Study Tour Grant (STG) dan International Symposium di Jepang, 4 – 10 September 2016

Hari Minggu pagi Tanggal 4 September 2016, penerbangan All Nippon Airways (ANA) dari Bandara Soekarno Hatta terbang menuju Narita International Airport menempuh perjalanan kurang lebih 7 Jam menyeberangi Samudera Pasifik. Saya untuk pertama kalinya di dalam pesawat maskapai Jepang ini menuju Negeri Sakura. Perjalanan kali ini adalah hasil dari kerjasama Japan Society of Civil Engineer (JSCE) dan Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia (BKS PII) di mana pengurus JSCE setiap tahunnya meminta perwakilan Insinyur Sipil dari BKS PII untuk mengikuti Study Tour Grant yang dirangkaikan dengan International Symposium yang kali ini dilaksanakan di Universitas Tohoku.

3-photos-in-front-of-pwris dsc_0003

Selain perwakilan dari Indonesia, ada enam negara perwakilan Insinyur yang ikut serta antara lain: Turki, Philipina, Myanmar, Vietnam, Thailand dan Mongolia. Setibanya di Bandara Narita, Hashimoto San, perwakilan dari JSCE menjemput saya dan mengantar menuju Hotel Excel yang terletak di dalam kawasan bandara. Tidak banyak aktifitas di hari pertama ini.

Hari kedua di Jepang, kami berangkat dari Hotel Excel menuju Tsukuba city di mana Land and Infrastructure Management Centre berada yang juga berada satu kompleks dengan Public Works Research Institute di bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum Pemerintah Jepang. Di tempat ini, kami mengunjungi laboratorium transportasi dan jalan, geoteknik, struktur dan hydro engineering.

Laboratorium dan testing facility yang mereka miliki termasuk yang terbesar di dunia saat ini untuk fasilitas laboratorium dan penelitian untuk civil engineering. Kami berada di tempat ini selama kurang lebih 3 jam yang kemudian dilanjutkan dengan makan siang di Restoran Sato yang juga berada tepat di Kota Tsukuba.

Setelah makan siang kami berangkat menuju Tsukuba Express Way station yang mengantarkan kami ke Gaikan Express Way, Tajiri Project. Tajiri adalah salah satu nama daerah di Kota Tokyo di mana proyek Subway Tunnel sementara dikerjakan. Proyek ini dipimpin oleh salah satu Kontraktor Multinasional Jepang yang masuk dalam big 4 yaitu Taisei. Taisei beserta dua member konsorsium lainnya sementara mengerjakan proyek mercusuar ini dengan total investasi lebih dari USD 1 Milyar Dollar.

10-dam-test-with-photo-of-me

Kami pada kesempatan ini ditemani Dr. Wada dan Hashimoto menyempatkan melihat proses pekerjaan tunneling dengan menggunakan teknologi shield tunneling machine (STM). Mereka so far membuat progress yang cukup signifikan dan kelihatan bahwa mereka sangat disiplin di dalam menjalankan proyek termasuk aspek keselamatan kerja dan kebersihan area konstruksi. Saya menyempatkan mengambil beberapa gambar di area konstruksi hanya untuk membuktikan bahwa saya pernah di lokasi proyek ini.

Setelah technical visit ke Proyek Tajiri Subway, kami kemudian menuju downtown Tokyo dan check-in di Lohas Hotel, salah satu hotel yang terletak tidak jauh dari Tokyo Subway station. Hashimoto mengajak kami menikmati makan malam di salah satu restoran yang tidak jauh dari hotel. Selama dinner, kami berusaha menghidupkan suasana diskusi dan saya pribadi berusaha melebur dengan teman-teman peserta technical tour kali ini. Pik, seperti itu nama panggilannya adalah satu-satunya peserta wanita di study tour grant kali ini.

img20160905213029Fakhruddin Mukhtar, junior saya yang sementara mengikuti Doctoral Programnya di Tokyo Institute of Technology yang juga hadir pada saat makan malam menemani saya dan Tung Pro, peserta dari Vietnam  ke Hard Rock Café yang terletak di Uyeno Station, stasiun Kereta Subway yang terletak di Downtown Kota Tokyo. Kami membeli beberapa lembar pakaian dan topi yang bertulisakan Uyeno-Eki Hard Rock Café, Japan membuktikan bahwa kami juga pernah ke tempat ini. Malam itu saya juga menyempatkan berpose  tepat di depan para Host di Hard Rock Cafe Shop ini.

