Monthly Archives: August 2015

Pembicara pada Kursus Hukum Kelistrikan, 26 Agustus 2015

EMLI Training salah satu training provider di Indonesia yang fokus pada hukum Energi dan Pertambangan melaksanakan 3 hari training mulai dari Tanggal 25 – 27 Agustus 2015 dengan topik Hukum Kelistrikan. Saya diundang untuk membawakan 2 materi di hari kedua yakni IPP Road Map in Indonesia dan Aspek Legal dan Komersial pada  Proyekk-proyek Engineering, Procurement & Construction.

IMG_20150826_155059

Pihak training provider sekiranya hanya mengamanahkan materi EPC yang dikonfirmasi seminggu sebelumnya entah kenapa beberapa jam sebelum jadwal materi saya ini, mereka juga meminta saya memberikan sedikit waktu untuk mempresentasekan IPP road-map. Saya sangat berterima kasih pada karib saya, Ir. Denny Saputra yang setahun sebelumnya mempresentasekan materi ini kepada kami sehingga slides yang berasal dari dia bisa pula saya presentasekan di depan peserta Hukum Kelistrikan ini.

Aspek legal dan komersial pada suatu proyek EPC selain aspek teknis menjadi bahan kajian yang cukup mendalam pada training kali ini. Beberapa materi yang cukup menarik adalah 10 contract roadblocks yang harus diperhatikan di fase proposal development pada suatu proyek EPC yaitu: Consequential Damage, Limits of Liability, Exclusive Remedies, Warranty, Dispute Resolution, Indemnity Provision, Change Provision, Insurance Requirement, Force Majeure Provision dan Price & Payment Terms. Salah satu istilah penting dalam bisnis asuransi adalah waiver of subrogation, yakni memastikan EPC contractor terlepas dari “sue” yang dilakukan oleh pihak asuransi apabila terjadi kerusakan/damage pada suatu properti client pada saat fase konstruksi yang mungkin diakibatkan oleh EPC contractor tadi di mana pihak Client adalah pihak yang terasuransi meminta claim penggantian kepada perusahaan asuransi.

IMG_20150826_175612

Tax juga merupakan bahan diskusi yang menarik di mana seorang tax officer di perusahaan korporasi bertugas memastikan tidak terjadi double taxation akibat pengaturan yang tidak tepat untuk suatu kontrak offshore dan onshore pada suatu proyek. Kuesioner pajak dikeluarkan oleh tax officer tadi memastikan entity yang mana yang akan menandatangani kontrak dengan client sehingga tax exposure bisa diminimalisir.

IMG20150826161046

 

 

 

 

Oil & Gas Subsea System Training BK Mesin PII, 11 – 14 Agustus 2015

Badan Kejuruan Mesin Persatuan Insinyur Indonesia (BKM-PII) kembali mengadakan professional oil & gas training yang kali ini dilaksanakan Pada Tanggal 11-14 Agustus 2015 di Hotel Puri Denpasar, Kuningan Jakarta Selatan. Topik training ini adalah The Engineering & Technology of Subsea System pada sektor Migas dan dibawakan oleh Bapak Prof. Ir. Jaswar Koto – Staff Pengajar dan Peneliti Institut Teknologi Malaysia yang juga Beliau saat ini adalah Presiden International Society of Ocean, Mechanical and Aerospace for Scientist and Engineers.

Foto-4

Laporan Training oleh Ketua Bidang Engineering BKM-PII Bapak Ir. Ade Irfan dan Pembukaan sekaligus pengantar training oleh Ketua BKM PII Bapak Prof. Ir. Tresna Priyana Soemardi. Prof. Tresna dalam sambutannya menyampaikan biaya penelitian sampai menghasilkan inovasi teknologi sangatlah mahal dan membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai produk dari hasil penelitian tersebut bisa dikomersialisasikan. Indonesia saat ini membutuhkan para peneliti-peneliti handal dan semestinya ditopang oleh sumber pendanaan yang lebih besar lagi oleh Pemerintah. Acara pembukaan training ini juga dihadiri oleh Bapak Ir. Bambang Purwohadi dan Bapak Ir. Rudi Purwondho, Wakil Ketua dan Sekjen BKM PII.

