Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia untuk kesekian kalinya melaksanakan Focus Group Discussion di bawah kepemimpinan Bapak Ir. Nanang Untung, IPU. FGD ini adalah hasil kerjasama antara BKK PII dan BPPT. Diskusi ilmiah kali ini diberi nama “BKK PII Safety Forum” yang menghadirkan Pembicara-pembicara dari Industri, Akademisi dan perwakilan Pemerintah. Bapak Dr.Ir. Unggul Priyanto Kepala BPPT hadir dan turut membawakan kata sambutan sebelum sesi FGD dimulai.
Moderator FGD adalah Bapak Ir. Lukmanul Hakim, IPM yang juga adalah Direktur Eksekutif BKK PII sangat sukses mendeliver diskusi safety ini. Bapak Ir. Alvin Alfiyansyah adalah panelis pertama yang bekerja sebagai Senior Loss Prevention Engineer di Qatargas OPCO dan panelis kedua dari sisi Industri adalah Bapak Ronald Timbuleng perwakilan dari PT Newmont Nusa Tenggara. Sedangkan dari sisi akademisi diwakili oleh Bapak Ir. Agustinus Hariadi yang juga auditor untuk KLHK. Ibu Ir. Sulistyowati, MM Direktur Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mewakili Pemerintah pada FGD kali ini.
Materi yang dibawakan oleh Alvin berjudul “Aplikasi Aturan HSE Masa Kini dan Dahulu” sangat menarik kita simak di mana sejarah Keselamatan Proses dan Aturan HSE di Amerika, dunia secara umum dan terkhusus Indonesia diulas secara garis besar. Berdasarkan kajian statistik yang dilakukan oleh Dupont di Tahun 2004-2005 bahwa Unsafe Act/At-risk Behavior berkontribusi 96% dan penyebab lainnya 4% pada Injuries yang terjadi di Industri secara umum. Untuk menurunkan rate injuries bahkan incidents harus melalui tiga cara yaitu: improved engineering, improved HSEMS dan Incorporation of Human factors.
Alvin menelurkan beberapa rekomendasi dan saran kepada peserta FGD untuk disampaikan kepada pihak Pemerintah untuk memperbaiki tata kelola K3 dan HSE sebagai berikut:
1.Perlunya revisi pasal 15 UU No. 1 tentang K3 yang mencakup hal penalti dan pelanggaran K3.
2.Perlunya perbaikan kompetensi Ahli K3/HSE yang mencakup keahlian Process Safety dan penyidik kecelakaan industri.
3.Perlunya membuat standar kompetensi nasional untuk Ahli K3/HSE.
4.Perlu penyidik Kecelakaan Industri di berbagai lembaga dan departemen negara agar tidak terpaku pada institusi Kepolisian.
5.Perlunya pemetaan hak dan kewajiban antar departemen negara untuk implementasi dan perbaikan budaya K3/HSE.
6.Perlunya pemetaan dan penyederhanaan UU dan PP yang berkaitan dengan K3 dan HSEQ secara umum agar tidak terjadi tumpang tindih wewenang dan pengawasan.
7.Perlu diterbitkan aturan mengenai “sharing data base” kecelakaan industri dan “lesson learn” mengenai kecelakaan industri asli Indonesia di seluruh sektor industri agar praktisi, regulator, dan manajemen perusahaan bisa belajar.
Panelis kedua Bapak Ronald memaparkan tentang “Pengelolaan K3 di PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT)” di mana diketahui bersama PTNNT ini adalah salah satu anak perusahaan dari Newmont yang berdiri sejak Tahun 1921 dan berkantor pusat di Denver Colorado sedangkan PTNNT sendiri mulai masuk ke Indonesia di Tahun 1986, mulai beroperasi di tahun 2000 sampai sekarang.
Key Performance Indicator (KPI) untuk keselamatan kerja di PTNNT dinilai dari semakin menurunnya Serious Injury, Total Reportable Injury dan Total Reportable Injury Frequency Rate. Ketiga parameter ini haruslah lebih kecil dibandingkan target yang dicanangkan Perusahaan baru kemudian kinerja safetynya dikatakan berhasil. Ronald juga mempresentasekan beberapa program unggulan pencegahan kecelakaan berat dan kematian dan 6 perilaku utama untuk tetap selamat di wilayah Kontrak Pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara.