 

 

Hari ketiga study tour kali ini, kami check out dari hotel dan berangkat menuju Kajima Technical Research Institute (KATRI) yang terletak di Chofu City, Tokyo. Kegiatan selama di KATRI dibagi dua sesi yaitu KATRI presentation oleh Mrs. Haruko Umehara didampingi oleh Maruyama San yang dilakukan di dalam kelas. Maruyama adalah General Manager, Business Development for International Division. Sesi selanjutnya, kami diajak berkeliling melihat fasilitas laboratorium yang dimiliki oleh KATRI antara lain: structural testing laboratory, 3D shaking table, geotechnical centrifuge, wind tunnel laboratory, dan beberapa fasilitas testing lainnya. Satu hal yang saya pelajari dari KATRI visit ini, adalah pengenalan teknologi isolator tahan gempa yang dibuat dari kombinasi Baja dan Karet yang dipasang di atas pedestal di bawah kolom base plate yang fungsinya untuk meredam gempa di Jepang. Aplikasi ini terbukti berhasil di mana salah satu gedung tinggi yang dipasang di area KATRI ini sudah bertahan semenjak Tahun 1986 sampai saat ini bahkan oleh Gempa yang magnitudenya lebih besar.img20160906103716

Sebelum beranjak ke pemberhentian selanjutnya, kami menikmati lunch yang menunya adalah Japanese food yang sudah disiapkan oleh pihak Kajima. Kami menyempatkan mengambil beberapa foto bersama selama berada di Gedung kantor KATRI ini.

Horee….persinggahan selanjutnya adalah mengunjungi Tokyo Metropolitan Assembly Hall dan Tokyo Olympic Facilities di Shinjuku-ku, Tokyo. Pada kesempatan ini, Perwakilan Pemerintah kota Tokyo memberikan presentase tentang Disaster Prevention Management mengingat beberapa tahun terakhir Jepang dilanda banyak bencana termasuk tsunami, gempa bumi dan kebakaran. Bagi para rescuer dan tim evakuasi menurut salah satu tim tanggap bencana Jepang bahwa mereka semua tinggal tidak jauh atau dalam radius 3 Km dari kantor ini supaya mereka cepat tanggap apabila mereka dibutuhkan.

img_20160906_105106

Tepat Pukul 15.00 kami meninggalkan Tokyo Metropolitan Government Tower dan beranjak menuju JR Station untuk melihat progress proyek JR Station Extension Project. Proyek ini dikerjakan oleh Obayashi, salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Jepang. Ruang lingkup proyek ini adalah memperlebar ruang stasiun bawah Tanah  di mana stasiun ini merupakan hub yang menghubungkan semua jaringan rel kereta di kota Tokyo memiliki penumpang lebih dari 1.8 Juta per Hari, dan beroperasi 40 trains per line/Jam selama jam puncak. Proyek ini terdiri dari beberapa fase dan sudah dimulai sejak November 2010 dan diharapkan selesai pada Januari 2019 mendatang.

Hasil technical visit dan sesi Q&A dengan project manager dan beberapa site engineer Obayashi, mereka experiencing dengan existing underground facilities di mana mereka harus lebih hati-hati pada saat melakukan pekerjaan penggalian dan instalasi. Di lokasi proyek ada gas line, electrical, telecommunication line termasuk water line yang kesemuanya harus dijaga tetap aktif dan tidak mengalami kerusakan akibat pekerjaan konstruksi. Overall Obayashi dari pemaparan mereka, memperlihatkan bahwa mereka betul-betul pengalaman pada proyek-proyek sejenis. Saya pribadi, banyak belajar tentang metode dan sequence konstruksi yang mereka praktekkan pada proyek ini.

img20160906125535

Seusai JR station extension technical visit, kami berangkat menuju Tokyo Station dan naik kereta Shinkansen-Guchi menuju Kota Sendai di mana 18th International Summer Symposium dilaksanakan. Symposium kali ini dituanrumahi oleh Universitas Tohoku yang terletak di tengah Kota Sendai. Kami check-in di Hotel Unisite Sendai dan menikmati dinner di Restoran La Pausa, Sendai tidak jauh dari hotel.

img20160906163504img_20160906_203831

Hari keempat adalah hari yang saya nantikan karena pada hari ini saya akhirnya bisa tampil di depan Peserta Technical Paper Session di Simposium kali ini dengan memaparkan presentase saya yang berjudul “Project Management of 21 LNG Receiving Terminal throughout Indonesia’s Archipelago – a Preliminary Execution Plan” Isi dari presentase saya adalah memberikan preliminary execution plan apabila kita dihadapkan pada proyek Receiving Terminal LNG di 21 titik yang berbeda dan diharapkan selesai kurang dari 24 Bulan. Strategi eksekusi proyek EPC untuk satu lokasi dibandingkan dengan 24 lokasi yang dikerjakan secara simultan adalah sangat berbeda.

