Dr. Ir. Lucky Caroles, IPM Ketua Umum Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Pengembangan Prasarana (PSP4) menyelenggarakan Mini Seminar dan Launching PSP4 menghadirkan 30 peserta seminar termasuk tamu undangan dari Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang diwakili oleh Ir. Hernadi Tri Cahyanto, MT., Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat Ir. Habibie Razak, Wakil Rektor Unhas Bagian Kerjasama Prof. Ir. Adi Maulana, Ph.D, Ir. Sri Atmaja P Rosyidi Ketua Bidang Teknologi Terapan dan Informasi, Dr. Ir. Sigfried Syafier Ketua Bidang Pengembangan Riset dan Sumber Daya PSP4, Dr. Ir. Sumarni Hamid Aly Ketua Divisi Prasarana dan Lingkungan PSP4, Dr. Ir. Ayuddin Ahli Struktur Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia.
Dalam sambutannya, Dr. Lucky menyampaikan bahwa tema mini seminar ini adalah “Sistem Transportasi Multimoda Untuk Mendukung Operasional Pelabuhan Makassar Menuju Pelabuhan Kelas Dunia”. Senada disampaikan oleh Ir. Hernadi bahwa integrasi intermoda dibutuhkan dalam pengembangan kawasan kepelabuhanan termasuk implementasi pengoperasian dan pemeliharaan pelabuhan berbasis digitalisasi dan otomasi. Ir. Habibie Razak yang juga adalah Indonesia Country Director Surbana Jurong Group memberikan contoh Tuas Port akan menjadi world class port di dunia yang akan beroperasi nantinya menjadi fully digitalized and automated.
Ir. Habibie Razak perwakilan PII Pusat memaparkan tentang rencana Kawasan Industri Makassar (KIMA) yang baru yang dibangun berdampingan dengan Makassar New Port. New KIMA sesuai dengan studi awal masterplan yang dikerjakan oleh PT Indah Karya in association with PT Surbana Jurong Indonesia mendorong new KIMA memenuhi 10 kategori Smart Industrial Estate Model oleh GGGI antara lain: 1.Green spaces 2.Renewable energy and green buildings 3.Smart manufacturing and data infrastructures 4.Green and smart transportation 5.Smart water management 6.Smart waste management 7.Industrial symbiosis 8.Community enhancement 9.Regional infrastructure extended 10.Economic value added
Sesi yang tak kalah menariknya adalah paparan Dr. Ir. Sigfried terkait riset dan inovasi perkerasan jalan menggunakan konsep Internet of Things. Sementara di sesi tanya jawab Dr. Ir. Ayuddin menanyakan terkait peran dari new KIMA mendorong pengembangan Ibu Kota Negara baru di Indonesia. Prof. Dr. Ir. Sakti Adji Sasmita Pakar Transportasi Unhas yang juga adalah Ketua Dewan Pakar PSP4 memimpin jalannya diskusi mini seminar ini dibantu Ir. M. Aksar Datu – Ketua Divisi Kemaritiman PSP4.
Badan Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja menggelar Lokakarya dengan tema “Peran Kementerian/Lembaga di dalam Penyiapan Sumber Daya Manusia Sektor Konstruksi” yang berkangsung hari ini di Hotel Mercure Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Kegiatan yang menghadirkan pembicara dari berbagai instansi/lembaga/institusi merupakan inisiasi Kementerian Tenaga Kerja untuk terus meningkatkan kompetensi SDM konstruksi Indonesia. Sesi siang menghadirkan 3 narasumber antara lain: Ir. Basuki Mukhlis, MT Direktur Eksekutif Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), Yusuf Wiyono – Tim Human Capital PT Adhi Karya dan Ir. Habibie Razak, IPU., APEC Eng Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat.
Ir. Habibie Razak dalam paparannya menjelaskan bahwa PII adalah organisasi profesi tertua di Indonesia berdiri sejak 1952 dan telah melalui proses panjang yang awalnya adalah paguyuban para Insinyur Indonesia berkembang menjadi organisasi keinsinyuran yang diakui internasional dalam hal penyiapan Insinyur Profesional yang bisa bersaing secara global.
