibie Razak – Bidang Gas PII Pusat.

Brussels Trip for Business Development Seminar, 2 – 7 October 2017

“We are looking forward to meeting you in Brussels” sapa OC Seminar via email dua minggu sebelum keberangkatan ke Brussels dalam rangka Seminar Business Development yang menghadirkan seluruh BD manager di tiap entity Tractebel yang ada di seluruh dunia. Seminar yang diselenggarakan dari Tanggal 5 – 6 Oktober 2017 ini dihadiri tidak kurang dari 60 BD managers dari setidaknya 50 negara. Seminar ini dibuka secara langsung oleh Daniel Develay, CEO Tractebel ENGIE. Saya satu-satunya delegasi dari Tractebel Indonesia menghadiri event ini sesuai tugas saya sebagai Sales & Business Development Manager for Indonesia & Malaysia operation.

Saya berangkat dari Jakarta Senin malam dengan Turkish Airline maskapai penerbangan Turki -TK 0057 menempuh perjalanan kurang lebih 12 jam menuju Istanbul Attaturk International Airport dan kemudian transit selama kurang lebih 2.5 jam di bandara ini kemudian lanjut lagi dengan penerbangan menuju Brussels menempuh sekitar 3.5 Jam. Perbedaan waktu Istanbul maupun Brussels dari Jakarta adalah 5 jam lebih lambat. Satu pesawat dengan saya, kawan dari Jakarta, Haikal, profesional graphic design yang saat ini terlibat mengawasi proyek ASIAN Games di Senayan. Haikal berkunjung ke Brussels dalam rangka liburan menemui kakaknya yang sudah lebih dari 10 tahun bekerja dan menetap di Belgia. Kami tiba di Brussels international airport hari Selasa Pagi Pukul 10.30 waktu setempat.

 

Saya pun beranjak menuju stasiun Bawah Tanah Brussels airport untuk membeli tiket menuju Brussels Central yang ditempuh kurang dari 30 menit. Dari Brussels Central station kemudian berpindah moda transportasi dengan Brussels Metro menuju Roodebeek selama kurang lebih 20 menit. Dari stasiun Roodebeek ini saya beranjak naik tangga menuju stasiun Bis dan berangkat menuju Ariane Avenue street tempat di mana Headquarter Tractebel ENGIE berada. Tractebel adalah perusahaan konsultan dan EPC di bidang energy dan infrastructure beroperasi lebih dari 150 tahun dan merupakan salah satu subsidiary dari ENGIE perusahaan IPP terbesar di dunia dan Energy Developer asal Perancis.

Hari Selasa dan Rabu saya bertemu beberapa kolega yang saat ini aktif membantu proyek kami di Indonesia dan Malaysia. Mereka bekerja kebanyakan di domain power & gas dan energy transition business line. Adalah tak kenal maka tak sayang, awalnya kami hanya berkomunikasi lewat email dan skype call dan sekarang kesempatan buat saya bertemu mereka secara langsung, saling mengenal lebih dekat. Teringat 4-5 tahun yang lalu sebelum bekerja di tempat sekarang saya juga menyempatkan mengunjungi headquarter perusahaan sebelumnya sampe harus traveling selama 36 Jam dari Jakarta. Untuk trip ini lebih ringan hanya 18 Jam saja, jadi sudah biasa aja kaliiii…Hari Selasa sore saya ditemani kawan baru Jeremy yang bekerja untuk energy storage and transmission department menuju Diamant Suites, salah satu hotel kecil yang tidak jauh dari kantor.

Hari Rabu sore, 4 Oktober 2017 setelah jam kerja saya pun dengan pesanan taksi dari kantor beranjak menuju Hilton Hotel Grand Place untuk check-in tempat di mana seminar diselenggarakan. Check-in sore hari memberikan kesempatan untuk beristirahat selama  kurang lebih 3 Jam. Malam hari pun semakin dingin dengan suhu di bawah 10 derajat C tidak menurunkan semangatku untuk keluar berjalan kaki menapaki trotoar dan lorong-lorong pusat kota Brussels ini. Setelah berjalan kurang lebih setengah jam di tengah dinginnya suhu kota ini of course, seperti biasa di setiap oversea trip saya pun mengunjungi Hard Rock Cafe untuk sekedar berfoto dan membeli T-Shirt. Di Kafe ini diisi oleh American Community yang sengaja datang ke tempat ini untuk minum menghangatkan badan dan bercanda gurau.

