Kali keempat kegiatan Program Pembinaan Profesi Insinyur diselenggarakan hasil kerjasama antara Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin (IKATEK-UH) Wilayah Jaban-Jabar, Ikatan Sarjana Perkapalan (ISP) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Gedung BPPT, Jl. MH. Thamrin. Acara sehari ini dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai alumni dan seperti biasa 90 persen didominasi oleh alumni dari Universitas Hasanuddin.
Pembukaan acara oleh Ketua I Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Teknik Unhas, Ir. Andi Muhammad Akbar Sahibuddin yang juga adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang telekomunikasi. Beliau dalam sambutannya menyampaikan Insinyur Indonesia saat ini masih dibayar sangat murah dibanding dengan profesi lainnya di Indonesia dan seyogyanya Pemerintah melalui UU No. 11 Tahun 2014 memberikan kompensasi dan benefit kepada para Insinyurnya supaya Sarjana Teknik yang baru lulus dari kampus tertarik untuk menggeluti profesi Insinyur tidak malah beralih ke profesi lainnya seperti sektor perbankan. Ir. Andi Akbar juga mengatakan insentif juga bisa diberikan kepada mahasiswa Teknik yang berprestasi di kampus berupa beasiswa atau semacamnya untuk mengawal mahasiswa setelah lulus nanti betul-betul dikunci untuk bekerja sebagai Insinyur.
Pengenalan sertifikasi Insinyur Profesional, Continuous Professional Development dan sertifikasi keinsinyuran internasional diperkenalkan oleh Ir. Habibie Razak. Sertifikasi Insinyur Profesional PII dalam sejarahnya telah mendapatkan pengakuan sejak Tahun 2003 oleh APEC dan Tahun 2004 di tingkat ASEAN di mana para Insinyur yang tersertifikasi IPM melakukan registrasi menjadi ASEAN dan APEC Engineer-Registered. Sertifikasi ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) sebagai tambahan dari dua sertifikasi ini merupakan produk dari ASEAN Mutual Recognition Agreement (MRA) on Engineering Services.
Ir. Rudianto Handojo bertandem dengan Ir. Aries Prima membawakan materi Sosialisasi UU Keinsinyuran dan Profil Organisasi PII. Mengapa PII yang ditunjuk sebagai penyelenggara Keinsinyuran sesuai UU No. 11 Tahun 2014 karena PII dalam sejarahnya adalah organisasi tertua kedua di Indonesia setelah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang betul-betul memegang peranan strategis di dalam pembangunan nasional Indonesia termasuk pengembangan keprofesionalan para Insinyur Indonesia. PII satu-satunya organisasi profesi yang diakui di tingkat Internasional baik di tingkat ASEAN melalui ASEAN Federation of Engineering Organizations (AFEO), World Federation of Engineering Organizations (WFEO) dan organisasi Insinyur tingkat Internasional lainnya sejak awal tahun 2000-an.
Materi Bakuan Kompetensi dan Tata Cara Pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional dibawakan oleh Ir. Ngadiyanto yang diselenggarakan dalam bentuk workshop berlangsung sekitar 3 jam yang kemudian dilanjutkan materi Etika Profesi dan Advokasi Insinyur oleh Ir. Sapri Pamulu, Ph.D yang juga adalah Wakil Ketua Komite Advokasi PII Pusat Periode 2015-2018. Kegiatan PPPI kali ini dihadiri Bapak Ir. Sanapsir seorang profesional yang bekerja di area mekanikal dan elektrikal banyak menyumbangkan pertanyaan kepada para Instruktur. Beliau memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun di bidang keinsinyuran dan merupakan alumni Perkapalan Universitas Hasanuddin. Salah satu pertanyaan Beliau adalah bisakah seorang alumni perkapalan mendapatkan sertifikasi Insinyur Profesional dari BK Elektro atau BK Mesin mengingat Beliau lebih banyak bergelut di kedua area disiplin itu. Berdasarkan diskusi interaktif dengan Ir. Ngadiyanto disarankan Ir. Sanap mengambil sertifikasi di BK Elektro saja.
Pembacaan Kode Etik Insinyur Indonesia oleh Ir. Sanapsir dilanjutkan penutupan kegiatan sehari PPPI ini ditutup oleh Ir. Sapri yang juga merupakan salah satu Dewan Pembina IKATEK Unhas dan kemudian dilanjutkan dengan foto bersama para peserta, panitia dan pengurus PII. Pada kesempatan ini, para Insinyur Perkapalan melakukan rapat terpisah tentang rencana usulan pembentukan BK Perkapalan PII. BK Perkapalan menurut Ir. Muhammad Fitri salah satu anggota PII yang merupakan Alumni Perkapalan dan juga Direktur Operasional ASDP mengatakan bahwa saat ini jumlah alumni perkapalan yang terdaftar sebagai anggota PII berjumlah lebih dari 300 orang dan seyogyanya dengan sumber daya sebanyak itu alumni Perkapalan diharapkan bisa membentuk Badan Kejuruan sendiri untuk bisa mengembangkan disiplin ilmu perkapalan ini menjadi lebih berkembang ke depan sebagaimana di luar negeri terlihat Naval Engineering sudah menjadi badan kejuruan tersendiri di luar Teknik Kelautan.
Naval Engineeering adalah disiplin yang berbeda dari Ocean Engineering dan diharapkan sertifikasi Insinyur Profesional dinilai dan diassess oleh Majelis Penilai dari ahli perkapalan. Selain itu, menurut Ir. Fitri, Program Profesi Insinyur (PPI) yang akan dilaksanakan Agustus ini menuntut PII bekerjasama dengan Perguruan Tinggi menelurkan kurikulum spesifik terkait program studi perkapalan yang semestinya memimpin effort ini adalah pengurus Badan Kejuruan Perkapalan.
Tanggal 12 Juni 2016 ini Ikatan Alumni Teknik Unhas akan menyelenggarakan kegiatan yang sama di Gorontalo bekerjasama dengan PII Cabang setempat dalam rangka merekrut Anggota PII dan menambah jumlah Insinyur Profesional Indonesia.
Salam Insinyur, Bravo Persatuan Insinyur Indonesia
Reportase oleh Ir. Habibie Razak – Sekretaris Bidang Distribusi Gas PII Pusat