 

Ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari paper ini antara lain:

The EPC Contractor will need to come-up with the best execution strategy in order to win the bid competition at least by considering several aspects such as:

1.Identify the scope of works thoroughly by getting more familiarity on each project location. 21 locations will be different in term of ambient condition, geotechnical condition, met-ocean and bathymetry as well as topography and hydrology.

2.The use of manpower for each stage (engineering, procurement and construction) in term of experiences and numbers will govern the successful of the project. Project Director together with project manager are responsible to propose the right team-members for their project.

3.Project Manager will need to identify the critical path of the schedule such as the procurement and construction of LNG storage tank as well as jetty construction which most likely put as critical path. The right selection of LNG storage tank technology can also shorten the overall duration.

4.Process Engineer will need to provide faster engineering works by categorizing the capacity of each regasification and since here are some locations have nearly similar regasification capacity it is considered to create typical design.

img_20160907_121556

Presentase berjalan selama 10 menit dilanjutkan dengan babakan tanya jawab oleh peserta technical session. Satu dari  peserta menanyakan  tingkat pengurangan polusi udara dengan menggunakan diesel sebagai bahan bakar dibandingkan dengan LNG atau gas. Dan pertanyaan kedua, bagaimana memastikan bahwa equipment yang dipesan bisa tiba di lokasi proyek tepat waktu mengingat durasi proyek sangatlah pendek. Jawaban dari pertanyaan pertama, gas/LNG lebih environmentally friendly sampai 40 persen CO2 emission reduction dibandingkan diesel. Jawaban pertanyaan kedua, adalah pada saat EPC melakukan FEED phase, sudah perlu diidentifikasi equipment apa saja yang dikategorikan sebagai critical item sehingga perlu segera dilakukan pemesanan lebih awal pada saat fase FEED masih berlangsung. Technical data sheet harus segera diselesaikan berikut Purchase Requisition untuk segera melakukan proses bidding dan memilih vendor yang mensupply equipment dengan spesifikasi yang handal dan harga yang kompetitif.

img20160907123049

Pada Simposium ini, kami mendapatkan kesempatan menikmati lunch bersama Pengurus Teras Japan Society of Civil Engineer (JSCE) . Suasana diskusi berjalan hangat sekali-sekali dari Peserta STG ini bertanya tentang proyek-proyek infrastruktur yang lagi jalan di Jepang saat ini.

Kami pada beberapa kesempatan mengambil beberapa gambar di beberapa lokasi symposium membuktikan bahwa kami juga pernah mengikuti event ini.

Setelah lunch, kami meninggalkan lokasi simposium dan menyempatkan mengunjungi Sendai Castle. Sendai Castle adalah istana yang  dibangun oleh kekaisaran Jepang beberapa abad sebelumnya dan di sana kami  bisa membeli souvenir khas Jepang dan makanan kecil ala Jepang. Di depan Samurai berkuda saya pun menyempatkan berfoto sebelum akhirnya harus balik lagi ke tempat di mana symposium dilaksanakan untuk mengikuti jamuan makan malam bersama Peserta simposium dari 24 negara.

img20160907160801Jamuan dinner ini dibuka oleh President JSCE Tamiharu Tashiro yang juga merupakan Chairman dari Kajima Corporation. Di dinner time kali ini adalah saat yang tepat untuk menikmati berbagai jenis suguhan ala Jepang termasuk Sake dan Wine….LoL. Para Peserta simposium sepertinya sangat menikmati event ini, mereka memanfaatkan momentum ini untuk bernetworking ria dengan para professional dari negara lain. Begitu pun dengan saya, bertemu dengan beberapa kawan baru dari Kajima dan Nippon Koei. Katsuhama San adalah salah seorang professional dari Nippon Koei pernah tinggal waktu yang lama di Indonesia mengerjakan beberapa proyek bendungan dan infrastruktur lainnya.