“PII sebelum menerima mandat UU 11/2014 tentang keinsinyuran pun sudah diakui di tingkat International Engineering Alliance (IEA) menjalankan fungsi pengembangan kompetensi Insinyur seperti menjalankan fungsi sertifikasi Insinyur Profesional dan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB)” kata Habibie. “Dan kita juga tahu bahwa lahirnya UU 11/2014 juga karena adanya dorongan eksternal di mana Indonesia waktu itu akan bergabung sebagai bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mendorong liberalisasi barang dan jasa termasuk liberalisasi jasa profesi Insinyur. Kita waktu itu belum ada UU keinsinyuran lantas bagaimana kita bisa diterima dan mendapatkan pengakuan apabila kita Indonesia tidak memiliki undang undang yang mengatur tentang itu” Lanjut Habibie.
Sesi lokakarya ini berlangsung sangat interaktif mengundang berbagai pertanyaan dari para peserta yang hadir. Ketua Panitia Pelaksana Kemnaker Heril Chahyadi akan terus menyelenggarakan event sejenis untuk terus mendorong terjalinnya komunikasi antarlembaga dan kementerian supaya jumlah dan kualitas tenaga kerja konstruksi bisa sama sama diproyeksikan dan bekerjasama di dalam pemenuhannya.
Konferensi Federasi Organisasi Persatuan Insinyur se-Asia Tenggara atau biasa dikenal the Conference of ASEAN Federation of Engineering Organization yang ke-40 diselenggarakan di Hotel Sokha, Phnom Penh, Kamboja dari Tanggal 5 hingga 8 Desember 2022.
Konferensi ini berisikan berbagai aktifitas antara lain sesi working group and ASEAN Engineering Inspectorate yang terdiri dari disaster preparedness, sustainable cities, energy, environment, educational and capacity building, transportation and logistics, engineering mobilities, Woman Engineers forum, Young Engineers Forum, Building Inspectorate, Manufacturing Inspectorate, Electrical Inspectorate dan Boiler Inspectorate.
Konferensi yang dihadiri oleh 10 negara ASEAN termasuk Persatuan Insinyur Indonesia yang mengirimkan 50 delegasi di acara ini. Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat Ir. Habibie Razak menyampaikan bahwa setiap tahun Insinyur di negara ASEAN bertemu untuk sharing knowledge dan experience termasuk usaha-usaha untuk menjalin kerjasama antara negara ASEAN di sektor keinsinyuran.
Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga dalam sesi country report presentation menyampaikan bahwa PII dan Insinyur Indonesia terlibat di berbagai proyek keinsinyuran di Indonesia termasuk proyek strategis nasional dan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Dr. Ir. Danis menambahkan, dukungan Insinyur kita di dalam mensukseskan program transisi energi untuk mencapai target net zero di tahun 2060.
Sementara Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Host CAFEO-40, Board of Engineers Cambodia (BEC) yang sukses menyelenggarakan konferensi ini dan sekaligus menyampaikan kepada para peserta konferensi bahwa tahun depan PII akan menjadi tuan tumah CAFEO 41 yang diselenggarakan bulan November 2023 di Bali.
Dr. Danis dalam sambutannya di closing ceremony CAFEO 40 ini menyampaikan kembali “Kami menyambut kehadiran teman-teman Insinyur ASEAN di CAFEO 41 tahun depan di Bali, to all ASEAN Engineers, We are looking forward to meeting you all in the 41st of CAFEO on November 2023 in Bali, It is indeed a good time to enjoy Bali as our world class tourism destination while establishing and maintaining this great relationship as ONE ASEAN BIG FAMILY”
Pada konferensi kali ini, AER Head Commissioner Ir. Yau Chau Fong meregistrasi 450 ASEAN Engineer yang diusulkan oleh Persatuan Insinyur Indonesia, dengan demikian jumlah total Insinyur Indonesia yang teregistrasi ASEAN Engineer (AE) menjadi 2000 Insinyur. “Syarat untuk mendapatkan AE ini adalah Insinyur Indonesia harus minimum di tingkatan Insinyur Profesional Madya (IPM) yang disyaratkan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII)”, Ir. Habimono sebagai Indonesia AER Country Registrar menjelaskan.
