Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menggelar High Level seminar on The Indonesian Global Maritime Fulcrum: A Holistically Integrated Industrial, Energy, Socio-Economic Port Infrastructure Approach bekerjasama dengan Kementerian Kordinator Bidang kemaritiman di Hotel Le Merridien hari Kamis, 13 Desember 2018 ini. Seminar sehari ini dibuka Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Dr. Ir. Heru Dewanto sebagai tuan rumah dan kemudian diikuti oleh Keynote Speaker Menteri Perhubungan RI Ir. H.E. Budi Karya Sumadi dengan topik “Indonesia’s Maritime Transportation sector: What Has Been Done to Support the Global Maritime Fulcrum”.
Keynote Speaker kedua oleh Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga Dirjen Cipta Karya PUPR mewakili Menteri Basuki Hadimuljono yang juga adalah Wakil Ketua Umum PII terpilih Periode 2018-2021 memaparkan “A Holistically Integrated Approach to the President’s Global Maritime Fulcrum: Ports and Infrastructure”. Keynote speaker ketiga dibawakan oleh Dr. Ir. Ridwan Jamaluddin Deputy Coordinating Minister of Maritime Affairs for Infrastructure dengan judul “Indonesia’s Economic Outlook: Driving the Global Maritime Fulcrum Forward”.
Dr. Ridwan dalam paparannya menyampaikan bahwa Tiongkok dan India kini menjadi raksasa baru di dunia. Seperti India saat ini memiliki FDI equity inflows meningkat 48%, fill inflows bertumbuh menjadi 717% dan di tahun 2015 menurut UNCTAD menempatkan India dari Ranking 15 menjadi Ranking 9 di dunia berdasarkan kategori nilai investasi bahkan untuk kategori baseline profitability index India saat ini menduduki Posisi 1. Sedangkan Tiongkok bisa menjadi raksasa baru dengan dengan GDP terbesar kedua di dunia di antaranya 23% GDP berasal dari kontribusi science and technology parks dan 21.5% dari pajak. Tiongkok banyak memiliki intellectual property menjadikan mereka menjadi negara yang disegani di dunia. Dr. Ridwan Jamaluddin mendorong para Insinyur Indonesia melalui Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di dalam mengambil peran lebih besar lagi di dalam pengembangan dan pembangunan sektor kemaritiman nasional termasuk port dan maritime related infrastructure lainnya.
Keynote speaker selanjutnya oleh perwakilan Kementerian Keuangan RI, Dr. Robert Leonard Marbun on “The Roles of Ministry of Finance in Improving Port Services and Infrastructures”. kementerian Keuangan saat ini menurut Robert terus berupaya untuk melakukan reformasi terhadap perpajakan dan cukai serta kebijakan terkait lainnya dengan tujuan mempermudah investasi dan bisnis di Indonesia. Berdasarkan data World Bank kategori ease of doing business, peringkat Indonesia menanjak naik dari urutan 91 di tahun 2017 menjadi urutan ke-72 di tahun 2018 ini. Ini memperlihatkan trend positif bahwa pemerintah terus berusaha memberikan citra yang baik untuk mengundang investasi luar negeri untuk membangun sektor pelayanan kepelabuhanan dan infrastruktur secara umum di Indonesia.
Pembicara selanjutnya dari World Bank Group Prof. Jeffrey John Delmon on Indonesia Maritime Infrastructure Finance. Prof Jeffrey dalam paparannya menyebutkan setidaknya ada 5 rekomendasi World Bank yang mesti menjadi perhatian utama terkait usaha peningkatan investasi dan pembiayaan infrastruktur termasuk pelabuhan antara lain: pertama adalah project selection. Pemerintah mesti selektif lagi di dalam pemilihan proyek-proyek yang akan dibiayai sendiri oleh APBN, penugasan BUMN dan skema PPP/KPBU. Idealnya adalah pemerintah di awal harus membuka semua daftar proyek yang akan membutuhkan pembiayaan dan terlebih dahulu menawarkan ke sektor swasta bukan sebaliknya.
Kedua adalah perusahaan BUMN yang terlalu mendominasi proyek-proyek infrastruktur dan sering sering meramaikan sektor swasta membutuhkan pembenahan manajemen lebih baik lagi. Reformasi manajemen perusahaan BUMN seperti Pelindo dan Angkasapura dengan mensetup Key Performance Indicator (KPI) yang mendorong mereka lebih mengembangkan sektor swasta dan lebih efisien di dalam bisnisnya. Rekomendasi ketiga adalah PPP project preparation. Peningkatan kualitas dan konsistensi penyiapan dan pengelolaan proyek-proyek KPBU terus diupayakan untuk mendeliver proyek yang sukses sesuai dengan KPI.
Rekomendasi keempat adalah tariff yang mesti dikaji kembali karena ada beberapa proyek yang tidak feasible atau economically viable karena tariff yang terlalu rendah. Pemerintah Indonesia disarankan untuk melihat tariff infrastruktur yang ada di luar negeri sebagai benchmarking sebelum ditetapkan. Dan rekomendasi kelima adalah financing. Pembiayaan dengan menggunakan insititusi internasional akan lebih viable dibandingkan dengan sumber pembiayaan dalam negeri. Pemerintah dan sektor swasta diharapkan banyak bekerjasama dengan International Financing Institution (IFI) atau sejenisnya untuk pembiayaan proyek.
Pembicara lainnya yang hadir pada seminar kali ini antara lain: Chairman of the Indonesian Port Experts Association (HAPI) Ir. Wahyono Bimarso on The problems and Potential Solutions for the Future of Port Development, Eng. Abdulrahman Al Hatmi, CEO ASYAD Oman yang lebih banyak memberikan informasi bagaimana sistem kepelabuhanan di Oman dikelola dan Eng. Willem Dedden, President Director of Rotterdam Port juga mengutarakan pengalaman bagaimana pelabuhan di Rotterdam dikelola dan bisa menjadi bahan rujukan untuk pengembangan sistem manajemen kepelabuhanan di Indonesia.
Sesi diskusi panel dimoderasi oleh Dr. Ir Purba Robert Sianipar Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia. Hadir pada seminar sehari bertemakan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia ini dihadiri oleh beberapa Pengurus Persatuan Insinyur Indonesia, Ir. Habibie Razak, Ir. Antri Pilantono dan beberapa rekan pengurus lainnya. Seminar ini terbilang sukses dihadiri setidaknya 100 peserta yang didominasi oleh professional yang aktif di sektor kemaritiman termasuk kepelabuhanan.