Category Archives: Opini Energi Alternatif

Knowledge Sharing di Telekonferensi PPI EHIME Jepang, 28 Juni 2015

Hari Minggu 28 Juni 2015 PPI Jepang Komisariat EHIME menyelenggarakan sesi Knowledge Sharing sebagai bagian dari program “Scientific Interaction and Academic Studies”. Topik sesi kali ini menurut Ketua PPI EHIME, Ir. Andi Erwin Syarif, MT adalah menitikberatkan pada pengembangan teknologi dengan melakukan konversi energi melalui implementasi desain yang efisien. Tujuan utamanya adalah mengajak para stakeholders baik akademisi maupun praktisi memainkan peranan signifikan di dalam menyelesaikan tantangan energi hubungannya dengan pengurangan emisi karbon, biaya energi yang lebih kompetitif dan ketahanan energi.

Invitation Letter - for BlogSaya pada sesi ini diminta sebagai Guest Speaker dengan membawakan materi tentang Aplikasi Bahan Bakar LNG sebagai bahan bakar murah dan ramah lingkungan. LNG di Indonesia selain berasal dari gas alam juga bisa dibuat dari batubara yang keduanya merupakan kekayaan alam Nusantara. Batubara melalui proses gasifikasi dapat menghasilkan synthetic gas (syngas) yang kemudian bisa diturunkan lagi menjadi berbagai macam produk seperti pupuk, methanol, DME, olefin, synfuel, sampai menjadi Synthesis Natural Gas (SNG). SNG dari batubara kemudian bisa diliquefy menjadi LNG.

Pembicara menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia mengimplementasikan program Greenhouse Gas Emission Reduction di mana targetnya adalah pengurangan emisi sampai 26% di Tahun 2020 dengan kondisi tanpa dukungan dari negara lain dan sampai 41% pengurangan dengan bantuan dari negara lain. Sebagaimana Tabel di bawah adalah Target Reduksi GHG pada tiap sektor.

Indicator Emission Reduction Plan (Giga ton of CO2) The Responsible Ministry
  26% 41%
Forestry and Turf area (Gambut) 0.672 1.039 Forestry, Environment, Public Work
Agriculture 0.008 0.011 Agriculture, Environment, Public Work
Energy and Transportation 0.038 0.056 Transportation, Energy and Mineral resources, Public Work, Environment
Industry 0.001 0.005 Industry, Environment
Waste 0.048 0.078 Public Work, Environment
Total 0.767 1.189

Regulasi yang mengatur tentang upaya pengurangan efek rumah kaca ini setidaknya diatur sebagaimana di bawah ini antara lain:

◦Law No 17 Year 2004 on The Ratification Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention on Climate Change Protocol.

◦Presidential Regulation No. 61 Year 2011 on the National Action Plan for Greenhouse Gas Emissions Reduction.

◦Local Regulation. In East Java for instance Governor Regulation No. 67 Year 2012 on East Java Action Plan for Greenhouse Gas Emission Reduction.

Teleconference PhotoPembicara juga memaparkan tentang perbandingan kadar emisi truck menggunakan bahan bakar LNG dan truck berbahan bakar diesel di mana ada pengurangan emisi CO2 sebanyak 30% sehingga bisa disimpulkan bahwa LNG adalah bahan bakar kendaraan yang lebih bersih (environmental friendly).

Sesi knowledge sharing ini ditutup dengan pengenalan tentang organisasi Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan sosialisasi UU No. 11 Tahun 2014 tentang Profesi Keinsinyuran di mana Pembicara Tamu juga adalah Pengurus PII Pusat. Turunan dari UU ini adalah Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden yang akan segera diberlakukan tahun ini.

 

Co-Presenter pada World Clean Coal Conference 2-3 April 2015

World Clean Coal Conference yang diadakan di Le Merridien Hotel, Jakarta selama dua hari ini mengundang banyak antuasisme dari pelaku industri mining, oil & gas di negara tercinta ini. Isu komersialisasi gasifikasi batubara menjadi isu sentral pada konferensi ini.

Ministry of ESDM-1

Indonesia adalah negara eksporter terbesar batubara saat ini di dunia ironisnya deposit batubara kita tidak lebih besar dari 6 negara lainnya seperti US, Amerika, China dan Australia. Batubara kalori tinggi untuk saat ini memang cukup bernilai tinggi diekspor ke beberapa negara di dunia dan kalori menengah lebih banyak digunakan untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik domestik.

 

Day 1 EddyIndonesia menurut kementerian ESDM 2014 memiliki lebih dari 32 Milyar Ton coal reserves dan sekitar 40 persen di anataranya adalah low rank coal (lignite). Typically, Indonesia lignite memiliki properti seperti high moisture content (>35% AR), low ash content (>12% DB), low sulphur content (<2% DB)  dan low calorific value (<5100 kcal/kg AB). Lignite saat ini tidak banyak dieksploitasi berbeda dengan  adanya interest yang lebih besar pada batubara kalori menengah (sub bituminuous) dan kalori tinggi (bituminuous).

Mengapa kemudian Indonesia diharapkan memberikan perhatian lebih besar pada monetisasi lignite? Ada beberapa hal yang mendasari antara lain:

 

 

  • Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Minerba yang isinya adalah Pemerintah mengharuskan pelaku tambang untuk memberikan nilai tambah pada bahan tambang. Pola pikir harus berubah dari mining commodity menjadi strategic commodity.
  • Insentif dari pemerintah termasuk income tax, import tax, VAT, etc untuk gasifikasi batubara dan penambangan batubara kalori rendah (PP No. /2007 dan PP Np. 62/2008)
  • Peningkatan kebutuhan domestik untuk chemicals yang kemudian meningkatkan mengakibatkan pada kenaikan volume impor bahan kimiawi. Batubara kalori rendah diharapkan menjadi feedstock alternatif untuk pembangunan coal gasification to chemicals.
  • Penurunan sumber gas alam and kenaikan impor gas mengakibatkan biaya produksi menjadi sangat mahal untuk kebutuhan produksi pupuk dan petrokimia lainnya.
  • Rencana strategis pemerintah untuk membangun chemical processing industry untuk memenuhi konsumsi domestik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

 

Day 1 - HabibieKonferensi kali ini menghadirkan pembicara dan delegasi yang lebih banyak dibandingkan konferensi sejenis tahun lalu yang juga diorganize oleh conference producer yang sama. Pembicara yang hadir antara lain dari perwakilan pemerintah seperti Kementerian Perindustrian dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). perwakilan dari BUMN seperti Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), lisensor teknologi seperti Shell, UHDE TKIS, Siemens, Haldor Topsoe dan lainnya.