Foto-5

Prof. Jaswar pada hari pertama training memberikan gambaran umum tentang klasifikasi proyek subsea sektor Migas berdasarkan kedalaman bawah laut yaitu: shallow water subsea di mana kedalaman laut sampai pada 300 meter, 300 meter sampai pada kedalaman  1500 meter dikategorikan sebagai deep-water dan kedalaman 1500 ke atas sudah ditageorikan sebagai ultra deep-water subsea project. Perencanaan dan instalasi subsea untuk ketiga kategori di atas pun berbeda-beda.

Konsep six degree freedom yang merupakan motion yang terjadi pada offshore dan marine structure yang terdiri dari surge, sway, dan heave yang merupakan three translations of the ship’s center of gravity in the direction of the x,y, and z axes dan tiga rotasi yaitu roll aboutt the x-azis, pitch about the y-axis dan yaw about z-axis juga dijelaskan secara filosofis oleh Beliau.

Foto-1

Hari kedua training ini kami mengerjakan case study salah satu proyek subsea pipeline terpanjang di Eropa di masanya menggunakan beberapa jenis software. Salah satu yang menarik adalah efek buckling  pada pipeline akibat adanya tekanan fluida atau gas dari dalam pipa sehingga pipa menjadi buckle pada panjang dan tinggi amplitudo tertentu. Seorang subsea pipeline engineer harus bisa menghitung berapa panjang pipa dan tinggi amplitudo yang mengalami buckling dan mendesain pipe sleeper yang ideal di dasar laut. Tentunya spesifikasi dan grade material untuk subsea haruslah lebih tinggi dari onshore pipeline work.

Foto6

Jenis-jenis mooring dan riser dipresentasekan di hari ketiga training di antaranya yang cukup menarik adalah perbedaan antara catenary system and taut leg system pada mooring system. Distribusi pada mooring system pun dibagi menjadi dua yaitu turret mooring lines and spread mooring lines. Sedangkan spread mooring by technology licensor dibagi menjadi 4 besar yaitu omni-directional mooring for a spar platform, asymetric spead mooring for a fixed platform, symetric spread mooring for a semi sub, dan grouped mooring management for a spar platform.

Foto-10

Konsep riser sebagai production flow-line maupun sebagai drilling flow-line juga dibahas pada training ini. Riser dengan dan tanpa penggunaan buoys atau floating devices lainnya dibagi dua yaitu catenary riser di mana riser ini free hanging tanpa intermediate buoys or floating devices dan flexible riser adalah free-hanging riser dengan menggunakan intermediate buoys atau floating devices lainnya. Tipe riser juga bisa dibagi menjadi dua berdasarkan seleksi materialnya yaitu rigid riser dan flexible riser. Konfigurasi flexible risers bisa berupa free hanging, lazy S, lazy wave, step S, step wave, Chinese lantern dan beberapa lainnya.

Foto-11

Prof. Jaswar Koto juga memaparkan loading mechanism on floater adalah steady and fluctuating wind, wave and wave drift dan current. Sedangkan untuk loading pada mooring lines harus memperhatikan top end surge motions, wave, current dan seabed friction.

Hari keempat training banyak mendiskusikan tentang instrument dan control system pada subsea system. Pemaparan konfigurasi dan jenis equipment subsea seperti X-Tree, Manifold, Pipe-line, Flow-line, Subsea separator, dan lainnya mengundang banyak pertanyaan dari peserta training.

IMG20150811144143Training ini dihadiri oleh 16 orang. Beberapa rekan profesional seperti Benhard Hutajulu (I&C Engineer), Budy Wening (Rotting Engineer), Baso Rizal (Pipeline Engineer) dan Irwansyah Rosneng (Electrical Engineer) juga menghadiri training bergengsi ini. Perusahaan seperti Tripatra, Pertamina Gas, Pertamina Hulu Energi, Wijaya Karya tidak ketinggalan mengirimkan engineer-engineer terbaik mereka untuk mengikuti professional training ini.

 

 

Habibie Razak, seorang project manager yang bergelut di bidang Oil & Gas juga menjadi bagian dari training dan bahkan di akhir sesi hari ketiga Habibie memberikan sedikit sharing knowledge tentang Floating LNG Production Unit Concept. Konsep LNG production plant di atas air ini menjadi sangat booming saat ini menggantikan konsep onshore traditional LNG plant. Fasilitas FLNG plant atau LNG FPSO pertama di dunia yang selesai dibangun dan mulai beroperasi adalah EXMAR Floating LNG Production Unit menggunakan teknologi LNG yang diberi nama PRICO merupakan milik Black & Veatch www.bv.com.