Pada malam penganugerahan AFEO Honorary Award, Indonesia meraih 1 penghargaan AFEO Distinguished Honorary Fellow yang diberikan kepada Bapak Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, 5 penghargaan kategori AFEO Honorary Fellow sedangkan untuk kategori AFEO Honorary member Indonesia mendapatkan 10 penghargaan. Dua dari peraih AFEO Honorary Member award ini adalah Ir. Wiluyo Kusdwiharto, MBA., IPU salah satu Direktur PLN dan Ir. Muhamad Reza, M.Sc.,Ph.D., IPU Direktur Niaga dan Pengembangan Bisnis PT PLN Nusantara Power.
ESCOM salah satu conference provider terkemuka di Asia Tenggara menggelar World Clean Energy Conference dirangkaikan dengan Smart Grid and Solar Energy Expo berlangsung dari Tanggal 1 hingga 2 Desember 2022 di Hotel Ayana Mid Plaza, Sudirman. Konferensi ini mempertemukan stakeholder di bidang sektor energi untuk membahas solusi, kebijakan, maupun teknologi yang dapat mendorong transformasi lanskap energi di Indonesia.
Konferensi yang menghadirkan pembicara dimulai dari regulator, pengembang EBT, konsultan, kontraktor, termasuk organisasi profesi berlangsung sangat interaktif di hari pertama. Ir. Habibie Razak Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia yang hadir sebagai panelis pada sesi “Just Energy Transition” menyampaikan perspektif PII dan Insinyur Indonesia bahwa “Kita sebagai Insinyur Indonesia harus bisa mengambil peran di berbagai fungsi supaya investasi di sektor ini bisa sukses sesuai dengan roadmap Indonesia menuju net zero emission di tahun 2060” Lanjut, Habibie menekankan lagi bahwa “Insinyur kita terus melakukan upskilling terkait kompetensi yang dibutuhkan di era transisi energi ini. Penguasaan terhadap IPTEK dan kensinyuran di sektor ini adalah suatu keharusan agar kita bisa bersaing dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri”.
Ir. Habibie Razak yang juga adalah Indonesia Country Director SMEC International Pty Ltd – Surbana Jurong Group perusahaan konsultan infrastruktur dan energi terkemuka di dunia bahwa ini adalah big jump yang dilakukan oleh Pemerintah dan harus terus kita dukung sepenuh hati. Yang mesti dipikirkan adalah selagi kita secara gradual mempensiunkan PLTU-PLTU kita mulai dari kapasitas kecil hingga besar ini, Transitional LNG program diharapkan bisa hadir mengisi untuk bisa menggantikan coal fired based plant dengan PLTG/PLTGU yang lebih bersih in parallel kita melanjutkan usaha untuk membangun pembangkit dari sumber energi baru dan terbarukan. Oleh Ir. Habibie, era hidrogen sebagai cleanest fuel akan datang tapi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjadikan hidrogen ini menjadi economically viable.
The Institute of Integrated Electrical Engineers of the Philippines, Inc. (IIEE) is an organization of electrical engineering practitioners and the only accredited professional organization (APO) of electrical practitioners by the Professional Regulation Commission (PRC) with PRC Cert. No. I-APO-016, founded in 1975. IIEE held a virtual Annual National Convention via Zoom, and the ASEAN and Asia Pacific Engineering Registry Committee (AAPER), PEE Mentoring Committee and College of Fellows Committee spearheading a Building Career Path for Global Recognition on November 8, 2022 (Tuesday) at 8:00am to 5:00pm Philippine Time.
The event has presented several speakers from Philippine and other countries such as Malaysia and Philippine. Home speakers such as Engr. Federico A. Monsada President Philippine Technological Council (PTC) presented the introduction of internationally accepted exemplars of graduate attributes and professional competence to achieve global comparability of engineering education and practice while Engr. Romulo Country Registrar PTC promoted the mobility of qualified engineers through mutual recognition of qualification and experiences.