Black & Veatch juga tidak ketinggalan memberikan nilai tambah pada event ini di mana Eddy Karmana – Senior Process Engineer tampil menjadi pembicara didampingi oleh Habibie Razak – Project Manager mempresentasekan “Indonesia Coal Gasification Opportunities; Monetizing Indonesia Lignite”. Pembicara dalam presentasenya memaparkan 2 studi kasus pemanfaatan batubara untuk pupuk (ammonia, urea) dan methanol.

Day 2Tantangan dan peluang gasifikasi batubara menurut Black & Veatch antara lain:

  • Gasifikasi dapat menghasilkan nilai tambah, produk petrokimia dan energi dari gasifikasi batubara kalori rendah.
  • Investasi gasifikasi membutuhkan lebih dari 1 Milyar Dollar yang diharapkan partisipasi Foreign Direct Investment (FDI) dan dukungan dari pemerintah Indonesia
  • Gasifikasi batubara menghasilkan high value chemicals, clean fuels dan listrik menawarkan solusi seiring dengan meningkatnya permintaan energi dan produk kimia sebagaimana dengan dicetuskannya rencana strategis pemerintah untuk membangun industri nasional.

 

 

 

 

Mari berusaha dan berdoa bersama agar rencana strategis pemerintah yang melibatkan semua komponen bangsa (Akademisi, Business, Community dan Government) terwujud sesuai diharapkan. Amin.

Day 2 berpose

Bravo Industri Nasional Indonesia, Bravo Pelaku Industri Nasional Indonesia.

Undangan Pembicara pada ASEAN EPC Projects Conference, 24 Maret 2015

Marcus Evans pada Tanggal 23 dan 24 Maret 2015 menyelenggarakan ASEAN EPC Projects Conference di Hotel Mulia Jakarta. Konferensi kali ini fokus pada usaha pengembangan kompetensi project manager di seluruh Asia Tenggara menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Tahun 2015 ini.

1-FLNG EPC PresentationKonferensi ini menghadirkan fasilitator yang sangat expert di area manajemen proyek, Dr. Paul D. Giammalvo, Technical Advisor PT Mitratata Citragraha (PTMC), Jakarta, Indonesia. Selama lebih dari 20 tahun membawakan kuliah project management dan technical consultation di Asia Selatan, Asia Timur, Timur Tengah, Afrika Barat dan Eropa. Dr. Paul adalah anggota aktif dari Advancement of Cost Engineering International (AACEI), IPMA, Green Project Management Association (GPM) dan beberapa organisasi profesional lainnya.

Konferensi ini menghadirkan beberapa pembicara profesional di bidang energy, oil and gas termasuk pembicara dari SKK Migas. Pembicara-pembicara yang hadir membawakan studi kasus dari proyek-proyek mereka. James Murray dari Aibel Singapore memaparkan strategi eksekusi memanage proyek oil and gas upstream sector, Mukesh Agrawal dari Surya Esa Perkasa mempresentasekan bagaimana mereka mengeksekusi secara in-house proyek ekspansi pabrik LPG mereka di Sumatera dengan mengutilize kontraktor lokal di bawah pengawasan langsung oleh tim manajemen konstruksi mereka. Konferensi kali ini dihadiri oleh Delegasi dari berbagai perusahaan seperti PERTAMINA, Wijaya Karya, Adhikarya, CNOOC, Safa Steel, Surya Esa Perkasa, dan beberap perusahaan terkemuka lainnya.

2-FLNG EPC SessionBlack & Veatch sebagai EPC company juga tidak ketinggalan diundang menjadi Pembicara yang diwakili oleh Habibie Razak, Project Manager Oil & Gas, Indonesia. Habibie juga diundang dalam kapasitas sebagai Wakil Ketua Bidang Energi dan Kelistrikan Persatuan Insinyur Indonesia yang pada kesempatan kali ini membawakan materi yang berjudul “PRICO Technology Optimizes Project Deliverability” PRICO adalah teknologi paten milik Black & Veatch untuk aplikasi LNG liquefaction process yang sudah diaplikasikan di lebih dari 25 proyek di seluruh dunia. Setelah sukses merajai pasar onshore LNG plant di dunia Black & Veatch juga telah menyelesaikan proyek floating LNG liquefaction pertama di dunia yakni EXMAR FLNG project dengan kapasitas 0.5 MTPA.

Habibie memaparkan bagaimana B&V mengeksekusi proyek ini dengan benefit-benefit yang dimilik teknologi PRICO antara lain: PRICO® standard layout for both offshore and onshore – small footprints, Typical process configuration and typical equipment for broader range of size (small, medium to base load), Less equipment count and less use of stainless steel, Skidding and modularization approach, Especially for offshore application – working with reputable marine fabrication and get to know the capabilities each other through project experiences sehingga proyek ini bisa diselesaikan lebih cepat dan lebih mudah dibanding menggunakan teknologi LNG lainnya.

4-FLNG EPC End of my SessionBlack & Veatch juga menerapkan critical chain project management antara lain: Introducing Chinese Procurement Model, Vendor Prequalification Stage – Selecting reliable vendors far before the project begins, Historical database on previous projects, Identification on critical equipment or long lead items such as cold box, refrigerant compressor, DCS, cryogenic valves, etc. Selecting reputable partner to work with including but not limited to subcontractor’s package and detailed engineering design, Utilizing multiple offices in several countries such as Beijing, Pune and Jakarta Office to plan and execute the project(s).

Hari kedua di sesi terakhir Dr. Paul dalam presentasenya menitikberatkan bahwa untuk menjadi project manager yang sukses dituntut untuk memiliki kombinasi pengetahuan manajemen proyek, skill dan attitudes yang mumpuni (mature). Pengalaman 10 tahun di berbagai posisi seperti scheduler, cost control , estimator, project engineer, design engineer akan menjadikan profesional lebih luwes dan lebih mature untuk menjadi seorang project manager yang akan sukses di masa depan.

PTMC di bawah kepemimpinan Ibu Yani Suratman dan Dr. Paul sebagai senior trainer di akhir sesi menawarkan para delegasi untuk mengikuti AACE certification course yang dischedulekan di Jakarta pada Tanggal 4-8 May 2015 for the 5 DAYS INTENSIVE FACE TO FACE CLASS dan 9 MAY  – 25 OCTOBER 2015 menyediakan DISTANCE LEARNING MODE serta pada Tanggal 26 – 28 OCTOBER 2015 untuk mengikuti FINAL FACE TO FACE REVIEW CLASS. Bagi yang berminat silahkan menghubungi yanis@ptmc-apmx.com atau yanisuratman@gmail.com

Bravo ASEAN Project Managers, Bravo Indonesian Project Managers.