Hari Kamis pagi, acara seminar pun dimulai Pukul 09.30 dimulai dari pembukaan dan kemudian presentase oleh Manager setiap Business Line dimulai dari Business Line Infrastructure & Environment, Nuclear, Power & Gas, Hydro, ENGIE Laborelec & Energy Transition. Sesi sore hari diisi dengan beberapa permainan yang salah satu diantaranya adalah setiap group terdiri dari 4 profesional. Pada setiap group ini profesional diminta untuk mempresentasekan business line (BL) yang bukan merupakan business line di tempat  mereka bekerja. Saya kebagian mempresentasekan BL energy transition kemudian meminta ketiga lainnya untuk menilai teknik presentase saya di depan mereka yang saya simulasikan sebagai client saya, it was an awesome game.

 

 

 

Di hari pertama ini kami juga kebagian buku kecil di sampulnya bertuliskan Business Development Passport di mana di dalam buku kecil ini terdapat isian hampir seluruh entities Tractebel yang berada di dunia. Kami sebagai peserta diminta untuk mengisi informasi tentang country manager di setiap negara di mana Tractebel eksis termasuk isian referensi proyek dan main strength yang dimiliki oleh setiap entity yang ada. Untuk mendapatkan informasi setiap entity dan mengisinya ke dalam buku kecil tadi mau tidak mau para peserta wajib untuk berinteraksi dengan para peserta dari business entity lainnya. Dengan simulasi seperti ini mereka akan saling mengenal setidaknya nama, asal negara dan di entity mana mereka ditempatkan.

 

 

 

Hari Kamis malam, organizing committee mengundang para peserta untuk dinner time dan berkeliling di radius 3 km pusat kota Brussels ini. Malam itu kami ditemani guide yang selama perjalanan menjelaskan tentang sejarah Kota Brussels dimulai Abad XVI sampai pada perang dunia kedua. Salah satu fakta adalah di mana Belgia dan juga Kota Brussels adalah tempat bertemunya tentara aliansi Amerika Inggris dan pasukan Jerman untuk berperang. Di pusat kota ini terdapat patung “Manneken Pis” patung anak kecil yang sedang buang air kecil. Setelah menikmati dinner kami pun berangkat lagi ke salah satu cafe tidak jauh dari pusat stock exchange untuk menikmati beberapa teguk Belgian Beers.

Hari Jum’at pagi di sesi BD seminar ini menghadirkan beberapa materi menarik di antaranya adalah sesi tentang ownership and business performance menghadirkan motivator yang mengupas habis pentingnya peran ownership dalam suatu perusahaan. Setidaknya ada tiga level ownership yang didiskusikan antara lain: first degree ownership dalam hal ini profesional tidak memiliki kepemilikan sama sekali terhadap perusahaan, dia tidak memiliki semangat memiliki perusahaan tempat dia bekerja dan kelihatan dari cara kerja dan hasil yang akan dicapainya. Second degree adalah dia hanya care pada tugas dia dan selalu membatasi diri untuk melakukan inisiasi yang lebih besar di luar tugas dia, “this is my job and you do yours, the rest is I am not involved”. Third degree adalah profesional memiliki sense of ownership terhadap semua yang terkait dengan bisnis perusahaan dan memiliki ownership untuk bersama-sama yang lain melakukan yang lebih untuk membesarkan perusahaan. Third degree ownership ini diharapkan dimiliki oleh profesional dengan bukan hanya membesarkan entity di tempat dia bekerja tapi juga mendorong entity lainnya yang masih dalam tahap development untuk juga bisa menjadi sukses dan meraih target sales dan project executions.

Hari Jum’at sore akhirnya harus beranjak menuju Brussels airport untuk mengejar pesawat yang berangkat Pukul 06.45 sore. Adalah kolega dari Gas Competence Center, Cedric and Lorena mengunjungi saya di acara seminar karena beberapa hari sebelumnya mereka di luar kota untuk business trip sehingga tidak menyempatkan bertemu mereka di kantor. Cedric menyempatkan mengantar ke bandara dan di jalan kami alot berdiskusi tentang present and future gas & LNG projects di Indonesia saat ini. An awesome moment adalah, di sore itu, sebelum berangkat ke Brussels airport saya menyempatkan berdiskusi sejenak dan berfoto dengan Daniel Develay, President & CEO Tractebel ENGIE. Beliau sungguh low profile dan menikmati bercanda gurau dengan Beliau.

Check in di Bandara ini, saya pun beruntung kedua kalinya bertemu dengan Habib dari Jawa Timur yang habis mengantar istrinya yang lulus beasiswa LPDP dan mulai aktifitas kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Belgia. Kami menyempatkan mengambil foto di perjalanan ini hanya sebagai bukti bahwa kami pernah di sini. Perjalanan menuju dari Brussels ke Istanbul menempuh waktu yang sama, transit di Istanbul beberapa jam kemudian melanjutkan perjalanan dengan maskapai Turkish airline lainnya menuju Jakarta.