Ir. Yau Chau Fong – Head of AER Commissioner presented on how engineers in ASEAN can practice mobility. He mentioned, as we are under ASEAN Communities, Philippines Engineers can now easily do the Malaysian or Indonesian projects even from their home countries. They can export the engineering works to neighbouring countries and do site visits at project site. As Chau Fong said, we may find so many ASEAN Engineers also work in middle east and have been recognized as ASEAN Engineering Register (AER).
While Ir. Habibie Razak Executive Director of The Institution of Engineers, Indonesia (PII) and also The Country Director of SMEC International (Indonesia Operation) – Surbana Jurong Group presented his experience in “Building Engineer’s Career Path for Global Recognition; Indonesia/PII Perspective”. Several outlines to discuss, Engineering Profession Transformation after the issuance of Law No. 11/2014, Professional Engineer (PE) Practice in Indonesia, Engineer’s Career Path; Global Recognition, Global Challenges of Professional Engineer (PE); Energy Transition and Global Challenges of Professional Engineer (PE); Digitalization & Automation in AEC Sector.
At the end of Habibie’s presentation, he concluded “Engineers’ Career Path started from Junior Engineer’s Level all the way up to more mature experienced engineers and decide in which path they will choose, Project Management, Specialist or Sales & Business Development. Either we choose working domestic or oversea, either we work as professional or create our own business?
Ir. Habibie himself to reach to the top of his career as Country Director of reputable engineering consultancy firm he needs at least 18 years to stay in his career path starting from junior engineer level, engineer, project engineer, project manager, project director, sales and business development director till he became a country director.
Ir. Habibie also expressed his messages to the seminar participants The global challenges of Engineering (Digitalization and Automation) require ÄSEAN Engineers to focus on upskilling and continuous improvement of competence.The global competitiveness of ASEAN Engineers really needs to be supported by International Certification facilitated by PII through Cooperation with Foreign Parties (G to G) MRA or through International Engineering Alliances).
The last session was presenting Dr. Florigo Varona who was providing the updates, related activities and orientations on the ASEAN/ACPE/APEC/AAE/AT Engineering Registers
This prestigious event was attended nearly 1000 engineers who are working in various disciplines of engineering in Philippine.
Dr. Sabhan Kanata Ketua UPT PLTS Institut Teknologi Sumatera (ITERA) kembali mengundang Persatuan Insinyur Indonesia pada penyelenggaraan lokakarya sosialisasi organisasi Persatuan Insinyur Indonesia dan UU 11/2014 tentang profesi keinsinyuran, pengenalan sistem sertifikasi Insinyur Profesional, Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI) dan sertifikasi keinsinyuran di tingkat ASEAN dan ASIA PASIFIK.
Sesi sebelumnya UPT PLTS ITERA juga menggelar seminar terkait Effective Solar PV Design dan Renewable Energy Potentials di Indonesia menghadirkan pembicara dari Persatuan Insinyur Indonesia, Ir. Habibie Razak, IPU., APEC Eng., ACPE dan Andri Wahyudi, ST.
Untuk sesi sosialisasi ini PII kembali menghadirkan 3 pembicara, Ir. Bambang Goeritno, M.Sc., MPA., IPU., APEC Eng., ACPE, Ir. Habibie Razak, IPU., APEC Eng., ACPE dan Ir. Wahyu Hendrastomo, MM., IPU., ACPE. Ir. Bambang Goeritno, Sekretaris Jenderal PII dalam paparannya memberikan pesan kepada semua peserta webinar bahwa Insinyur Indonesia memegang peran penting di dalam berkontribusi pada kemajuan bangsa sebagaimana kita melihat PII menyatukan para insinyur di berbagai disiplin dan sektor yang bekerjasama di dalam penyelenggaraan proyek-proyek strategis nasional.
Sementara itu Ir. Wahyu menjelaskan proses untuk mendapatkan sertifikasi Insinyur Profesional dan Ijin Praktik Keinsinyuran di Indonesia (STRI) dan mendorong semua peserta lokakarya yang hampir semuanya bergelut di sektor keinsinyuran untuk bergabung dengan Persatuan Insinyur Indonesia.