 

 

Narasumber pada Simposium Nasional Migas Indonesia, Makassar, 26 Februari 2015

Rabu dinihari, pesawat Garuda bertolak dari Jakarta menuju Makassar. Di dalam pesawat itu, Habibie Razak salah seorang narasumber Simposium Nasional Migas Indonesia dengan tema “Perkembangan, Potensi dan Tantangan Sektor Migas Nasional Kawasan Timur Indonesia” mengalokasikan waktunya untuk menghadiri 2 hari simposium di Hotel Clarion Makassar Hari Rabu dan Kamis, 25 dan 26 Februari 2015.

IMG_3174_editSimposium yang dihadiri oleh lebih dari 200 peserta ini diorganize oleh Komuntas Migas Indonesia (KMI) Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin, Pemda Kota Makassar, Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan, SKK Migas dan IKA Unhas Chapter Jabodetabek. Hadir sebagai pembicara adalah perwakilan Ditjen Migas Bapak Patuan Alfon,  SKK Migas diwakili Bapak Awang Harun Satyana dan Ibu Shinta Damayanti. Pertamina juga mengirimkan delegasinya menjadi pembicara yaitu Bapak Rudy Ryacudu – Director Exploration Pertamina PHE dan Bapak Sigit Rahardjo – VP Upstream Technology Center. Perwakilan dari Pemerintah Daerah adalah Bapak Dani Pomanto Walikota Makassar dan Bapak Muhammad Ihsan Kakanwil BPN Sulsel.

IMG_3192_edit

Presentation sponsor menghadirkan Bapak Darman Saul selaku perwakilan AINTZA perusahaan asing asal Belanda yang akan membangun pembangkit listrik 3000 MW berikut dengan Kawasan Industri di Kabupaten Jeneponto. Rangkaian dari Simposium ini adalah product and services expo yang diselenggarakan tepat di depan Phinisi Balroom.

 

Habibie Razak sebagai narasumber pada sesi IV hari kedua dipanelkan dengan Bapak Walikota Makassar, Bapak Direktur Eksplorasi Pertamina dan Bapak Darman Saul dari perwakilan AINTZA. Judul presentasi dari Habibie sebagai praktisi LNG dan juga sekaligus mewakili Persatuan Insinyur Indonesia adalah “LNG as Clean Transportation Fuel Toward Green City”. LNG sebagai bahan bakar adalah ide yang coba dipasarkan ke Pemda Makassar dengan pertimbangan bahwa LNG bisa mengurangi 20-30 persen emisi dari bahan bakar minyak seperti diesel. LNG pun dalam kondisi harga minyak mentah normal juga lebih murah sekitar 30 persen dari diesel dan yang paling penting saat ini sudah banyak komersialisasi engine berbahan bakar LNG untuk kendaraan truck dan bis yang sekaligus membuktikan bahwa bisnis ini sangat promising.

IMG_3198_editBusiness case yang ditawarkan ke Pemda Makassar berisikan bullet points sebagai berikut:

  • Gas supply source comes from Sengkang LNG, Building LNG Fueling Stations & Storages, LNG distribution using either LNG trucks or LNG Barge
  • Converting all busses and trucks including new Trans-Makassar busses, Starting to think to buy LNG Vehicles instead of diesel ones, Economic Model as part of Business Case/Feasibility Study – need to work with reputable Consultant

Pada kesempatan ini, narasumber juga memaparkan konsep business transportation LNG yang terdiri dari: gas supply, LNG plant, transportation model, LNG storage and fueling station dan  LNG vehicles. Business ini dimulai dari sumber gas sampai pada end user yakni pemilik kendaraan berbahan bakar LNG baik itu dari hasil konversi maupun unit baru. Di US, untuk membangun reguler LNG fueling station yang terdiri dari LNG storage, LNG dispensing pumps, dan flexible hoses hanya membutuhkan investasi kurang dari USD 2 Juta. Di China dan negara Asia lainnya biaya CAPEXnya akan jauh lebih murah di kisaran 20-30 persen. Dengan melihat perhitungan simple economic model pemilik LNG fueling station akan mampu melakukan breakeven point kurang dari 2 tahun dan pemilik kendaraan bahan bakar LNG bahkan bisa kurang dari 1.5 tahun payback period.

facebook-20150301-171338Habibie Razak juga memaparkan beberapa teknologi LNG liquefaction di dunia termasuk teknologi PRICO milik Black & Veatch yang merupakan teknologi handal dan teruji untuk kapasitas kecil sampai dengan menengah. Teknologi sangat murah dari sisi Capital Cost dan efisien dari Operational Expenditure (OPEX). B&V memiliki lebih dari 50 tahun pengalaman di dunia LNG dan menandatangani lebih dari 40 LNG plant seluruh dunia, 22 plant sudah beroperasi dan sisanya dalam proses engineering dan construction.

Simposium ini akhirnya ditutup oleh Bapak Sigit Rahardjo – Vice President Upstream Technology Center Bapak Sigit Rahardjo dan sekaligus dilanjutkan dengan foto bersama melibatkan Panitia, Peserta, Pengurus KMI dan para tamu undangan yang hadir.

10448790_10153106064723486_8389498636656331450_n

 

 

 

 

Narasumber Focus Group Discussion di BPPT 9 Desember 2014

Saya teringat semasa wisuda Sarjana S1 di kampus Ayam Jantan tahun 2004 lalu, ketika Prof. Rady A. Gani, sang rektor waktu itu memberikan pembekalan kepada alumni-alumni baru tentang tantangan dunia profesional di luar sana. Sang Professor mengingatkan bahwa ada dua keunggulan yang harus dimiliki oleh seorang alumni yakni menjadi seorang professional dan menjadi seorang networker di dunia orang-orang profesional khususnya dan di masyarakat pada umumnya.

Saya kira seperti inilah yang terus saya lakukan, selain menguasai bidang profesi dan keilmuan, saya juga terus berupaya membangun jaringan atau networks saya lebih luas lagi bukan hanya pada skala nasional tapi juga sudah menuju pada skala internasional. Memang networking event ini cukup menyita waktu kita bahkan terkadang meeting atau sekedar ngobrol warung kopi bisa terjadi sampai larut malam. Bahkan hampir setiap weekend pun saya terus berusaha menjalin silaturahmi, memperbanyak teman dan mempererat tali persahabatan.
BPPT_editSalah satu hikmah dari networking ini adalah ketika salah seorang karib merekomendasikan saya menjadi narasumber pada acara acara Focus Group Discussion (FGD) yang diorganize oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Petrokimia Gresik dan Kementerian Perindustrian. Walhasil, saya datang ke sana dan mempresentasekan kapabilitas perusahaan saya di bidang Migas khususnya pada Kajian Studi Gasifikasi Batubara baik menyangkut aspek teknis maupun komersialisasinya.