Bravo Tractebel, Sukses Insinyur Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

Kuliah Umum Infrastruktur Energi, Fakultas Teknologi Industri UMI, 16 September 2017

Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (FTI UMI) kembali memfasilitasi kuliah umum bertemakan Infrastruktur Energi, Peluang dan Tantangan dihadiri oleh Mahasiswa(i) Jurusan Teknik Sipil dan Teknik Kimia di Auditorium KH Muhammad Ramly FTI UMI bertepatan Hari Sabtu, 16 September 2017. Sesi Kuliah Umum ini dibuka langsung Dekan FTI UMI, Ir. H. Zakir Sabara HW., IPM., MT., ASEAN Engineer.

Dalam sambutannya, Beliau menyampaikan bahwa teknologi ketekniksipilan semakin pesat perkembangannya di dunia. Dunia saat ini membangunnya ke bawah seperti subway MRT and subway station construction, basement and tunneling construction termasuk konstruksi infrastruktur terkait energi seperti LNG Receiving Terminal, Pembangkit Listrik menggunakan energi terbarukan lepas pantai seperti offshore wind power generation dan seterusnya. Melihat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar sana menuntut tenaga pengajar di kampus untuk terus mengupdate ilmu yang dimililikinya bahkan di era serba internet saat ini mahasiswa lebih dituntut untuk belajar di luar sana langsung bersentuhan dengan industri termasuk senior-senior profesional yang bekerja di sektor energi untuk mendapatkan pencerahan keinsinyuran dan teknologi yang paling mutakhir. Sesi kuliah tamu ini tidak lain salah satu cara menghubungkan para mahasiswa dan profesional supaya terjadi interaksi yang lebih dalam lagi tentang kebutuhan dunia kerja kelak setelah mahasiswa(i) menyelesaikan studi di perguruan tinggi.

Habibie Razak, dosen kuliah umum kali ini memaparkan tiga agenda paparan dan diskusi antara lain: gambaran proyek infrastruktur strategis prioritas nasional di Indonesia saat ini, gambaran proyek infrastruktur energi termasuk pembangkit listrik, gas dan LNG dan apa yang harus disiapkan untuk bisa berperan serta di proyek-proyek infrastruktur energi nasional di Indonesia. Habibie dalam paparannya menyampaikan bahwa kita masih kekurangan Insinyur untuk mengeksekusi proyek 35Ribu MW, setidaknya kita  membutuhkan sekitar 50 Ribu Insinyur hanya untuk proyek ketenagalistrikan saja. Diperkirakan untuk menutup kekurangan Insinyur Indonesia setidaknya bakalan 5.900 Insinyur Asing/Professional Engineer mengisi posisi yang tersedia.

Berbicara tentang Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku Jasa Konstruksi Pada Proyek Ketenagalistrikan 35.000 MW setidaknya ada beberapa hal yang menjadi concern utama antara lain: bagaimana meningkatkan kinerja para perusahaan BUJK yang bisa dilakukan sebagai berikut:

  • Peningkatan kapabilitas dan kemampuan finansial
  • Peningkatan kinerja mutu dengan menerapkan sistem manajemen mutu bertaraf internasional
  • Peningkatan kinerja K4 dengan menerapkan sistem manajemen keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan (SMK4) bertaraf internasional
  • Pengembangan teknologi pembangkit yang diharapkan bisa dibangun anak bangsa.

Sedangkan Program Peningkatan Kompetensi  Tenaga Ahli Konstruksi tidak lain adalah memfasilitasi tenaga ahli :

  • Sertifikasi baru bagi tenaga yang baru akan mendapatkan sertifikasi.
  • Perpanjangan Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK) Melalui Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB), Peningkatan kualifikasi tenaga ahli dari Tenaga Ahli Muda menjadi Tenaga Ahli Madya dan Peningkatan tenaga Ahli Madya menjadi menjadi Tenaga Ahli Utama

Habibie juga memaparkan bahwa Indonesia sebagai negara yang cukup kaya akan gas alam berusaha mengoptimalkan penggunaannya untuk untuk kebutuhan energi domestik yang ramah lingkungan  dengan membangun infrastruktur LNG/gas dimulai dari LNG liquefaction, LNG transportation baik darat maupun laut, sampai dengan membangun LNG receiving terminal di beberapa wilayah di Indonesia. Sebutlah PLN yang saat ini rencana membangun lebih dari 40 LNG receiving terminal dari Sabang sampai Merauke dan proyek-proyek strategis ini semestinya diisi oleh para Insinyur Indonesia yang berdomisili di Timur Indonesia. Mau tidak mau kita harus siap atau para lulusan Perguruan Tinggi di KTI hanya akan menjadi penonton saja di kampung sendiri.