fffOverall, this was an exciting training bagi siapa pun yang berminat mengikuti sesi training berikutnya bisa menghubungi Bapak Arfi Yesso, Staff BKM PII, Email Address: arfi.yesso@gmail.com

 

 

 

 

IMG_20150814_114135

Bravo BKM PII, Bravo Insinyur Indonesia.

foto bersama - Copy

 

Safety Forum BKK PII di Gedung BPPT, 6 Agustus 2015

Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia untuk kesekian kalinya melaksanakan Focus Group Discussion di bawah kepemimpinan Bapak Ir. Nanang Untung, IPU. FGD ini adalah hasil kerjasama antara BKK PII dan BPPT. Diskusi ilmiah kali ini diberi nama “BKK PII Safety Forum” yang menghadirkan Pembicara-pembicara dari Industri, Akademisi dan perwakilan Pemerintah. Bapak Dr.Ir. Unggul Priyanto Kepala BPPT hadir dan turut membawakan kata sambutan sebelum sesi FGD dimulai.

Moderator FGD adalah Bapak Ir. Lukmanul Hakim, IPM yang juga adalah Direktur Eksekutif BKK PII sangat sukses mendeliver diskusi safety ini. Bapak Ir. Alvin Alfiyansyah adalah panelis pertama yang bekerja sebagai Senior Loss Prevention Engineer di Qatargas OPCO dan panelis kedua dari sisi Industri adalah Bapak Ronald Timbuleng perwakilan dari PT Newmont Nusa Tenggara. Sedangkan dari sisi akademisi diwakili oleh Bapak Ir. Agustinus Hariadi yang juga auditor untuk KLHK. Ibu Ir. Sulistyowati, MM Direktur Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mewakili Pemerintah pada FGD kali ini.

1-OverallMateri yang dibawakan oleh Alvin berjudul “Aplikasi Aturan HSE Masa Kini dan Dahulu” sangat  menarik kita simak di mana sejarah Keselamatan Proses dan Aturan HSE di Amerika, dunia secara umum dan terkhusus Indonesia diulas secara garis besar. Berdasarkan kajian statistik yang dilakukan oleh Dupont di Tahun 2004-2005 bahwa Unsafe Act/At-risk Behavior berkontribusi 96% dan penyebab lainnya 4% pada Injuries yang terjadi di Industri secara umum. Untuk menurunkan rate injuries bahkan incidents harus melalui tiga cara yaitu: improved engineering, improved HSEMS dan Incorporation of Human factors.

3-Alvin show

Alvin menelurkan beberapa rekomendasi dan saran kepada peserta FGD untuk disampaikan kepada pihak Pemerintah untuk memperbaiki tata kelola K3 dan HSE sebagai berikut:

1.Perlunya revisi pasal 15 UU No. 1 tentang K3 yang mencakup hal penalti dan pelanggaran K3.

2.Perlunya perbaikan kompetensi Ahli K3/HSE yang mencakup keahlian Process Safety dan penyidik kecelakaan industri.

3.Perlunya membuat standar kompetensi nasional untuk Ahli K3/HSE.

4.Perlu penyidik Kecelakaan Industri di berbagai lembaga dan departemen negara agar tidak terpaku pada institusi Kepolisian.

5.Perlunya pemetaan hak dan kewajiban antar departemen negara untuk implementasi dan perbaikan budaya K3/HSE.

6.Perlunya pemetaan dan penyederhanaan UU dan PP yang berkaitan dengan K3 dan HSEQ secara umum agar tidak terjadi tumpang tindih wewenang dan pengawasan.

7.Perlu diterbitkan aturan mengenai “sharing data base” kecelakaan industri dan “lesson learn” mengenai kecelakaan industri asli Indonesia di seluruh sektor industri agar praktisi, regulator, dan manajemen perusahaan bisa belajar.

Panelis kedua Bapak Ronald memaparkan tentang “Pengelolaan K3 di PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT)” di mana diketahui bersama PTNNT ini adalah salah satu anak perusahaan dari Newmont yang berdiri sejak Tahun 1921 dan berkantor pusat di Denver Colorado sedangkan PTNNT sendiri mulai masuk ke Indonesia di Tahun 1986, mulai beroperasi di tahun 2000 sampai sekarang.