Acara sehari ini dibuka oleh Bapak Dr. Ir. Erzi Agson Gani, M.Eng selaku Direktur Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) dan dimoderasi oleh Ibu Dr. Nadirah, MSc., Direktur Pengembangan Teknologi Industri Proses (PTIP). Saya kebagian presentase di pagi hari setelah pembukaan dan diberi kesempatan selama kurang lebih 45 menit. Sesi tanya jawab menampilkan 2 penanya yang pada intinya ingin mengetahui lebih dalam tentang teknologi gasifikasi batubara di dunia dan bagaimana strategi menerapkan teknologi menjadi suatu bentuk investasi yang nyata sehingga batubara kalori rendah di Indonesia bisa dimonetisasi dan bernilai tambah buat kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia.

IMG01161-20141209-1001_edit

Pada akhir sesi tanya jawab, saya terus memberikan semangat kepada teman-teman BPPT untuk terus berkarya di dalam menghasilkan teknologi yang bisa dikomersialisasi dan digunakan untuk industri dan masyarakat. Akademisi, Business dan Government serta Community (ABCG) diharapkan bisa lebih bersinergi menciptakan sesuatu yang memberikan nilai tambah bagi kejayaan bangsa dan negara Indonesia.

 

 

Delivering the Presentation at CAFEO32 in Yangon, Myanmar, 10 – 13 November 2014

The CAFEO32 was held at Sedona Hotel, Yangon, Myanmar, 9th to 13th of November 2014. This is the annual event conducted by Southeast Asian Countries under the umbrella of ASEAN Federations of Engineering Organization (AFEO). For more details regarding AFEO please click www.afeo.org. Every year each country host brought up the unique theme which are actually relevant to their main focus to develop their countries and what sort of engineering contributions of each country engineering organization could perform. Integrated Solutions for Energy, transport and Infrastructure was the main topic of this conference. The event was not only attended by ASEAN delegates but Japan, Taiwan, Hong Kong and Australian were participating at this year’s event.

CAFEO32 Main EventEach subtheme was presented and discussed at technical paper sessions and most of the delegates of each country deliver and present their technical papers. I was the one of 4 Indonesian delegates who delivered and presented it in front of the technical sessions. My technical paper titled “The Key Factors Considered as Part of Feasibility Study on Development of Coal Gasification to Ammonia and Urea Project” I came up with with some backgrounds of why we need to raise this issue for Indonesian energy development.

 

 

 

 

The subthemes of the conference consist of:

  • Infrastructure Development in Transportation & Energy.
  • ASEAN Connectivity, Infrastructure Development, ICT.
  • Urban Transport for Competitive City.
  • Energy Cooperation ASEAN Power Grid, Trans-ASEAN Gas Pipeline.
  • Renewable Energy Sources: Solar, Wind, Biomass, Bioenergy, etc.
  • Rural Electrification Development.
  • Engineering and Technology for Infrastructure Development.
  • Engineering Education, Research and Innovation

Here is the abstract the paper“Indonesia is the second largest coal exporter in the world after Australia. Coal is abundant spreading over major islands such as Sumatera, Kalimantan, Sulawesi and Papua. Indonesian coal deposit is more than 21 Billion Ton (2011; Ministry of Energy and Mineral Resources). Total coal resources is 105 Billion Tons throughout Indonesia (2011; Ministry of Energy and Mineral Resources). It is estimated over 50% of total coal deposit are categorized as low-rank coal. Coal types are low rank coal called lignite. Since this low rank coal is not economical for exports due to the low CV and high water content, this is now emphasized by Indonesian government to be utilized locally. The solution for utilizing this low rank coal is coal gasification. One of the government programs through Indonesian Fertilizer State-Owned Company is trying to utilize the coal as the raw materials to produce Ammonia & Urea. Currently, the price of natural gas from the well is over 10 Dollars/MMBTU and tend to be in short supply in the near future due to the decrease of oil and gas lifting capacity in Indonesia. Due to the price and lack of supply, they start doing Feasibility Study on Coal Gasification to Ammonia & Urea”

WP_002025 @Sedona Hotel

 

 
CAFEO32 Presentation

ID Card

 

 

 

 

 

 

 
The paper concluded some bullet points were presented at the end of my session:

  • The coal reserves in Indonesia are abundant and more than 50 percent of those are categorized as low rank coals. The best solution to utilize these low rank coals is to go with gasification process.
  • There are three major types of gasification technology in the world, fixed bed, fluidized bed and entrained-flow technology.
  • The company and I could help perfoming feasibility studies (FS), front-end and engineering design (FEED), and engineering, procurement and construction (EPC) services to clients throughout the world.
  • The company has performed studies on Indonesian coal gasification. The company expertise and know-how is available to serve Indonesian clients and their future coal gasification and coal to chemical projects.

This was my first time visiting Yangon (previosly Rangon). The country is one of the ASEAN member and located at the north west side of Thailand. Myanmar is still a least developed country in the region, their infrastructures and urban city development is far behnind compared to Thailand, Malaysia, Singapore and Indonesia. They are trying to open and create investment climates and start inviting foreign direct investors to participate in building the country infrastructures and energy sectors.
CAFEO Presentation2_editJust for your info, if your country is Indonesia or any ASEAN countries, you can now travel to Myanmar by only using your passport, long before that, their governments really restricted the foreigners coming in to the country. Indonesia under former minister foreign affair, Mr. Marty Natalegawa had signed the agreement with U Wunna Maung Lwin, foreign affair minister of Myanmar in May 2014. Click the link http://www.tempo.co/read/news/2014/05/11/118576944/Indonesia-Myanmar-Sepakat-Bebas-Visa-Paspor-Biasa for more details info.

I traveled to Myanmar at 10th of November early morning from Terminal 2 Cengkareng Airport departed to Kuala Lumpur International Airport (KLIA1) for 1.5 Hours flight. After 5 hours transit at KLIA2 I continued the trip to Yangon using Air Asia Airlines for another 3.5 Hours. I arrived at Yangon International Airport around 20.00. The organizing committee of the CAFEO32 picked us up at the arrival gate and took us directly to Sedona Hotel to attend the CAFEO welcoming dinner. Other than me, there were 2 delegates also presenting originally coming from Makassar, South Sulawesi: Ir. Rahmat Muallim, Mine Engineer and Dr. Ir. Ayuddin, Lecturer of Gorontalo University and a Civil Engineer.
CAFEO33 has been decided to be held in Penang Malaysia. Be there and don’t forget to bring your paper and present. It’s gonna be awesome to contribute for ASEAN and also for PII & Indonesia. Salam Insinyur.