Sesi tanya jawab pada kuliah umum kali ini berlangsung sangat interaktif dan diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dari para mahasiswa(i) yang hadir. Sukses terus proyek infrastruktur energi Indonesia, jayalah Insinyur Indonesia.

The 6th INDONESIA EBTKE ConEx 2017 at Balai Kartini, 13 -15 September 2017

The 6th Indonesia Renewable Energy and Energy Conservation (EBTKE) was organized successfully from 13th to 15th of September 2017. The event consist of conference and exhibition for 3 days at Balai Kartini, Jakarta. The event was attended by at least 500 delegates from different companies both local and overseas. The exhibition booths were fulfilled by various reputable corporations such as ENGIE group, PERTAMINA group, and several others. The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM ministry) was also participating by organizing their own booth for three days exhibition.

The theme of this event is Renewable Energy is a Solution to Energy Security and Paris Agreement. The conference was opened ceremony by the Ministry of ESDM Mr. Ignasius Jonan after having Mr. Surya Darma the Chairman of Indonesia Renewable Energy Society (METI) delivered the report of organizing committee. In his speech, Jonan said he is indeed very optimistic in the near future the renewable energy investment will be more competitive to decouple the fossil fuel projects. This was proven couple days back he signed the minihydro PPA which is the tariff is 6.7 – 6.8 centUSD/Kwh in Central Java. The other renewable energy such as solar PV and geothermal will catch up soon. He also stated, during his 10 months working at his position, he already signed 723 MW PPA for renewable energy power generations.

 

 

Mr. Ignasius also witnessed the signing ceremony of several agreements accompanied by the General Director of ESDM EBTKE Rida Mulyana on renewable energy sectors such as the MOU between Balitbang and The Greatwall Drilling Company of the China National Petroleum Corporation, Cooperation between University of Indonesia, University of Gajah Mada, Bandung Institute of Technology, PLN and Geodipa for Research and Development in Geothermal, Funding Cooperation for the Development of Wilayah Kerja Panas Bumi (Geothermal concession) between PLN and SMI, and the signing ceremony of Renewable Energy Projects with REI.

The first day session after the opening ceremony continued with panel discussion consist of several speakers from several institutions and corporations such as National Development Planning Agency (BAPPENAS) represented by the Minister of BAPPENAS himself, Mr. Bambang Brodjonegoro, the International Finance Corporation (IFC), Danish Ambassador for Indonesia, US Ambassador for Indonesia, Indonesian Chamber of Commerce and Industry, Supreme Energy and IEA. The first day event also consist of the press conference of METI in front of the exhibition area represented by the Chairman of Organizing Committee Paul Butarbutar. Before leaving this EBTKE ConEx 2017 Mr. Paul also accompanied Mr. Jonan visited several booths including the visit to France Pavilion booth which consisted of French companies such as ENGIE group, Vinci Energies, and others.

In his speech, Mr. Bambang the Minister of BAPPENAS suggested there are at least points should be considered by the energy player in order to be successful in Indonesia (1) The developer should bring the low interest financing in order to meet the economic feasibility of the project (2) The involvement of existing big energy companies such including SOEs and private companies (MEDCO, Adaro, etc.) (3) The new player in this business should partner with big players so there will be learning process as well as the reduction of investment risks. The financing and equity capabilities of new players can be then tackled by the big ones.

Tractebel Engineering Indonesia (TEI), a group of ENGIE was taking part to the event by sending their three delegates, Mr. Nicolas Vaudremont (CEO, Product Director Renewable), Mr. Julien Blommaerts (Product Director T & D, VP Business Development) and Mr. Habibie Razak (Product Director Gas & LNG, Business Development and Sales Manager). Mr. Pupu Rahmat the Marketing Specialist of TEI was also available at the exhibition area had been very active in communicating and interacting with the conference delegates and visitors who visited the booth area.

The EBTKE ConEX was in Conjunction with Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2017 has been very successful therefore we thank to the Host METI – The Indonesia Renewable Energy Society, The Endorser the Ministry of ESDM Indonesia and the Main Sponsor Pembangunan Perumahan.

Vivat Indonesia Renewable Energy Investments….Hoping the target of 23% Renewable Energy Power Generations in 2025 can be achieved. This will prove the commitment of Indonesian government to Paris Agreement.