Ir. Habibie Razak yang diberikan kesempatan memaparkan pengenalan sertifikasi Insinyur Profesional yang diselenggarakan melalui PII antara lain ASEAN Engineering Register (AER), ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) and APEC Engineer Register. Ir. Habibie melihat animo yang sangat tinggi saat ini oleh para Insinyur Indonesia mengikuti program international certification ini.
Ir. Habibie juga menjelaskan bahwa ada3 hal yang harus dimiliki oleh Insinyur Profesional yakni pengetahuan keinsinyuran (know what), keterampilan keinsinyuran (know how) dan how should (attitude) terkait etika dan integritas yang harus dimiliki seorang Professional Engineer sesuai dengan Kode Etik Insinyur Indonesia.
Dr. Sabhan Kanata selaku Ketua UPT PLTS ITERA berterima kasih sebesar-besarnya kepada pengurus PII atas kehadirannya pada lokakarya yang dihadiri setidaknya 100 peserta dari kalangan mahasiswa dan praktisi keinsinyuran.
Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) Universitas Jember kembali menggelar pengukuhan dan pengambilan sumpah lulusan Insinyur PSPPI sebanyak 39 orang. Dengan demikian PSPPI UNEJ menghasilkan total 188 sejak beroperasinya di tahun 2017. Pengukuhan dan pengambilan sumpah dilakukan oleh Ir. Habibie Razak, IPU., ACPE., ASEAN Eng. Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat mewakili Ketua Umum PII didampingi Rektor Universitas Jember Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng.
Kepala Prodi PSPPI Ir. Kristianto, M.Eng., IPM menyebutkan satu persatu nama nama lulusan PSPPI Angkatan VIII ini dilanjutkan sesi pengambilan sumpah dan sambutan-sambutan dimulai dari Wakil Ketua PII Wilayah Jatim Dr. Ir. Gentur, Rektor UNEJ Dr. Ir. Iwan dan kemudian dilanjutkan dengan orasi dan kuliah umum keinsinyuran oleh Ir. Habibie.
Ir. Habibie Razak dalam orasinya menyampaikan bahwa “Kita sebagai Anggota PII saat ini patut berbangga karena Ketua Umum kita juga diberikan amanah sebagai Kepala Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN” yang ini kemudian disambut dengan tepuk tangan oleh para lulusan PSPPI.
Ir. Habibie juga berpesan kepada para Insinyur yang baru dilantik untuk tidak hanya berhenti di jenjang sebagai Insinyur saja tapi diharapkan segera melanjutkan ke program sertifikasi Insinyur Profesional dan mendapatkan ijin praktik keinsinyuran dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Dalam orasinya, Ir. Habibie yang juga merupakan Country Director di salah satu perusahaan konsultan terkemuka di dunia saat ini meminta para Insinyur Indonesia untuk terus memutakhirkan pengetahuannya di dalam menjawab tantangan global keinsinyuran saat ini.
Liputan lengkap kegiatan ini dapat dilihat langsung melalui link https://youtu.be/5DeOfj6x8GM
Universitas Lampung sebagai salah satu universitas terbesar di Pulau Sumatera kembali sukses mengukuhkan 235 lulusan Insinyur Program Profesi Insinyur Sabtu kemarin di Balroom Hotel Emersia. Hadir pada acara ini mewakili Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ir. Habibie Razak yang saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif PII didampingi Sekretaris Wilayah PII Lampung Ir. Taufik Kurrahman.
Laporan terkait PSPPI disampaikan langsung oleh Dr. Ir. Dipridi Despa Kaprodi PSPPI UNILA dilanjutkan dengan sambutan sambutan antara lain oleh Ir. Habibie Razak mewakili PII Pusat dan Prof. Ir. Suharso, PhD Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Lampung.
Dalam sambutannya selama kurang lebih 15 menit, Ir. Habibie Razak yang juga merupakan Indonesia Country Director untuk SMEC International Pty Ltd – Surbana Jurong Group menyampaikan pemintaan maaf Ketua Umum PII yang belum sempat hadir pada acara pengukuhan kali ini. Ir. Habibie juga menyampaikan bahwa sebagai anggota PII, kita saat ini patut berbangga karena Ketua Umum kita diberikan amanah dan tanggung jawab besar sebagai Kepala Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN di Kalimantan Timur.