CAFEO32 Certificate Handshaking

Narasumber di Hasanuddin Petro Club Tentang Teknologi LNG dan Eksekusi Proyek EPC Migas Tanggal 2 November 2014

Tanggal 2 November 2014 saya kesekian kalinya diundang menjadi narasumber membawakan kuliah tentang Teknologi LNG dan Strategi Eksekusi Proyek EPC di dunia Migas. Forum diskusi dan komunitas engineering migas berdiri beberapa bulan lalu dipelopori oleh Asbar Amri dan kawan-kawan, mahasiswa(i) dari Fakultas Teknik berbagai jurusan. Selain saya, Bapak Ilham Hasan, Head of HSE, Energy Equity Epic Sengkang juga diundang membawakan kuliah tentang Health, Safety and Environment (HSE) di dunia minyak dan gas. Acara berlangsung cukup seru dihadiri lebih dari 50 mahasiswa (i) dari Pukul 10.00 pagi sampai dengan Pukul 16.30 sore.

Sebenarnya materi teknologi LNG dan strategi eksekusi EPC migas sudah pernah saya presentasekan di acara Knowledge Sharing PLN Unit V Manajemen Konstruksi bulan April lalu di Makassar dan kali ini saya memodifikasi beberapa slide menyesuaikan tingkat pengalaman peserta Brochurediskusi yang 90 persen dihadiri oleh mahasiswa dan 10 persen sisanya dihadiri oleh Fresh Graduate dan Professional yang bekerja di seputaran Sulawesi Selatan dan sekitarnya.

LNG adalah kajian yang cukup baru buat komunitas Hasanuddin Petro Club (HPC) ini oleh karena itu saya mulai memberikan penjelasan tentang definisi LNG dan aplikasinya termasuk kelebihan-kelebihan yang dimiliki LNG dibanding sumber energi lainnya seperti diesel. Indonesia sebagai negara archipelago yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil sangat membutuhkan LNG sebagai sumber energi murah dan juga environmentally friendly. Benefit-benefit beralih ke LNG antara lain:

  • LNG adalah portable pipeline karena dengan LNG kita bisa dengan mudah mentransportasi gas alam kita dari pulau yang satu ke pulau yang lain dengan menggunakan LNG carrier (ship shape) dan barge.
  • Dengan LNG, ada fleksibilitas untuk menambah pelanggan baru yang membutuhkan gas. Pelanggan LNG ini tediri dari PLN yang memiliki PLTD yang akan mereka konversi bahan bakarnya ke LNG/gas. Pelanggan kedua adalah industri-industri yang masih mengoperasikan pabriknya menggunakan genset.
  • LNG bisa menjangkau remote suppliers bahkan sampai-sampai ke pulau kecil yang belum pernah terjangkau sebelumnya.
  • LNG dalam aplikasinya bisa untuk kebutuhan rumah tangga, pembangkit listrik, bahan bakar kendaraan, dan industri.

Presentation Showcase

 

Pada kesempatan ini, saya juga membahas simple block flow diagram teknologi PRICO milik Black & Veatch yang sukses diaplikasikan lebih dari 30 pabrik LNG skala kecil dan menengah di China bahkan saat ini perusahaan US ini sementara tahap penyelesaian Floating LNG Production Unit dan akan menjadi first FLNG di dunia.

Tiba saatnya saya memperkenalkan strategi eksekusi proyek EPC di dunia Migas pada umumnya dan proyek-proyek LNG khususnya. Sebelum memasuki fase Engineering, Procurement dan Construction (EPC) ada satu fase engineering yang dikenal dengan istilah Front-End Engineering Design (FEED) di mana pada fase ini engineering consultant yang melakukan FEED ditargetkan menghasilkan estimasi biaya proyek dengan akurasi plus minus 10% dan beberapa deliverables antara lain:

  • Block flow diagram
  • Plot Plan
  • Process  Flow Diagram
  • Utility Flow Diagram
  • Piping & Instrumentation Diagram (P&ID)
  • Heat & material balance (HMB)
  • Utility Equipment List
  • Electrical  One Line
  • Dan beberapa lainnya

Handover the cinderamata

 

Untuk tipikal proyek EPC LNG beberapa equipment akan dibeli dari Luar Negeri seperti Coldbox, Refrigerant Compressor dan beberapa critical equipment lainnya sedangkan  bulk commodities dan konstruksi bisa berkonsorsium atau disubkonkan ke kontraktor  lokal EPC. Project Manager EPC bukan hanya dituntut untuk bisa memanage internal resources perusahaan di mana dia bekerja tapi juga diharapkan bisa memanage external resources seperti vendor, subkontraktor, dan konsultan yang bekerja di bawah Black & Veatch.

 

HPC Event

Di akhir sesi knowledge sharing ini saya diundang naik kembali untuk menerima cindera mata dari ketua Komunitas HPC ini, sebuah botol kecil di dalamnya ada miniatur kapal Phinisi khas Makassar.

Salam INSINYUR.

Delivering the Speech “LNG & Electricity Coproduction from Coal” at IBC 2nd LNG Conference, October 14, 2014

??????????????????????LNG Conference yang diadakan oleh IBC Singapore pada Tanggal 14-15 Oktober 2014 adalah kali kedua di Indonesia dan menghadirkan para delegate dari berbagai perusahaan lokal maupun asing. Event kali ini lebih banyak menghadirkan pembicara-pembicara handal dari dalam dan luar negeri dan tidak ketinggalan pembicara dari perusahaan BUMN seperti PGN, Pertamina, PLN, Nusantara Regas dan Perta Arun Gas. Konten lokalnya kini jauh lebih banyak dari konferensi sebelumnya bahkan IBC tetap mengundang SKK Migas untuk mengisi slot materi hari pertama.

Perusahaan produsen LNG di Indonesia pun diundang hadir meramaikan suasana dua hari konferensi ini, yakni Donggi Senoro LNG memaparkan tentang perkembangan proyek DSLNG, estimasi penyelesaiannya dan commercial operation awal Tahun 2015. Delegasi dari Tangguh LNG juga hadir membawakan sekilas update tentang ekspansi kedua 3.8 MTPA dan strategi produksinya termasuk status perkembangan proyeknya saat ini dan target penyelesaiannya. Seperti biasa, IBC sebagai organizer menyiapkan panel diskusi pada hari pertama dan kedua menambah suasana diskusi dan tanya jawab semakin seru dan informatif.