4-Pak Roland show

Key Performance Indicator (KPI) untuk keselamatan kerja di PTNNT dinilai dari semakin menurunnya Serious Injury, Total Reportable Injury dan Total Reportable Injury Frequency Rate. Ketiga parameter ini haruslah lebih kecil dibandingkan target yang dicanangkan Perusahaan baru kemudian kinerja safetynya dikatakan berhasil. Ronald juga mempresentasekan beberapa program unggulan pencegahan kecelakaan berat dan kematian dan 6 perilaku utama untuk tetap selamat di wilayah Kontrak Pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara.

Panelis ketiga Bapak Ir. Agustinus Hariadi DP membawakan materi tentang Strategi Pengembangan Keunggulan Kompetitif Berbasis Implementasi Manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Beliau memaparkan hasil penelitian tentang kinerja LK3 perusahaan dihubungkan dengan komitmen manajemen perusahaan, manajemen proses dan manajemen sumber daya manusia. Kinerja LK3 pada perusahaan ternyata berpengaruh positif terhadap keunggulan kompetitif dan kinerja finansial perusahaan.

Rekomendasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bapak Agustinus antara lain:

PERUSAHAAN

-Memasukkan aspek LK3 dalam penetapan strategi perusahaan

-Menerapkan strategi proaktif

-Menjadikan isu LK3 sebagai sasaran semua fungsi

-Menyeimbangkan bobot Manajemen proses dan Manajemen SDM

-Mewujudkan komitmen manajemen

PEMERINTAH

-Merubah fokus BINWASDAL

-Keterkaitan antarprogram-program pemerintah

Panelis terakhir adalah Ibu Ir. Sulistyowati memaparkan “Keselamatan Sosial dan Lingkungan dalam Kegiatan Pertambangan”. Permasalahan pertambangan secara umum termasuk tambang rakyat di Indonesia saat ini terdiri dari permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan merupakan 3 isu utama yang menjadi tugas besar dari Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Direktur Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka.

7-Sesi Q&A Pak nanang

Jumlah Penambang Rakyat saat ini adalah 2 juta orang (1 juta penambang emas dan 1 juta penambang mineral). Banyaknya masyarakat yang terlibat secara tidak langsung (misalnya sebagai pemasok bahan kimia berkisar 8 juta orang) dan penerimaan negara dari pertambangan umum tahun 2005-2012 rata-rata Rp 60,42 triliun, sedangkan potensi omset tambang rakyat mencapai Rp. 400 trilyun per tahun (sumber APRI). Di sisi lain kerusakan lahan akibat penambangan rakyat berdasarkan data APRI ada sekitar 4000 lokasi bekas tambang (lebih 40% di kawasan hutan) yang membutuhkan pemulihan fisik (reklamasi), pemulihan lahan dari kontaminan (13.000 ton Hg/tahun) dan juga memerlukan penyuburan lahan karena tanah humus sudah hilang.

2-Sambutan Ketum BKK PII

Rencana strategis untuk melahirkan Pertambangan Ramah Lingkungan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan antara lain: pengembangan kebijakan pengelolaan tambang yang ramah lingkungan, pembinaan dan pendampingan, pemantauan dan bimbingan teknis, peningkatan kapasitas serta insentif dan dis-insentif untuk pelaku bisnis pertambangan.

6-HR in action

Sesi pemaparan keempat panelis ini dimulai Pukul 16.30 dan berakhir Pukul 18.15 dilanjutkan dengan Istirahat dan Shalat Maghrib. Sesi tanya jawab dimulai Pukul 18.45 sampai pada Pukul 20.00 di mana pada sesi tanya jawab ini berlangsung sangat interaktif dan Habibie Razak juga mendapatkan kesempatan bertanya yang lebih ditujukan kepada Bapak Alvin Alfisyansyah dan Bapak Ronald Timbuleng. Acara kemudian dilanjutkan dengan Foto bersama Pengurus BKK PII dan Peserta Focus Group Discussion.

5-HR in action-1

Diskusi ini ditutup oleh Bapak Ir. Nanang Untung dengan kesimpulan utama bahwa dibutuhkan sinergi berkelanjutan antara Akademisi, Bisnis dan Government (ABG) untuk bisa lebih meningkatkan implementasi keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan di Indonesia termasuk memasukkan materi K3L pada kurikulum perkuliahan sehingga mahasiswa sebagai calon professional dibekali oleh pengetahuan tentang K3L lebih awal sebelum masuk ke dunia industri.

9-Pose bersama Nanang Untung & Alvin

Bravo Insinyur Kimia, bravo Insinyur Indonesia.

8-Foto bersama