Ketum PII juga menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada UNILA yang terus menerus melahirkan Insinyur-insinyur baru melalui program profesi insinyur dan di angkatan VIII ini berhasil mengukuhkan dan mewisuda sejumlah 235 Insinyur dengan demikian total alumni menjadi 720 insinyur sejak PSPPI UNILA beroperasi di tahun 2018.
Ir. Habibie Razak yang menjadi anggota PII sejak 2002 menyampaikan kembali pesan Ketum PII bahwa Persatuan Insinyur Indonesia memegang peranan penting di dalam penyediaan sumber daya Insinyur baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045. Saat ini rasio Insinyur kita masih jauh di bawah dibandingkan negara seperti Vietnam, Korea dan Amerika Serikat. Rasio kita di kisaran 5,300 per 1 Juta Penduduk sedangkan Vietnam, Korea dan Amerika Serikat masing masing di kisaran 9000, 25000 dan 20000 per 1 Juta penduduk. “Butuh kerja keras dari semua stakeholders keinsinyuran untuk mencapai rasio setidaknya 30000 per 1 juta penduduk di tahun 2045 dan tentunya kualitas Insinyur kita harus terus ditingkatkan” Lanjut Ir. Habibie.
Sejak diterbitkannya UU 11/2014, PII pun kemudian mengemban tugas dan amanah besar menjalankan transformasi keinsinyuran antara lain mendukung penyelenggaraan PSPPI, melakukan akreditasi perguruan tinggi teknik melalui IABEE, menyelenggaran sertifikasi Insinyur Profesional, mengeluarkan ijin praktik keinsinyuran (STRI), menyelenggarakan Continuing Professional Development (CPD) buat para Insinyur Profesional, mengakreditasi Himpunan Keahlian Keinsinyuran (HKK) dan mempertahankan Insinyur Profesional PII tersetarakan dengan Internasional.
Di akhir sambutan, Ir. Habibie kembali mengingatkan perlunya upskilling oleh para Insinyur Indonesia di dalam menghadapi tantangan global keinsinyuran antara lain: digitalisasi dan otomasi, transisi energi, resilient infrastructure dan revolusi teknologi kesehatan.
Suasana upacara perayaan kemerdekaan RI ke-77 hari ini secara offline di kantor PII Pusat Gedung Graha Rekayasa Indonesia berlangsung hikmat dipimpin langsung oleh Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc., IPU.,, ACPE. Bertindak selaku inspektur upacara Sekretaris Jenderal PII Ir. Bambang Goeritno, M.Sc., MPA., IPU., APEC Eng.
Ketum dalam pidatonya menyampaikan, kita membutuhkan Insinyur untuk bangun negeri ini menjadi lebih baik. Berikut isi pidato lengkap keinsinyuran Ketum PII pada perayaan Kemederkaan RI hari ini.
“Bapak dan Ibu serta Saudaraku sekalian, Sahabat Insinyur se-Indonesia dan para Insinyur kita yang saat ini berkarya di Luar Negeri. Pagi ini kita hadir bersama untuk merayakan 77 tahun Indonesia meraih kemerdekaannya. Sebagai insan Insinyur Indonesia, kontribusi kita baik secara individu maupun secara organisasi telah banyak melahirkan karya-karya dan Inovasi Keinsinyuran yang mewarnai perjalanan bangsa ini menuju bangsa besar, bangsa yang maju, mandiri dan berdaulat. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kelahiran PII di tanggal 23 Mei 1952, jelang 7 tahun usia Republik Indonesia juga menandai betapa pentingnya kehadiran PII untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita rebut dari kolonialisme. Negeri yang kala itu masih berusia belia membutuhkan infrastruktur dan industri untuk membuktikan eksistensi kita sebagai bangsa. PII adalah gagasan besar Founding Father Indonesia Ir. Soekarno bersama pendiri Ir. Djuanda dan Ir. Rosseno. Visi besar Founding Father kita adalah Insinyur Indonesia hadir untuk membangun bangsa dan