 

 

Event kali ini, saya bertemu beberapa pelaku industri LNG termasuk LNG technology providers dan suppliers. Sebutlah salah satu Direktur Pemasaran perusahaan desain dan fabrikasi tangki LNG termasuk LNG isotainers. Perusahaan saya baru saja memenangkan Feasibility Study dari salah satu perusahaan lokal yang akan membangun small scale LNG Liquefaction Plant dan mereka rencananya akan mentransportasi dan mendistribusikan LNG menggunakan kombinasi LNG truck dan kereta api. Ya sudah, sekalian saja saya undang Client saya bertemu dengan LNG storage solution provider ini. Mungkin inilah yang dinamakan sambil menyelam minum susu he he he…

???????????????????????????????Kesempatan kali ini perusahaan kami diwakili saya sendiri menjadi presentation sponsorship dengan judul “LNG and Electricity Coproduction from Coal”. Chairman pada event ini memperkenalkan saya dan menyebutkan posisi saya sebagai project manager dan seller doer. Sambil tersenyum, dia menanyakan apa arti dari titel sebagai Seller Doer ini. Seller Doer adalah posisi dan role tipikal di mana seorang project manager (doer) juga dituntut untuk menjadi seorang seller (salesman), proposal manager dan setelah dapat proyeknya dia harus mengeksekusi proyek itu sampai selesai dan hand over ke Client. Role ini banyak diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan engineering dan EPC Amerika. Beratkan kerjaanya? Iya yang menjalani posisi ini harus punya bakat menjual bukan bakat project management saja. It’s a challenging role, indeed.

Mengapa saya pribadi ketika menawarkan ke atasan harus mengambil tema ini? Pertama, mengisyaratkan kepada pemerintah bahwa batubara kita lebih dari 160 Milyar Ton dan 50% di antaranya dikategorikan sebagai kalori rendah. Untuk bisa mengutilisasi kalori rendah ini saat ini dikenal teknologi gasifikasi batubara untuk mengkonversi menjadi fuels, chemicals bahkan electricity. Pada kesempatan kali ini saya mempresentasekan bagaimana batubara Indonesia dikonversi menjadi SNG yang kemudian dialirkan pipa gas menuju PLTGU untuk menghasilkan listrik, sebagian lagi dalam kondisi offpeak of electricity bisa dibuat LNG dan kemudian ditransportasi dengan barge maupun truck.

???????????????????????????????Investasi ini kemudian menjadi sangat menarik dan menantang dengan beberapa alasan sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Gasification can produce high value, clean energy products from low quality Indonesian coal
  • Economics favor large scale projects, over US$1 billion which requires foreign direct investment (FDI)
  • Indonesian government support is needed to attract this investment
  • Removal of Indonesia subsidies for oil and electricity (forced by decreased oil and gas production) will increase the need for producing internationally competitive alternative energy in Indonesia. Coal gasification to electricity, clean fuels, and high value chemicals has the potential to mitigate this problem and invest in Indonesia

WP_001940

Tak luput juga saya menghadirkan keunggulan teknologi PRICO® patent Black & Veatch dan portfolio proyek yang sudah dikerjakan dan sementara progress di seluruh dunia. Berikut ini sekilas tentang 50 tahun pengalaman bergelut di LNG Liquefaction Project.

 

 

 

 

 

 

  • 30 plants in operation
  • Experience with SMR, Expander, Cascade, N2
  • 160 MM tons of LNG
  • Focus on PRICO® SMR
  • 26 plants in operation
  • 16 new plants in development worldwide
  • Broad range of sizes (3 to 150 MMSCFD)
  • Covered by 3 U.S. and international patents / 3 new filings
  • LNG without limits, on-shore, near-shore and off-shore

Dan salah satu profil floating LNG Liquefaction Unit yang sementara dibangun dan akan mulai commercial operation awal tahun depan adalah WISON/EXMAR CARIBBEAN FLNG

  • PRICO® LNG technology – 72 MMSCFD
  • LM2500+ turbine drive
  • Water cooled interstage
  • PRICO® detailed design in China
  • Onboard storage 16,000 m3 – 140,000 m3 FSU along side
  • Regasification capacity – 400 MMSCFD
  • 140m x 32m x 18m
  • Draft 4.98m
  • B&V PROC Certified

Presentase ini berlangsung 30 menit dan diikuti oleh babakan tanya jawab. Karena waktu yang terbatas Chairman hanya membatasi pada  satu pertanyaan. Seorang penanya menanyakan biaya produk SNG dan LNG dari batubara cukup mahal dibandingkan harga gas dari upstream. Betul sekali, harganya memang mahal dan investasinya pun cukup mahal, tapi kembali lagi ini biasa disiasati dengan mengatur harga batubara termasuk biaya penambangan menjadi lebih kompetitif dan yang kedua untuk CAPEX bisa dikurangi dengan menerapkan strategi procurement yang biasa disebut Chinese Procurement Model dan juga memperbanyak local content. Asumsi harga keekonomian dan investasi kapital pada slides yang dipresentasekan belum mempertimbangkan aspek-aspek yang saya sebutkan di atas.

Demikian reportase saya kali ini semoga bisnis LNG untuk domestik terutama small to mid scale menjamur di masa depan dan juga upaya mengutilisasi batubara kalori rendah kita menjadi kenyataan di Pemerintahan yang baru dilantik hari ini oleh MPR.

Salam Insinyur, Salam Gasifikasi dan salam LNG untuk Rakyat Indonesia

Faktor-faktor yang Dipertimbangkan pada Studi Kelayakan Gasifikasi Batubara Menjadi Ammonia dan Urea

Indonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia setelah Australia. Batu bara dengan jumlah berlimpah tersebar di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Deposit batubara Indonesia lebih dari 21 Miliar Ton (2011; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Total sumber daya batubara di Indonesia sebesar 105 Milyar Ton (2011; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Diperkirakan lebih dari 50% dari deposit batubaradi Indonesia adalah batubara berkalori rendah.

Sebagian besar batubara yang diekspor, berkalori menengah dan tinggi, digunakan untuk memproduksi baja dan sebagai bahan pembangkit listrik. Nilai kalor (CV) lebih dari 4.500 kkal / kg dengan kadar air lebih dari 30%. Seperti disebutkan di atas, jenis batubara lainnya adalah batubara berkalori rendah yang disebut lignit. Karena batubara kalori rendah ini tidak ekonomis untuk diekspor, sekarang ini, dimanfaatkanuntuk kepentingan dalam negeri. Solusi untuk memanfaatkan batubara berkalori rendah ini adalah dengan melakukan gasifikasi batubara.

Salah satu program pemerintah melalui Pupuk Indonesia, salah satu BUMN, adalah upaya memanfaatkan batubara sebagai bahan baku untuk memproduksi Amonia dan Urea. Saat ini, di Indonesia, harga gas alam lebih dari 10 Dolar / MMBTU dan pasokannya cenderung berkurang dalam jangka pendek karena penurunan kapasitas lifting minyak dan gas di Indonesia. Sekarang, BUMN ini mulai melakukan beberapa Studi Kelayakan Gasifikasi Batubara untuk Amoniak & Urea.