Panelis ketiga Bapak Ir. Agustinus Hariadi DP membawakan materi tentang Strategi Pengembangan Keunggulan Kompetitif Berbasis Implementasi Manajemen Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Beliau memaparkan hasil penelitian tentang kinerja LK3 perusahaan dihubungkan dengan komitmen manajemen perusahaan, manajemen proses dan manajemen sumber daya manusia. Kinerja LK3 pada perusahaan ternyata berpengaruh positif terhadap keunggulan kompetitif dan kinerja finansial perusahaan.
Rekomendasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bapak Agustinus antara lain:
PERUSAHAAN
-Memasukkan aspek LK3 dalam penetapan strategi perusahaan
-Menerapkan strategi proaktif
-Menjadikan isu LK3 sebagai sasaran semua fungsi
-Menyeimbangkan bobot Manajemen proses dan Manajemen SDM
-Mewujudkan komitmen manajemen
PEMERINTAH
-Merubah fokus BINWASDAL
-Keterkaitan antarprogram-program pemerintah
Panelis terakhir adalah Ibu Ir. Sulistyowati memaparkan “Keselamatan Sosial dan Lingkungan dalam Kegiatan Pertambangan”. Permasalahan pertambangan secara umum termasuk tambang rakyat di Indonesia saat ini terdiri dari permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan merupakan 3 isu utama yang menjadi tugas besar dari Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Direktur Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka.
Jumlah Penambang Rakyat saat ini adalah 2 juta orang (1 juta penambang emas dan 1 juta penambang mineral). Banyaknya masyarakat yang terlibat secara tidak langsung (misalnya sebagai pemasok bahan kimia berkisar 8 juta orang) dan penerimaan negara dari pertambangan umum tahun 2005-2012 rata-rata Rp 60,42 triliun, sedangkan potensi omset tambang rakyat mencapai Rp. 400 trilyun per tahun (sumber APRI). Di sisi lain kerusakan lahan akibat penambangan rakyat berdasarkan data APRI ada sekitar 4000 lokasi bekas tambang (lebih 40% di kawasan hutan) yang membutuhkan pemulihan fisik (reklamasi), pemulihan lahan dari kontaminan (13.000 ton Hg/tahun) dan juga memerlukan penyuburan lahan karena tanah humus sudah hilang.
Rencana strategis untuk melahirkan Pertambangan Ramah Lingkungan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan antara lain: pengembangan kebijakan pengelolaan tambang yang ramah lingkungan, pembinaan dan pendampingan, pemantauan dan bimbingan teknis, peningkatan kapasitas serta insentif dan dis-insentif untuk pelaku bisnis pertambangan.
Sesi pemaparan keempat panelis ini dimulai Pukul 16.30 dan berakhir Pukul 18.15 dilanjutkan dengan Istirahat dan Shalat Maghrib. Sesi tanya jawab dimulai Pukul 18.45 sampai pada Pukul 20.00 di mana pada sesi tanya jawab ini berlangsung sangat interaktif dan Habibie Razak juga mendapatkan kesempatan bertanya yang lebih ditujukan kepada Bapak Alvin Alfisyansyah dan Bapak Ronald Timbuleng. Acara kemudian dilanjutkan dengan Foto bersama Pengurus BKK PII dan Peserta Focus Group Discussion.
Diskusi ini ditutup oleh Bapak Ir. Nanang Untung dengan kesimpulan utama bahwa dibutuhkan sinergi berkelanjutan antara Akademisi, Bisnis dan Government (ABG) untuk bisa lebih meningkatkan implementasi keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan di Indonesia termasuk memasukkan materi K3L pada kurikulum perkuliahan sehingga mahasiswa sebagai calon professional dibekali oleh pengetahuan tentang K3L lebih awal sebelum masuk ke dunia industri.
Bravo Insinyur Kimia, bravo Insinyur Indonesia.