mensejahterakan masyarakat melalui karya-karya dan inovasi keinsinyuran. Ir. Soekarno sangat memahami bahwa tanpa insinyur, Indonesia tidak akan menjadi negara maju dan tidak akan bisa setara dengan bangsa-bangsa lain. Indonesia butuh insinyur. Bapak dan Ibu serta saudaraku para Insinyur yang berkarya di berbagai sektor, Saat ini kita menghadapi perekonomian dunia yang begitu dinamis, penuh ketidakpastian. Kehidupan berbangsa dan bernegara pun yang melibatkan multi-sektor, multi-aktor sehingga permasalahan yang muncul pun semakin beragam dan begitu kompleks. Begitu pun tantangan keinsinyuran baik skala global maupun nasional yang sungguh dinamis. Visi Menuju Indonesia Emas di Tahun 2045 yang salah satu pilarnya adalah Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang di dalamnya termasuk tantangan pemenuhan sumber daya Insinyur Indonesia baik secara Kuantitas maupun Kualitas. Secara Kuantitas, saat ini kita masih berada kisaran rasio 5300 Insinyur per juta penduduk yang perlu ditingkatan secara eksponensial untuk setidaknya berada pada rasio 25000 Insinyur per juta penduduk di tahun 2045. Tentunya, ini menuntut kita, para aktifis Keinsinyuran (yang berada di sisi industri, akademisi, Pemerintah maupun melalui PII sendiri) untuk bersinergi dan berkolaborasi di dalam melakukan proses akselerasi tadi, yang tidak cukup lagi dengan business as usual untuk mencapai target itu. Saat ini, kita jauh tertinggal dari Amerika Serikat (20000 Insinyur per juta penduduk), Korea (25000 Insinyur per juta penduduk) dan bahkan Vietnam (9000 per juta penduduk). Sebagai organisasi besar, kita patut berbangga, PII telah bertransformasi menjadi Otoritas Keinsinyuran melalui mandat UU 11/2014 telah mencapai milestones of achievement yang di antaranya pengakuan PII sebagai bagian dari International Engineering Alliances sejak awal 2000-an dan baru-baru ini kita mendapat kabar yang sangat menggembirakan beberapa minggu lalu bahwa PII melalui Indonesian Accreditation Board of Engineering Education (IABEE) telah menjadi full signatory member of Washington Accord, sungguh pencapaian yang luar biasa. Tantangan global keinsinyuran (Digitalisasi dan Automasi, Transisi Energi, Penyediaan Infrastruktur Handal dan Revolusi Industri Kesehatan) menuntut para Insinyur Indonesia fokus pada upskilling dan peningkatan kompetensi secara terus-menerus. Semoga dengan credentials yang kita miliki sebagai Organisasi bisa secara konsisten menjadi barometer penyelenggaraan Keinsinyuran di Indonesia maupun global yang lebih professional, lebih berkualitas, dan lebih bermartabat. Peran Insinyur Indonesia di dalam berbagai sektor pun harus terus didorong dan ditingkatkan untuk memberikan nilai tambah buat pembangunan nasional dan juga berdaya saing global. Semoga dengan momentum perayaan kemerdekaan ke-77 ini “INSINYUR INDONESIA SEMAKIN KONSISTEN MENGEKSPRESIKAN NASIONALISME DAN KECINTAAN PADA TANAH AIR MELALUI KARYA DAN INOVASI KEINSINYURAN DI BERBAGAI SEKTOR” Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-77 tahun. Indonesia Maju, PII Jaya, Insinyur Indonesia Semakin Tangguh dan Bermartabat”
Hadir juga secara offline Bendahara Umum PII Dr. Ir. Arlan Septia, IPU., Wasekjen PII Ir. Dandung Sri Harninto, IPU., Sekretaris Komite Penjaminan Mutu PII Pusat Ir. Taufik Nur, MT., IPM., ASEAN Eng, Direktur Eksekutif PII Ir. Habibie Razak, IPU., ACPE., APEC Eng dan Wakil Direktur Eksekutif PII Ir. Mucharom, ST yang diberi amanah membacakan doa di perayaan dirgahayu RI ke-77 ini.
Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang menggelar Seminar dan Focus Group Discussion yang berlangsung hari Senin pagi, 15 Agustus 2022 dengan topik “Kebijakan, Tantangan dan Peran Mutu Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI)”.
Acara yang dihadiri langsung oleh Rektor UNSRI Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE., IPU., ASEAN Eng. sekaligus memberikan keynote speech tentang peran dan tantangan PSPPI Universitas Sriwijaya dalam menelurkan lulusan Insinyur melalui Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) yang sudah bergulir setidaknya 5 tahun terakhir.
Ir. Habibie Razak Direktur Eksekutif PII Pusat mewakili Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia dalam paparannya bahwa saat ini sekitar 40 Perguruan Tinggi diberi Ijin membuka Program Studi Program Profesi Insinyur sejak 11 April 2016, per 1 Januari 2017, Batch Pertama Penerima Mandat – UMI – Andalas Padang – UMS Surakarta – Binus Jakarta. Dari 40 yang diberi ijin dan mandat tadi sekitar 37 Perguruan Tinggi berhasil menelurkan Insinyur dari PSPPI per 10Maret 2022. Saat ini, TOP THREE penghasil lulusan PSPPI hingga Maret 2022, UNHAS (2385 alumni), UGM (1989 alumni) dan UMI (1676 alumni). Total keseluruhan Alumni PSPPI se-Indonesia per Maret 2022 baru +/- 12.974 Insinyur.
Oleh Ir. Habibie “ketika membaca dan mempelajari statistik, rasio Insinyur Indonesia per 1 Juta penduduk masih jauh dibandingkan negara seperti Korea, Amerika Serikat bahkan Vietnam. Saat ini rasio kita masih 5300 per Juta penduduk dibandingkan dengan negara lain seperti Vietnam saja sudah 9000, US 20000 dan Korea 25000. Namun Selain kuantitas, kualitas program pendidikan tinggi teknik kita masih perlu didorong menjadi lebih baik lagi melibatkan industri dan praktisioner untuk mendapatkan real engineering experience. Program studi keinsinyuran diharapkan mengikuti program international accreditation (ABET) untuk kesetaraan internasional” lanjut Habibie.
Ir. Habibie yang dalam kapasitasnya mewakil Ketum PII Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga juga menyampakan kembali 4 tantangan keinsinyuran yang ada di dunia saat ini antara lain digitalisasi dan automasi, transisi energi, infrastruktur tangguh di era perubahan iklim dan revolusi industri kesehatan. Para lulusan Insinyur kita hendaknya diberikan insight bahkan kesiapaan skill terkait 4 tantangan tadi.
Oleh karena itu ada beberapa saran-saran oleh PII kepada pihak penyelenggara PSPPI antara lain: Perlu ada kerjasama yang apik antara Perguruan Tinggi + PII + Industri untuk menelurkan calon-calon Insinyur Profesional melalui program Engineer in Training (benchmarking ke US & Canada), Perlu adanya mata kuliah khusus terkait “Pedoman Berpraktik Keinsinyuran bagi Insinyur Profesional”, dengan menghadirkan pembicara dari PII, Perlu tambahan penekanan mata kuliah “Etika” dan “Profesionalisme”, dengan mengundang praktisi Keinsinyuran dari industri, Penambahan wawasan para Insinyur tentang “Teknologi Digitalisasi dan Transisi Energi”, melalui sub-mata kuliah tersebut di PSPPI, perlu adanya diskusi sesama penyelenggara PSPPI terkait biaya penyelenggaraan untuk kelas RPL dan reguler, Saran untuk Forum Penyelenggara PSPPI untuk program reguler PSPPI hendaknya bisa langsung dimulai sejak lulus Sarjana Teknik/Hayati tanpa harus menunggu 2 tahun umur ijazah dan yang terakhir adalah dibutuhkan extra-ordinary effort mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara maju terkait peningkatan rasio Insinyur per Juta penduduk yang hanya bisa dilakukan apabila ada program akselerasi (not business as usual).
Acara ini dibuat secara hybrid, sesi offline bertempat di Ruang Prof Djoaeni Mukti UPT Bahasa Kampus Universitas Sriwijaya Bukit Besar.