Ada beberapa faktor penting yang harus diperhitungkan sebagai bagian dari laporan Kelayakan Study terutama untuk proyek gasifikasi batubara untuk amonia dan urea, seperti basis desain proyek, pemilihan teknologi gasifier, konversi syngas dan pengelolaan gas, amonia & urea. Penelitian ini juga termasuk studi pasar amonia & urea, lokasi pabrik, evaluasi pendanaan proyek, perencanaan awal pelaksanaan proyek EPC, evaluasi produk transportasi dan beberapa faktor lain:

1. Basis Desain Proyek

Basis desain proyek untuk Studi Kelayakan mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

  1. Kapasitas Pabrik (jumlah batubara atau produk ammonia dan urea)
  2. Mendesain analisis feedstock batubara, ukuran yang dikirim dari lokasi tambang, dan lokasi transfer.
  3. Peta survey batas lokasi termasuk jalan dan rute akses rel
  4. Mendesain analisis supply air dan hambatan-hambatan supply lainnya
  5. Spesifikasi produk ammonia dan urea
  6. Diagram alir blok.

 2.   Evaluasi Lisensor-Lisensor Teknologi Proses dan Supplier-supplier Boiler Batubara

Studi juga akan membuat perbandingan antara teknologi gasifikasi batubara dengan membandingkan antara keunggulan entrained flow dibandingkan dengan tipe fluidized bed dan fixed bed.

Evaluasi teknologi proses gasifikasi berdasarkan performa, biaya (capital, operasi, dan lisensi), pengalaman, dan karakteristik kontraknya (seperti kontraktor-kontraktor EPC yang qualified, supply peralatan).

  1. Shell
  2. Siemens
  3. Uhde

Evaluasi teknologi juga akan meliputi:

  1. Kehandalan pengoperasian dan pemeliharaan
  2. Pengalaman komersial dalam kurun waktu 15 tahun ini
  3. Kelayakan ekonomi terhadap produksi ammonia/urea.

 

Hal yang sama juga akan dilakukan pada evaluasi teknologi ammonia yang terdiri dari beberapa lisensor antara lain KBR, Topsoe dan Uhde. Evaluasi teknologi urea juga setidaknya mempertimbangkan beberapa lisensor seperti Toyo, Snamprogetti dan Stamicarbon.

 

Selain itu studi kelayakan juga diharapkan akan mengevaluasi supplier paket boiler batubara secara komersil berdasarkan performa, biaya (capital dan operasi), pengalaman, lingkup pekerjaan, dan akan memasukkan pengalaman Pemilik Proyek, Evaluasi Teknologi Penyiapan Batubara dan Suppliernya, Evaluasi Teknologi Unit Pemisahan Udara dan Suppliernya (Linde, Air Liquide, Air Products), Evaluasi Teknologi Pembersihan dan Pengkondisian Gas dan Suppliernya (Linde, Lurgi) , Evaluasi Treatment yang Optimum dan Penggunaan produk samping dan Limbah/Buangan, Evaluasi Supplier-supplier Utilitas,

 

3. Evaluasi Lokasi Pabrik

Evaluasi lokasi pabrik yang ditawarkan dan menyarankan kepada Pemilik Proyek lokasi alternatif yang akan mengurangi biaya proyek termasuk pengetesan tanah dan membuat penentuan dasar pada tipe pondasi dan pengaturan lokasi, Pihak konsultan FS akan menggunakan peta topografi yang disediakan oleh Pemilik Proyek untuk mengembangkan denah pabrik. Data lokasi yang ada seperti arah angin dan kecepatannya, temperature ambient wet bulb dan dry bulb juga akan disediakan oleh Pemilik Proyek.

 

4. Studi Transportasi Pengiriman Peralatan dan Material

Studi kelayakan juga menentukan bagaimana equipment dan material dapat ditransportasi ke lokasi proyek dan batas ukuran dan beratnya. Jalan raya dan jalan rel ke lokasi proyek akan dievaluasi berdasarkan pada pelabuhan yang paling ekonomis untuk pengiriman dari luar negeri.

 

5. Studi Transportasi Produk

Opsi transportasi produk seperti truk dan rel produk ammonia dan urea berdasarkan pengiriman pada terminal pupuk yang ada yang dimiliki oleh pemilik proyek.

 

6. Rencana Awal Eksekusi Proyek dan Jadwalnya

Rencana eksekusi proyek akan memasukkan strategi kontrak EPC. Jadwal proyek akan memasukkan aktifitas mulai dari studi kelayakan sampai pada operasi awal pabrik termasuk proses negosiasi lisensi teknologi, kontrak paket desain proses lisensor, seleksi kontraktor EPC, FEED, negosiasi kontraktor EPC, sampai pada penutupan keuangan.

7. Estimasi Biaya EPC

Basis estimasi biaya proyek EPC yang akan digunakan antara lain:

  1. Pengaturan lokasi
  2. Daftar equipment yang sudah memiliki ukuran
  3. Jadwal dan rencana eksekusi proyek

Estimasi biaya EPC pabrik akan menggunakan data yang diterima dari penawaran-penawaran dan sumber-sumber internal konsultan FS termasuk proyek-proyek saat ini. Estimasi akan dipecah menjadi area pabrik besar dan paket peralatan, material, konstruksi, sipil, engineering dan harga lisensi/pihak ketiga. Biaya total peralatan dan jam kerja konstruksi juga akan didaftarkan untuk setiap area pabrik besar. Harga-harga supplier untuk peralatan/paket akan disediakan selain harga peralatan yang sifatnya bebas.

Akurasi estimasi biaya EPC untuk FS adalah di kisaran +/-25% dan berada pada batas +/-30%.

 

8. Estimasi biaya Proyek Pemilik

Biaya estimasi proyekPemilik terdiri dari biaya pengembangan proyek termasuk lisensi proses, engineering awal sebelum kontrak EPC, perijinan, dan cadangan Pemilik.

9. Biaya Material Massal Pemilik

Jumlah dan biaya isian pertama dan inventori katalis-katalis, bahan Kimia, dan konsumebel akan diestimasi. Spare part utama akan didaftar dan ada cadangan biaya yang diestimasi berdasarkan pengalaman industri. Laboratorium dan peralatan pemeliharaan pabril akan didaftar dan cadangan biaya diestimasi berdasarkan pengalaman industri. Isian awal dan biaya-biaya inventori akan dimasukkan pada estimasi biaya proyek Pemilik.