img20160907131133Hari kelima STG kali ini, dari Hotel Unisite Sendai kami bertolak menuju Rikuzen Takata dengan bus. Daerah ini terletak di bagian utara-timur Jepang yang berupa teluk bersebelahan dengan Samudera Pasifik. Daerah ini adalah salah satu yang terkena bencana tsunami di bulan Maret 2011 lalu. Saat ini, Shimizu Consortium melakukan proyek rekonstruksi di sana dengan membangun tanggul setinggi 35 meter dari existing dataran asli sebagai lokasi residential yang baru. Pemerintah Jepang membutuhkan lebih dari 6 Juta Kubik timbunan tanah yang diambil dari gunung yang dipotong dengan menggunakan alat-alat berat yang biasanya digunakan untuk pertambangan dan membangun conveyor line lebih dari 3 Km untuk transportasi Tanah timbunan ke lokasi residential yang baru. Proyek dimulai dari akhir Tahun 2011 dan akan diselesaikan paling lambat awal tahun depan.

img_20160908_111913

Di area yang sama, Kajima Corporation juga baru menyelesaikan sea wall sebagai upaya untuk menahan laju Tsunami yang diprediksi akan terjadi lagi beberapa tahun ke depan. Konstruksi seawall ini sangat unik dan General Manager Kajima, Yoshihawa San memberikan pemaparan tentang desain dari seawall ini dengan menggunakan gambar desain dan alat peraga. Pada kesempatan ini, kami juga mengunjungi Jembatan Shinkasennuma yang hampir selesai pembangunannya. Jembatan sebelumnya runtuh diterjang tsunami. Di perjalanan kami balik menuju JR Sendai Station kami singgah di beberapa kota seperti ShishioriKarayama dan Koizumi yang juga dalam tahap rekonstruksi pasca gempa dan tsunami.

img20160908134753

Finally, we managed to arrive at Sendai station and heading to Tokyo city. Kami kembali check in di Lohas Hotel dan menikmati dinner di restoran Budou No Yashiro, Godanya yang letaknya hanya berjalan kaki dari hotel.

img20160908134058

Hari keenam, kami akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Asakuza area, salah satu tourism center di Tokyo dan mendaki skytree tower setinggi lebih dari 600 meter tentunya dengan menggunakan elevator he he he…..

Gampang saja apabila kalian pingin mengunjungi dua tempat wisata ini, ada program tour oleh Sato Bus di Downtown Tokyo, hanya dengan membayar beberapa ribu Yen bis akan berkeliling kota Tokyo dipandu oleh seorang Japanese yang fasih berbahasa Inggris. Tujuan akhir dari tour ini tentunya adalah Azakusa dan Skytree Tower.

Selama touring saya pastinya menyempatkan mengambil beberapa gambar bersama pelancong lainnya. Beberapa di antaranya adalah Chinese Girls yang mengenakan Kimono, pakaian khas Jepang he he…Pokoknya seru dech.

Junior saya, Fakhruddin yang biasa dipanggil Udin, setelah Skytree Tower visit mengajak saya jalan-jalan ke beberapa lokasi menarik lainnya di sekitaran Downtown Tokyo termasuk santapan Kebab Turki tidak jauh dari Tokyo Station setelah sebelumnya coffee time discussion di salah satu coffee shop.

img20160909153855

Hari ketujuh bertepatan Hari Sabtu, kami check-out dari Lohas Hotel dan berangkat menuju Bandara Narita. Setelah  menunggu hingga berjam-jam tibalah saatnya saya pada ujung penantian panjang, pesawat ANA NH 835 finally leaving for Jakarta.

Tibalah kita di kesimpulan akhir. Apa yang menarik dari Jepang? Pertama adalah budaya orang Jepang yang selalu menghormati yang lebih tua dan juga memberikan respek kepada foreigner yang berkunjung ke negaranya. Yang kedua adalah time-discipline, mereka benar-benar disiplin di dalam mengelola aktifitas mereka in term of time, they are pretty sharp in their time. Yang ketiga mereka bekerja keras dan belajar tak kenal lelah, itulah mengapa mereka menguasai teknologi, dan masih banyak lagi hal-hal menarik lainnya. Anda pernah merasakan Japanese massage? Kalo yang itu baiknya tidak didiskusikan di blog ini he he….

img20160909170404

 

I am glad to be part of STG participants, terima kasih sebesar-besarnya kepada Persatuan Insinyur Indonesia yang merekomendasikan saya mengikuti technical tour dan international symposium ini, lebih khusus lagi kepada Bapak Ir. Bachtiar Sirajuddin, Sekretaris Jenderal PII Pusat. Complete report juga ada di link http://www.jsce-int.org/system/files/2016_02-1_STG_Report_Mr.%20HABIBIE%20RAZAK%28Indonesia%29.pdf

img20160909201240

 

 

 

 

 

 

One thought on “Study Tour Grant (STG) dan International Symposium di Jepang, 4 – 10 September 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.