10. Fee Royalti dan Lisensi Pemilik

Fee royalty dan lisensi akan dikumpulkan dari proposal lisensor proses untuk teknologi proses terpilih dan dimasukkan ke dalam estimasi biaya proyek Pemilik.

 11. Biaya Pemeliharaan dan Pengoperasian Pabrik oleh Pemilik

Staff pabrik dan biaya tetap tahunan dan biaya pengoperasian tidak tetap akan diestimasi awal berdasarkan pada pengalaman industry dan jadwal rencana pemeliharaan dasar yang akan menggambarkan frekuensi shutdown, durasi, dan kerja pabrik yang dilakukan. Estimasi-estimasi ini akan dikaji dengan Pemilik dan kemudian direvisi untuk merefleksikan filosofi dan pengalaman Pemilik.

 

12. Kajian Pasar

Kajian pasar akan memperkirakan harga ammonia dan urea untuk periode operasi pabrik selama 25 Tahun berdasarkan proyeksi harga gas alam.

 

13. Evaluasi Pendanaan

Evaluasi ini mencakup mengevaluasi sumber konvensional dan alternatif untuk investasi proyek di dalam dan luar negeri. Sumber ini dikategorikan oleh ketertarikan mereka pada investasi perpupukan dan energi, ukuran investasi yang biasanya mereka lakukan, dan harapan mereka terhadap term dan kondisi termasuk lama utang dan biaya-biaya terkait. Sebuah laporan akan disiapkan mempresentasekan hasil-hasil evaluasi dan suatu rencana untuk mendapatkan pendanaan proyek.

 

14. Model Keekonomian

Konsultan FS juga diharapkan akan membuat model keekonomian dalam kertas Excel untuk proyek berdasarkan pada:

  1. Harga batubara lebih dari periode 25 Tahun yang disiapkan oleh Pemilik
  2. Harga Amonia dan Urea selama lebih dari periode 25 Tahun
  3. Estimasi biaya capital dan biaya-biaya pendanaan proyek dibuat oleh Konsultan FS berdasarkan kemampuan dan pengalaman Konsultan FS dan input dari Pemilik
  4. Estimasi biaya pemeliharaan dan pengoperasian yang dibuat oleh Konsultan FS berdasarkan pada kemampuan dan pengalaman mereka dan input dari Pemilik
  5. Tingkat eskalasi dari Konsultan FS berdasarkan input dari Pemilik Proyek.
  6. Tingkat pajak dan biaya administratif dan umum yang secara bersama-sama dibuat oleh Konsultan dan Pemilik.

Model akan menghitung NPV, Periode Pengembalian dan IRR melewati periode 25 Tahun mulai dengan award kontrak EPC.

15. Faktor-faktor Resiko Proyek

Konsultan FS akan membuat dan meranking sebuah daftar resiko proyek antara lain:

  1. Resiko-resiko bisnis
  2. Resiko pengoperasian
  3. Resiko regulasi
  4. Resiko lingkungan

 

Penulis kajian ini adalah salah seorang profesional kontraktor teknik dan EPC yang telah melakukan penilaian kelayakan untuk gasifikasi, pengolahan dan produksi syngas dan bahan bakar sintetis. Penulis juga membantu memilih teknologi terbaik untuk kebutuhan khusus, termasuk produk amonia dan urea. Selain itu juga melakukan analisis ekonomi dan evaluasi pendanaan proyek sebagai bagian dari studi kelayakan. Setelah pemilihan teknologi, perusahaan tempat Penulis menyediakan rekayasa yang tepat. Perusahan Penulis telah melakukan penelitian, penilaian dan proyek EPC untuk gasifikasi lebih dari 30 klien. Pengalaman ini meliputi teknologi gasifikasi di permukaan dan bawah tanah. Dalam semua kasus, Penulis mendengarkan dulu kemudian menyelaraskan solusi teknologi terbaik yang cocok dengan kebutuhan bisnis.

The Key Factors Considered on Development of Feasibility Study for Coal Gasification to Ammonia & Urea Project (An Abstract)

By Habibie Razak, P.Eng., ASEAN Eng*

Abstract**

Indonesia is the second largest coal exporter in the world after Australia. Coal is abundant spreading over major islands such as Sumatera, Kalimantan, Sulawesi and Papua. Indonesian coal deposit is more than 21 Billion Ton (2011; Ministry of Energy and Mineral Resources). Total coal resources is 105,187.44 Tons throughout Indonesia (2011; Ministry of Energy and Mineral Resources). It is estimated over 50% of total coal deposit are categorized as low-rank coal.

Most of exported coals are used for steel manufacturing and power plant fuel and these are categorized as high and medium rank coals. The calorific value (CV) is more than 4500 kcal/kg and the water content is less than 30%. As mentioned above, other coal types are low rank coal called lignite. Since this low rank coal is not economical for exports due to the low CV and high water content, this is now emphasized by Indonesian government to be utilized locally. The solution for utilizing this low rank coal is coal gasification.

One of the government programs through Indonesian Fertilizer State-Owned Holding Company is trying to utilize the coal as the raw material to produce Ammonia & Urea. Currently, in Indonesia, price of natural gas from the well is over 10 Dollars/MMBTU and tend to be in short supply in the near future due to the decrease of oil and gas lifting capacity in Indonesia. Now, they start doing several Feasibility Studies on Coal Gasification to Ammonia & Urea.

There are several key factors shall be taken into account as part of Feasibility Study report especially for coal gasification to ammonia and urea project such as the technology selection of gasifier, syngas conversion and gas treating, ammonia & urea. The study shall also include market study of ammonia & urea, plant location, project funding evaluation, preliminary EPC project execution plan, products transportation evaluation and other several factors.

Black & Veatch, an engineering and EPC Contractor, has been performing feasibility assessments for gasification, syngas processing and synthetic fuels production. We help select the best technology for specific feed and product requirements including ammonia and urea product. We also perform economic analysis and project funding evaluation as part of feasibility study. Following technology selection, we provide seamless engineering. We’ve performed studies, assessments and EPC for more than 30 gasification clients. Our experience includes above-ground and underground gasification technologies. In all cases, we listen first. Then we align best-fit technology solutions that match the business need.

Key words: coal gasification, low rank coal, syngas, entrained-flow, feasibility study, engineering, EPC, and gasification technology.

*The author is currently working on one of Feasibility Studies in Indonesia for Coal Gasification to Ammonia & Urea. He is a Project Manager licensed as Professional Engineer by the Institution of Engineers, Indonesia (PII).

**This abstract is being developed to technical paper and will be presented in front of Conference of ASEAN Engineers (CAFEO32) in Yangon, Myanmar, 12th of November 2014.